Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 81
P. 34
34 BERITAINDONESIA, Desember 2010Hasil survei terakhir Political &Economic Risk Consultancy(PERC), menempatkan Indonesia sebagai negara paling korupdari 16 negara Asia Pasifik yang menjaditujuan investasi. Dalam survei tersebut,dipublikasi Maret 2010, indeks korupsiIndonesia mencapai 9,07 dari skala 10.Justru meningkat dari survei tahun 2009lalu,yakni pada angka 8,32.Indonesia lebih korup dari (urutanperingkat berikutnya) Kamboja, Vietnam,Filipina, Thailand, India, China, Taiwan,Korea Selatan, Makau, Malaysia, Jepang,Amerika Serikat, Hong Kong, dan Australia. PERC adalah sebuah badan risetindependen dan penasihat konsultanterkemuka yang memberikan layananKorupsi Makin KreatifHari ini, Indonesia terkorup di Asia-Pasifik. Tingkatkreativitas korupsi pun kian canggih. Hari ini, Indonesiaseperti menabur angin (reformasi) dan menuai badai(korupsi).kepada investor dan berbasis di HongKong.Ini suatu peringkat pahit. Setelah Indonesia melakukan reformasi, ternyatahasilnya makin terkorup. Ketika Prof. Dr.Komaruddin Hidayat, Rektor UIN SyarifHidayatullah Jakarta, menulis kolom disebuah Koran ibukota (Sindo 02/05/2008) dengan judul: Menabur Reformasi,Menuai Korupsi? banyak orang memandangnya terlalu pesimistis.Sebab kala itu, pemerintah begitukreatif mengembar-gembor keberhasilanmemberantas korupsi. Bahkan hinggakampanye Pemilu 2009, pemerintahmasih dengan kreatif menjelaskan (mengampanyekan) keberhasilan pemberantasan korupsi. Publik pun masih terkesima dengan tebaran pesona keberhasilan tersebut.Tetapi setelah disimak lebih dalam,ternyata gerakan reformasi pemberantasan korupsi telah gagal. Persis sepertisudah diungkap oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dua setengah tahun lalu,ketika banyak orang masih terkesimapada bungkusan (kemasan) kampanyekeberhasilan pemberantasan korupsi.Kala itu, Komaruddin menuliskan, mengamati secara sepintas fenomena korupsidalam era Reformasi dan pra-Reformasitampaknya bagi kita sama saja.Menurut Komaruddin, reformasi belummampu melahirkan etos pelayanan publikyang bersih dan gerakan antikorupsisecara masif. “Bahkan ada tendensi bahwadi masa Reformasi korupsi justru kianganas bagaikan virus yang menggerogotitubuh. Kalau bagian tubuh yang diserangvirus itu hanya permukaan kulit,mungkintidak terlalu masalah karena kita hanyamembutuhkan salep untuk mengobatinya,” paparnya.Namun ternyata, ungkap Komaruddin,hati dan jantung pun tidak luput dariserangan virus yang berbahaya itu. ”Lembaga-lembaga terhormat di negeri ini yangmerupakan hati dan jantung bangsa telahpula digerogoti virus korupsi. Secarateoritis, penanggulangan korupsi yangsudah menyerang hati dan jantung hanyabisa dilakukan dengan cara transplantasi.Namun dalam praktik hal itu tidak mudah,” keluhnya.Kala itu, Komaruddin menggelisahkanbahwa kita harus menunggu periodepergantian komposisi lembaga-lembagapemerintahan dan parlemen lima tahunansecara demokratis melalui pemilu. Komaruddin mengeluhkan hal ini sebelumPemilu Legislatif dan Pemilu Presiden2009. Padahal, kata Komaruddin, masalima tahun sudah cukup untuk membuatvirus-virus berkembang biak. “Lebihgawat lagi jika virus itu sudah bercokol diurat nadi sistem birokrasi kita. Sebab,selain tidak mudah untuk memberantasnya, siapa saja yang masuk atau beradadalam sistem itu juga dapat terkenaserangan,” jelasnya.Keluhan Komaruddin itu, senada dengan pernyataan calon pimpinan KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) BusyroMuqoddas di gedung DPR, Jakarta, Selasa(23/11) malam, sehari sebelum dia terpilihmenjadi Ketua KPK. Dia menilai praktekkorupsi di Indonesia sudah mengalamikreativitas yang canggih. Karena itudibutuhkan adanya komitmen berdasarkan common value dalam pemberantasanBERITA UTAMAfoto-foto: reproKetua KPK Busyro Muqoddas