Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 77
P. 14
14 BERITAINDONESIA, Juni 2010BERITA UTAMAfoto-foto: istMengenai feodalisme ini, para pengamatjuga banyak yang mengakui bahwa kulturitu memang masih kuat di Indonesia. Ditengah modernisasi yang terjadi di Indonesia, pola pikir sebagian bangsa ini disebutbelum mengglobal. Penyelenggara negaraatau presiden pun masih seperti raja danmenteri-menteri sebagai patihnya. Bahkangubernur, bupati dan walikota, camat danlurah, masih banyak berlagak raja-rajakecil.Begitu merasuknya pengaruh kulturfeodalisme, yang kelahirannya di Indonesia bersumber dari sistem kerajaan dahuludan semakin terpatri oleh pengaruhkolonialisme yang ratusan tahun berkuasadi negeri ini. Pengaruh feodalisme dankolonialisme itu lebih terasa di Jawa, yanglebih 350 tahun terjajah.Pengaruhnya masih melekat, sehinggatidak heran bila beberapa lembaga yangsengaja dibentuk bersifat independenseperti KPK, KPU, PPATK dan Bank Indonesia, bahkan MA dan lain-lain, terasatidak berdaya untuk mempertahankanindependensinya.Kentalnya kultur feodal ini juga dapatdilihat dari bebalnya sebagian aparaturnegara dalam hal perilaku koruptif yangjustru dirasakan makin canggih sekarangini. Walau sudah ada koleganya yang telahdipidana karena korupsi, tapi ternyatatidak membuat pejabat lainnya takutmelakukan korupsi. Sebab, yang tertangkap itu dianggap apes saja. Mereka tahu,tindak korupsi masih terus merajalelahingga saat ini, mulai dari lembagapemerintahan tertinggi hingga terendah.Belum ada pintu lembaga pemerintahyang terbebas dari bau busuk korupsi,walaupun pidato antikorupsi terus dipidatokan melalui layar televisi denganmimik dan bahasa yang meyakinkan.Mari Belajar ke Negeri ChinaMelihat persolan demikian, kiranyakata bijak yang berbunyi “Tuntutlah ilmusampai ke negeri China” mungkin berlakujuga dalam upaya pemberantasan korupsidi Indonesia. Artinya, pembelajarandalam hal pemberantasan korupsi yangpernah dilakukan di China perlu dicontoholeh bangsa ini. Sebab di negeri China,dalam sejarahnya, Perdana Menteri ZhuRongji pernah menyiapkan 100 peti matiuntuk pelaku korupsi, yang salah satunyaadalah untuk dirinya sendiri jika terbuktimelakukan korupsi. Sisanya, 99 peti matilagi disiapkan untuk para koruptor dinegeri berpenduduk terbesar di dunia itu.Pernyataan yang sangat menggegerkan inidisampaikan Rongji sewaktu mengucapkan sumpah jabatan, Maret 1998.Kebijakan Presiden China saat itu, JiangZemin, bahkan jauh lebih menggegerkanlagi. Ketika itu, dihukum mati semuapelaku tindak pidana korupsi di negeritirai bambu itu. Salah satu, hukuman matidikenakan pada mantan Wakil GubernurProvinsi Jiangxi, Hu Changqing padaMaret 2000 karena menerima suapsebesar US $ 660.000 atau sekitar Rp.6milyar. Kemudian, Deputi WalikotaLeshan, Li Yushu juga dijatuhi hukumanyang sama 16 Januari 2002 karena terbukti menerima suap US $ 1 juta, duamobil mewah, dan sebuah jam tangan Rolex.Membandingkan dengan Indonesia,dalam pengamatan Berita Indonesia, komitmen perang melawan korupsi tampaknya justru masih sebatas pemanisbibir saja, seolah-olah. Satu-dua memangditangkap, untuk menunjukkan pemberantasan korupsi telah dilakukan. Tapiyang lainnya masih leluasa. Maka dikalangan pejabat, yang tertangkap ituPresiden SBY menerima Kapolri Bambang Hendarso Danuri di ruang kerjanya.