Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 84
P. 62
62 BERITAINDONESIA, Mei 2011BERITA OBITUARISelamat Jalan Franky!Seperti lagu yang diciptakannya, Franky Sahilatua pergiselamanya saat angin senja berhembus sepoi-sepoi dan dimalamnya bulan kuning menggantung di langit.ndonesia kehilangan satu lagi seniman besarnya, Franky Hubert Sahilatua (57) pada hari Rabu (20/4)sore pukul 15.20 WIB di RumahSakit Medika Permata Hijau (RS MPH)Jakarta Selatan. Setelah berjuang melawan tumor sumsum tulang setahunterakhir, pencipta lagu Kemesraan inisempat menjalani perawatan intensif diJakarta, lalu diterbangkan ke Singapura.Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Franky masih menyempatkantake vocal untuk persiapan album terbarunya, yang sekaligus menjadi albumterakhirnya.Franky lahir (16 Agustus 1953) darikeluarga perantau di Surabaya, JawaTimur. Franky kecil sudah menunjukanbakat musikalitasnya. Selain gemarmelantunkan lagu rohani, Franky kecilsudah menunjukan kesukaannya denganmusik balada. Ia kerap melahap lagu-lagudari Neil Young, The Byrds, dan terutamaBob Dylan saat Franky memasuki masaremaja. Tepat akil balighnya, di industrimusik dunia memang sedang subur lagurock dan balada. Akhirnya, kegemarannyanaik gunung, kemping, semakin menambah kepekaannya dalam bidangmusik.Franky menoreh sejarah musik Indonesia selama tiga dekade. Di awal karir musiknya, ia berduet dengan adiknya, JaneSahilatua. Selain untuk mengimbangisuara falset Franky dengan teknik pecahsuara yang mumpuni, kehadiran Janememberikan pengaruh dari sisi industri.Saat itu, di era 70-an musik balada diBarat sana memang lagi musim duet dantrio dengan pecah suara yang yahud.Sebut saja Loggins & Messina, Simon &Garfunkel, dan terutama pengaruh yangkuat dari “balada rumahan” dari triomonumental Peter, Paul & Mary. Bukankebetulan juga jika nama Jane jugasenarai dengan Franky yang berakar dariBarat. Mereka namai duet ini menjadi“Franky and Jane”.Franky and Jane adalah nama yangtercatat sebagai musisi mengintroduksigenre “country pop” dalam tren musikIndonesia. Bersama Jane, Franky mendapatkan pasangan hokinya. Sakinghokinya, mereka bisa menghasilkan satualbum setahun, dengan perolehan 15 album dalam rentang 18 tahun perjalananduet mereka. Fantastis!“Meski kadang-kadang sedikit bingungkalau pas lagunya manis dengan romansacinta kami berlagak seperti sepasangkekasih,” canda Franky suatu ketika saatmengenang awal perjuangan merekadalam bermusik.Album Musim Bunga (1978), KepadaAngin dan Burung-burung (1978) PanenTelah Datang (1980) dan Siti Julaika(1982) adalah album monumental yangmembuat Franky dikenal sebagai penulislagu jempolan sekaligus duet campuranyang tak tergantikan.Sebagai musisi, Franky Sahilatua dikenal sebagai solois yang menulis lagu tuturan sekaligus lanturan yang kuat. Pengaruh John Denver dalam dirinya membuat warna Indonesia mampir di sejumlahtema perladangan seperti musim cocoktanam, panen, burung, angin, rerumputan, dan aroma pedesaan lainnya.Meski dia tidak menampik jika dikatakansebagai musisi “balada romantis”, Frankypunya alasan mengapa dia lebih senangjika dilambangkan sebagai burung rajawali.Dalam lagunya, Sang Rajawali bukanhanya mengelana dari lembah ke gunung.Ia juga menyusur kota dan pelosok perkampungan. Dari sana ia menyaksikanpenderitaan buruh pabrik gula (album SitiJulaika), melihat dinamika kota sekaligusketerpurukan warganya, dan terutamamasyarakat yang termarjinalisasikan.Sebagai perantau, Franky dianggap parakritisi musik sebagai pengamat budayaperkotaan. Jiwa Bob Dylan menyemangatisorot matanya saat melihat ketimpanganyang terjadi.Debut perdananya dalam bersolo karir,Balada Wagiman Tua (1982), tidak bisadikatakan sebagai proyek percobaan.Justru pada album inilah dia memberikanjawaban atas penantiannya selama ini.Dalam album yang berisi 12 lagu itu,Franky meneriakkan kritik atas ketimpangan dengan kencang. Di sana ia jugabertutur, bercerita, dan memaparkan apayang ia lihat dan rasakan. Sentuhannyasangat kosmopolit khas di setiap zamannya, dan album ini hanya bisa disandingkan dengan album Opini (1982) karyaIwan Fals.Dalam mencipta, suami dari Harwantiningrum ini selalu berusaha terjun langsung ke lapangan. Ia bisa blusukan masukkeluar hutan untuk membesut albumWagiman. Ia juga tak segan naik turunbus dan merasakan bagaimana kota yangdia lihat dari jarak dekat juga “kaya” ceritadan pantas untuk direkam. Lagu masyurnya Bus Kota, Nyanyian Anak Jalanan,dan PPD, Perjalanan, atau lagu hasilkolaborasinya Terminal (bersama IwanFals, 1993), Perahu Retak (bersama EmhaAinun Nadjib, 1995), Orang Pinggiran(bersama Iwan Fals, 1997), Hitam Putih(bersama Ian Anton, 1999), bukanlah laguyang dalam sekali dengar langsung bisadirasakan teriakannya. Itulah makanya iajarang kena cekal, jarang sekali jadi arenaadu jotos para penonton ketika manggung. Sebab lagunya mengalir, ketikasudah bisa dinikmati baru terasa efeknya.Yang perlu dicatat di sini, kehadirannyabersama Iwan Fals tidak membuat Frankyjadi malah tenggelam. Warna Frankytetap menyala. Bahkan kita bisa melihatbagaimana Iwan Fals menjadi kombinasisempurnanya dalam olah pecah suara.Selain jam terbang, tema keberpihakannya terhadap wong cilik, dari sisi musikalisasi Franky juga punya nyawa besar.Memasuki era 2000-an, Franky mengambil jarak terdekat dengan dunia politik.Tapi, toh, tidak membuatnya terikatdalam satu partai. Salah satu tamsilpolitiknya bisa disimak dalam lagu Cicakdan Buaya (2009) sebagai bentuk keprihatinannya atas budaya korupsi di bangsaini. Bahkan sampai menjelang akhirhayatnya, ia tak jeri menahan sakitdengan persembahan dua buah laguselama di pembaringan.Lagu Roti dan Sirkus serta lagu AnakTiri Republik adalah tanda mata terakhirdari Franky yang rencananya akan rilisawal Mei tahun ini. Tentu saja itu bukanwarisan. Tapi ini adalah ajakan dariFranky kepada seluruh pendengar setianya, dan masyarakat pada umumnya,untuk terus bersemangat menyerukankebenaran meski telah terlumpuhkan.Selamat jalan, Franky! Terbanglahtinggi Rajawali. CHUSIfoto: repro