Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 88
P. 24
24 BERITAINDONESIA, Mei 2013BERITA WAWANCARAZefisiensi. Kalau sudah itu kan kapitalis. Siapapun yang punya kapital,datangkan (impor) banyak-banyak.Katakan di sini tidak cukup, atasidengan impor, lebih efisien. Karenalebih murah dan efisien menurutmereka.MBI: Tapi itu berarti Indonesiatidak mungkin mandiri?SPG: Jangan cerita mandiri atau swasembada kalau sudah efisiensi. Efisiensi menjauhkan dari segala macam(kemandirian).MBI: Kalau menurut Syaykh apayang membuat pemerintah menjadi lebih condong ke efisiensi?SPG: Karena UUD dibuat seperti itu.Barangkali waktu mengamandemenada titipan-titipan.MBI: Jadi ada pembodohan?SPG: Tak hanya pembodohan tapipemiskinan. Kalau bodoh kadangkadang masih bisa ada yang kaya.MBI: Jadi politik pangan Indonesiasampai sekarang tidak berpihakpada yang menciptakan atau yangmemproduksi beras (petani)?SPG: Kepada petani tidak ada rasa ibadari pemerintah kalau gagal panen.Masyarakat konsumennya juga tidakiba. Yah sudah, ambil (impor) dariThailand. Katanya lebih murah biladiimpor. Tapi buktinya, dijualnyatidak lebih murah.MBI: Jadi siapa yang paling bertanggungjawab?SPG: Bangsa Indonesia, tentunyamengerucutnya kepada pemerintah.Makanya Al-Zaytun ikut bertanggung jawab. Nah, kalau ada modelseperti ini (Al-Zaytun) yang dapatmenutup pangan, sudah selesai.MBI: Jadi ini bagian dari rasatanggung jawab?SPG: Ya, coba bayangkan kita (AlZaytun) punya penduduk yang makan itu 5.000 tiap hari. Tapi kitasudah berpikir bagaimana supayapersediaan satu tahun itu terpenuhi.Dalam hal persediaan ini, kami menghitung satu tahun 390 hari. Harusada cadangan. Ternyata denganserius kita lakukan, persediaan bisa550 hari. Kalau Indonesia bisa begitu,bisa kirim beras ke negara lain. DuluBung Karno, walau tidak punya pertanian yang maju bisa mengirim keMesir, India. Pak Harto juga pernahbegitu. Sekarang kalo kita punyapersediaan 550 hari kan lumayan.MBI: Menurut Syaykh, adakahnegara yang politik pangannyabisa dicontoh?SPG: India, Vietnam, Thailand. Metode mereka, petani dimanjakandalam arti positif. Berapa pun petaniberproduksi, pemerintah ambil (beli,tampung). Kemudian harga yang diberikan pemerintah kepada petanitidak lebih rendah daripada hargapasar. Kalau kualitasnya bagus ditambah sekian persen. Walaupun nantidijual ke pasar harganya lebih murahdaripada yang dibeli pemerintah langsung dari petani. Itu namanya subsidi. Jepang pun seperti itu.MBI: Jadi petaninya terlindungiya?SPG: Bukan hanya terlindungi tapisemangat. Berlomba-lomba menghasilkan produksi yang tinggi walaupundengan areal lahan yang sempit. Areal kita luas tapi produksinya jauhlebih rendah dari negara lain. Nahsemangatnya yang kurang. Kepastian pasar juga tidak ada.MBI: Bagaimana di Indonesia?SPG: Karena sudah liberal jadi terserah pasar. Begitu petani panen,tekan harga karena mereka (kapitalis) yang punya uang. Prakteknyabegitu.MBI: Kalau kita perhatikan, masyarakat petani kita kurang militan. Kalau bisa jangan jadipetani. Kenapa begitu?SPG: Apa boleh buat karena diposisikan seperti itu. Coba kalau diposisikan seperti yang lain. Dihormati, diberikan pinjaman, siapkan bank tanpabunga, jamin harga. Berikan penyuluhan yang jelas 24 jam Televisi Pertanian Indonesia. Petani semua punyaTV. Tidak perlu mengutus orang,tinggal klik nyalakan TV. Jadi bisaseragam pengertiannya. Bagaimanacara menanam keledai, cara pemberianpupuk. Jadi petani dicerdaskan, dipandaikan bukan direndahkan.MBI: Jadi sangat tergantung dengan political will pemerintah?SPG: Yah, itu dimana-mana sepertiitu. Amerika saja yang sudah liberalmasih berpegang teguh pada pertanian. Petaninya diproteksi dan dimakmurkan. Karena pertanian adalahimej bangsa. Bangsa Amerika bisamaju karena hasil pertaniannyatinggi, kualitas pertaniannya tinggidan bisa dikonsumsi oleh bangsanya,sehat dan mencerdaskan.MBI: Indonesia sering menjadikanAmerika sebagai tolak ukur, tapiprakteknya tidak sesuai ataumalah berlebihan. Ada apa ini?SPG: Berarti disini pincang tadi.PANJI GUMILANG: Bantu dengan sesungguh-sungguhnya rakyat petani. Hentikan subsidi BBM yang hanya dinikmati oleh orang-orang yang punya mesin.