Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 87
P. 37
BERITAINDONESIA, Maret 2013 37L ENTERADEMOKRASI, TOLERANSI DAN PERDAMAIANL ENTERAMuslih Fais, sebagai administratur Paguyuban Petani PenyanggaKetahanan Pangan Indramayu (P3KPI) sedang memberikankemudahan kepada para Petani berupa pinjaman modal kerjatanpa bunga.air? Fasilitasnya tenaga mataharisaja. Dijemur, kalau sudah terdengar kletak saat digigit dianggapkering dan kadar airnya rendah.Mestinya ada alat ukur, ada mesinpengering padi. Padahal potensipertanian itu sangat luar biasa.Syaykh memberi contoh, Desa Mekar Jaya, kalau tidak salah, lahanyang bisa ditanami padi di atas 3000ha. Tapi, coba lihat dari sudut kesudut, ada nggak pabrik padi yangdimiliki petani? Nggak ada kelompoktani yang memiliki mesin dryer.Seharusnya, menurut Syaykh, kalau sudah 2000 ha, mestinya petanimengelompokkan diri membuat pabrik beras sendiri, berasnya dijual keKUD. “Ini sudah nggak berpikir kesitu. Apa lagi memikirkan untukmenyejahterakan petani,” keluhnya.Menurutnya, kalau para petanimempunyai kelompok tani, jelasakan bisa lebih sejahtera. Kelompoktani itu memiliki rice milling walaupun kecil-kecilan. Nanti ada produkturunan gabah. Semuanya harusmempunyai nilai tambah. Apa yangtidak memunyai nilai? Sekam adanilainya, katul ada nilainya, menirada nilainya. Kalau tadi mengatasikekurangan itu tambahannya darikatul, juga dari menir. Sekamnyadiangkut ke sawah lagi, kalau tidakdijual untuk bahan bakar.Dalam rangka menggalang kelompok tani tersebut, kini Syaykh Panji Gumilang memprakarsai Paguyuban Petani PenyanggaKetahanan Pangan Indramayu (P3KPI). Dia mengajak para petani di sekitarAl-Zaytun (Indramayu) secara berkelompok menggarap lahan Al-Zaytun. Parapetani diberikan pinjamanmodal tanpa bunga dan pengembaliannya saat panen.Ketika ditanya, dari manayayasan akan mendapatkankeuntungan? Syaykh PanjiGumilang mengatakan keuntungannya banyak, petani bisa menghasilkan produk yang tinggi, itu sebuahkeuntungan, mereka tekunbertani itu juga sudah keuntungan. “Jadi keuntunganitu jangan dihitung dari rupiah saja,”katanya.Selain menggalang kelompok tani,Syaykh Panji Gumilang (Al-Zaytun)juga mendorong masyarakat desa(petani) setempat aktif dalam Koperasi Serba Usaha Desa Kota yangdibentuk secara bersama oleh masyarakat desa dan kota. Koperasi inisekaligus menjembatani kebutuhanmasyarakat desa (petani) denganmasyarakat kota (konsumen hasilpertanian) dan sebaliknya. Bersamaan dengan itu, juga digalakkanpenyimpanan beras di ’Istana Beras’bukan di lumbung beras.Di samping itu, para petani jugadibimbing untuk menanam padidengan bibit unggul yang dikembangkan di Al-Zaytun. Sejak berdiri,memang Al-Zaytun terus menelitidan mengembangkan berbagai bibitunggul, di antaranya padi. Kini,mereka memiliki bibit unggul Sigromilir. Sigromilir 1 bisa memiliki anakdua puluh yang produktif dan hasilnya mencapai 14 ton per ha.Saat ini belum semua petani bisadiajak ’mengakrabi’ bibit Sigromilirtersebut. Baru beberapa persen.“Belum nyambung antara sini (sambil menunjuk hati dan kepala) kita,dengan mereka,” ujar Syaykh. Contohnya, disebar semaunya dengandicampur bibit yang lain.Sementara, di musim tanam rendengan tahun ini, mereka sudah bisamulai menanam Sigromilir 2. HasilSigromilir 2 ini kemungkinannyalebih tinggi lagi, karena potensianakannya lebih banyak. Kalau Sigromilir 1 itu 20 yang produktif,Sigromilir 2 kemungkinan 40, karena dari 82 anakan cuma 6 % yangtidak keluar malai. Berarti tinggal77, jika dibagi dua 38,50%. Kemungkinan jika dirata-rata yang produktifantara 38 sampai 40 yang produktif. Kemudian, potensi bulir Sigromilir 1, sebanyak 350 sampai 500.Sementara, Sigromilir 2, berlebih,200 sampai 250 bulir dibandingkansigromilir 1. “Potensi itu merupakantarget maksimal. Kalau fasilitasyang biasa rata-rata 14 malai kalipotensi yang paling rendah yaitu350 bulir, tinggal dikalikan saja 14x 350,” jelasnya. Direncanakan,bulan sebelas tahun ini sudah bisadicoba di lahan seluas 50 atau 100bahu.Sigromilir 2 itu bukan bibit yangsama dengan Sigromilir 1. “Namanya satu, tetapi berbeda. Cumanama Sigromilir itu milik Al-Zaytun,tetapi sumbernya beda-beda, seperti Pelita 1, Pelita 2, itu bukan darisumber yang sama,” jelas SyaykhAl-Zaytun. Berindo-AZ-crs