Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 76
P. 16
16 BERITAINDONESIA, Mei 2010BERITA UTAMAfoto-foto: dok.pssi/kompasJudi Merusak Sportivitas Sepakbolapesta olahraga se-ASEAN itu.Djafar pun dipecat dari posisinya.Lisensi wasit dari FIFA yang dikantonginya pun dicabut. Oleh PSSI, ia jugadijatuhi hukuman tidak boleh memimpinpertandingan selama 20 tahun terhitungsejak 1998. Namun, pada 2003, KetuaUmum PSSI saat itu Agum Gumelarmembebaskannya dari hukuman denganalasan kemanusiaan. Djafar dibebaskandari hukuman bersama 10 wasit lainnyadi antaranya, Khairul Agil, Nasirudin, RPracoyo dan Suhartono.Pengalaman buruk berikutnya adalahketika Pembina PS Apac Inti, AnnasBhafen menyerahkan skandal timnya(pemain dan ofisial) kepada PSSI untukdiusut karena menerima suap dari timlawan. Annas yakin telah terjadi penyuapan terhadap timnya dalam pertandingan antara PS Apac Inti versus MitraKutai di putaran 12 Besar Divisi II PSSI,12 September 2003 di Gorontalo.Saat itu, timnya kalah telak 0-8. Berkatkekalahan itu, Mitra Kutai melaju ke 4Besar dan akhirnya promosi ke Divisi IPSSI. Jika saja Apac Inti tidak kalah lebihdari lima gol, maka Mitra Kutai ketika ituakan tersingkir dari 12 Besar. Annasbertambah yakin, adanya pengakuan daripara pemain, ofisial dan pelatih Apac Intiyakni menerima uang dari Mitra Kutaisebesar Rp 60 juta. Namun, penyelidikankasus dugaan suap itu ditutup PSSI.Kemudian, manajer PSBL Bandar Lampung Deriansyah dan Asisten PelatihPerseba Bangkalan Afif Subarkah jugapernah dihukum lima tahun tak bolehaktif mengurus sepakbola dan denda Rp100 juta karena keduanya terbukti melakukan suap untuk pengaturan skor diLiga Remaja U-18.Yang teranyar adalah kasus AbdulHaris, ketua panitia pelaksana pertandingan Arema vs Persema 10 Januari 2010lalu, yang dihukum 20 tahun dilarangberaktivitas di sepakbola karena terbuktimencoba melakukan penyuapan terhadapKomisi Disiplin (Komdis).Itulah beberapa kasus suap menyuapterhadap wasit maupun pemain yangterbongkar. Diyakini, kasus yang terbongkar itu pun hanyalah fenomena gunung esdalam persepakbolaan nasional selamaini. Maka tidak usah heran jika seorangwasit sering terlihat begitu akrab danlengket dengan manajer sebuah tim, baiksetelah pertandingan maupun sebelumpertandingan tim tersebut. Namun sepertidisebutkan di atas, walau bau busuk itusemakin menyengat, tapi sulit untukmembuktikannya. Hal tersebut didugakarena perilaku buruk itu sudah merambah ke hampir semua penggiat sepakbolanasional sehingga tidak ada lagi yang maumembongkar.Namun, baru-baru ini seorang pesertaKongres PSSI dari klub Divisi Utamaberani mengungkapkan adanya praktiksuap, mafia wasit, dan pengaturan skor ditubuh persepakbolaan nasional. Pengungkapan itu pun spontan membuatmasalah ini kembali hangat dibicarakan.Pihak PSSI sendiri menanggapi kasusyang sudah menjadi rahasia umum itudengan nada menggertak. Mereka mei setiap negara, penyelenggarankompetisi sepakbola selaludisertai dengan perputaranuang yang cukup besar. Demikian halnya dengan Indonesia, setiapmusim kompetisi olahraga si kulit bundar ini, diyakini terjadi perputaran uangyang bisa mencapai satu triliun rupiahlebih. Sumber pendanaaan ini antara laindatang dari penjualan tiket, sumbangantetap FIFA sebesar US$ 1 juta/tahun,penjualan hak siar televisi, iklan berbagaiproduk, donasi, dan lain sebagainya.Namun, besarnya perputaran uangtersebut ternyata tidak jadi jaminanmeningkatkan prestasi sepakbola nasional. Sebaliknya, ibarat laron melihatcahaya, situasi tersebut justru menarikminat para pecandu judi untuk menumpang pada hasil pertandingan. Kegiatanitu kemudian merembes ke permainansepakbola itu sendiri karena para penjuditersebut dengan segala cara berusahamembuat hasil pertandingan sesuaidengan yang diinginkannya. Jadi, penjudi bukan lagi menumpang pada hasilpertandingan, tapi mereka malah mengatur skor pertandingan.Praktik suap para penjudi ini didugatelah lama berlangsung dan telah banyakmerusak sepakbola nasional. Apalagibeberapa pengurus dan pemain jugadiduga ikut judi.Seperti pengakuan Edy Priyono dalamsitus pribadinya, belum lama ini katanya,dia menyaksikan sebuah pertandinganLiga Super Indonesia. Ketika itu, Tim Abertanding melawan tim B. Pertandinganitu sebenarnya tidak mempengaruhiposisi tim B lagi sebab sudah tidakmungkin menjadi juara dan tidak mungkin terdegradasi lagi. Tapi ketika ditengah permainan tim A mengundurkandiri karena curiga pada kepemimpinanwasit, dengan emosinya Tim B memukuliofficial dan pemain tim A. Kejadian ‘aneh’ini diduga terjadi karena ada unsur‘taruhan/judi’. Diduga, official tim Bbertaruh bahwa timnya akan menangdengan skor besar, dan itu tidak terjadikarena Tim A mogok main.Contoh yang kedua adalah kasus suaptahun 1988 yang melibatkan KetuaUmum PSMS Medan, Syarief Siregar danrekannya Indra Alamsyah alias Nyo TengLiang. Mereka divonis PN Medan masing-masing 1 tahun penjara dan dendaRp 3 juta (subsider dua bulan kurungan)karena terbukti menyuap 11 pemainnyasendiri dan tiga orang pemain PSSISumut.Modusnya, Mei 1988, Syarief memberikan sejumlah uang kepada kaptenPenjudi tidak lagi menumpang hasil pertandingan, tapimereka malah mengatur skor pertandingan.DTONJOK: Pemukulan terhadap wasit diduga akibat kepemimpinan wasit yang tidak fair