Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 84
P. 65
BERITAINDONESIA, Mei 2011 65BERITA OLAHRAGAlakan FIFA tersebut tidak memiliki landasan hukum dan dianggap sebagaipelanggaran HAM.“Tidak ada alasan dan landasan hukumyang jelas mengapa mereka ditolak.Sebenarnya, itu salah satu pelanggaranHAM. Di mana hak konstitusional seseorang telah diberangus oleh FIFA,” kataWisnu Wardhana, Wakil Ketua KomitePemilihan PSSI hasil kongres 14 April2011.FIFA disebut telah melanggar statutayang dibuatnya sendiri karena FIFA tidakmengakui terbentuknya Komite Pemilihan yang dihasilkan kongres pada 14April itu. “Komite Normalisasi merangkapsebagai Komite Pemilihan tidak adaalasan dan landasan hukumnya. Bahkan,hal itu melanggar statuta FIFA pasal 3 ayat2. Dalam situasi apa pun komite pemilihan tidak boleh dirangkap oleh badaneksekutif yang dalam hal ini dipegang olehkomite normalisasi,” tegas Wisnu.Tidak hanya menyalahkan FIFA, K78juga menuding Ketua KN Agum Gumelartelah memelintir laporan dari pertemuannya dengan Presiden FIFA Sepp Blatteryang berujung pada kesimpulan tetapmenolak nama-nama tersebut di atas. Iamenilai Agum tidak menjelaskan kepadaFIFA bahwa pertemuan di Hotel Sultanyang dihadiri para pemilik suara PSSIpada 14 April itu adalah forum kongres.Wishnu menyatakan, jika FIFA tidakmengindahkan permintaan mayoritaspemilik suara itu, mereka berencanamenggelar kongres sendiri untuk memilihKetum PSSI, Waketum, dan anggota Exco.Jika hasil kongres ini tidak diakui, Wishnumengatakan mereka akan menempuhjalur hukum, melakukan gugatan ke Courtof Arbitration for Sport. Mereka mengakuyakin dengan langkah yang mereka lakukan, karena mereka mengaku mensinyaliradanya manipulasi di balik keputusanFIFA tersebut.Selain FIFA dan Agum, K78 juga menduga informasi tentang situasi persepakbolaan di Indonesia yang dikirimkanKoalisi Independen untuk RekonsiliasiSepakbola Nasional (KONSEN) ke FIFAturut mempengaruhi keputusan FIFAtersebut. Selain itu, K78 juga mendugaada pihak yang menginginkan agar FIFAmenjatuhkan sanksi kepada PSSI. “Kamimensinyalir ada manipulasi yang dilakukan secara sistematis oleh orang-orangyang tidak bertanggung jawab,” kataWisnu Wardhana, Minggu (24/4).Namun tudingan K78 tersebut dengantegasd dibantah KONSEN. KONSEN jugamembantah ada keinginan mereka agarPSSI dijatuhi sanksi oleh FIFA. Sebaliknya, KONSEN mengatakan pihaknyaselama ini turut melawan kepengurusanPSSI sejak Kongres Nasional Sepakbola diMalang pada Maret 2010. “KONSEN pulayang mengejar FIFA, agar Regenass danBlatter mengucapkan secara eksplisitbahwa siapa pun yang pernah terlibatdalam masalah kriminal tidak dapatmencalonkan diri memimpin PSSI,”demikian pernyataan KONSEN sebagaimana dikutip Kompas.com, Senin (25/4/2011).Melihat sikap keras yang ditunjukkankelompok 78 ini, tak urung membuatKetua KN Agum Gumelar juga merasajengah. Padahal menurut Agum, dirinyasudah melaporkan semua perkembanganyang terjadi di Indonesia. Termasukrencana pertemuan dengan pemilik suarayang akhirnya dikonversi menjadi kongrespemilihan Komisi Pemilihan dan KomiteBanding Pemilihan di Hotel Sultan,Jakarta pada Kamis 14/4 lalu. Dalampertemuannya dengan Presiden FIFA, iajuga menyebut sempat terjadi debatargumentasi. Namun FIFA tetap bersikeras atas keputusannya menolak namanama yang sudah digugurkan KomiteBanding Pemilihan tersebut.Belakangan yang membuat Agum Gumelar merasa heran, George Toisutta,Nirwan Bakrie, dan Arifin Panigorosendiri menurutnya sudah legowo dengankeputusan FIFA tesebut. “Saya sudahberjuang. Kalau tidak, lempar saya denganbotol atau caci maki,” tukas Agum dengannada kesal, seusai menemui perwakilankelompok 78 pemilik suara di KantorPSSI, Senin (25/4/2011).Terhadap ancaman K78 yang hendakmemboikot kongres, Agum mengatakantidak ambil pusing. “Kalau mereka tidakdatang, mungkin kongres dianggap tidaksah. Namun, apa pun hasilnya, saya akanmelaporkan kepada FIFA. Mereka yangakan memutuskan kongres sah atautidak,” kata Agum.Kekisruhan ini belakangan sampai jugake telinga Save Our Soccer (SOS). Merekapun meminta kelompok 78 membubarkandiri. SOS menyebutkan, jika diteruskanmemperjuangkan kelompok tertentu,akan mengancam demokratisasi di sepakbola dan akan memperburuk keadaan.Dalam rilis yang dikirimkan oleh salahsatu anggota SOS, Apung Widiadi (Kompas.com, Senin, 25/4/2011), SOS menilaihadirnya Komite Normalisasi (KN) tidakdengan serta merta menyelesaikan masalah PSSI. Masalah demi masalah muncul, intrik demi intrik, cara-cara kotortetap dimainkan untuk memperebutkanposisi PSSI-1.“Perebutan kursi kekuasaan PSSI semakin ramai dengan aroma sangat politisnamun di sisi lain menjadi tidak menarikkarena hadirnya muka-muka lama,” tulispernyataan tersebut. SOS juga memintamelalui kongres yang demokratis, agar KNmengembalikan bahwa PSSI milik rakyatbukan milik kelompok tertentu.Untuk mencegah agar polemik ini tidakberlarut-larut, banyak pihak mendesakpemerintah, dalam hal ini MenegporaAndi Mallarangeng bertindak tegas.Menegpora sendiri menyerukan agarkeputusan FIFA tetap dihormati dandijalankan. Selain itu, Menegpora jugamengaku tidak mendukung K78 menggelar kongres.Kengototan pendukung George Toisutta(GT) ini belakangan semakin mengundang rasa prihatin berbagai kalangan.Aktivis Konsen dari Negarawan CenterJohan Oloan Silalahi misalnya, mempertanyakan nasionalisme Jenderal George Toisutta yang terkesan diam. “Sayaprihatin, Jenderal George Toisutta sebagaiKSAD dan prajurit alumni LembagaKetahanan Nasional (Lemhanas) tidakmengedepankan kepentingan negara,”ujar Johan seperti dilansir INILAH.COM(18/5/2011). Jika GT ingin memperbaikisepakbola nasional, menmurutnya tidakharus menjadi ketua umum. “Jika kububeliau tetap ngotot dan FIFA akhirnyamengenakan sanksi pembekuan, habislahsepakbola kita. Kalau sudah begitu, terussejatinya siapa yang menghancurkansepakbola kita?” ujar Johan denganserius. HS, MSh milik rakyat.