Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 90
P. 47
BERITAINDONESIA, September 2013 47YBERITA HUMANIORAundang tersebut, aturan terbaru menetapkan bahwa tahun 2014 semua dosen yangmengampu mahasiswa S-1 harus sudahmengantongi ijazah S-2.Hal lain yang perlu dicermati adalahPeraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiNomor 17 Tahun 2013 yang memungkinkan seseorang bisa meraih jabatantertinggi, yaitu guru besar, tanpa harusmemiliki prestasi yang istimewa dalampenelitian. Hanya dengan memiliki satuatau dua publikasi internasional sejakmenjadi lektor, seorang dosen dapatdiusulkan menjadi guru besar asalkan iatelah mencapai angka kredit 850, yangdikumpulkannya sejak menjadi dosen.Padahal di universitas kelas dunia sepertidi Jepang dan Amerika, orang yangkualitasnya pas-pasan seperti itu bahkantidak layak untuk melamar menjadidosen.Akreditasi institusi perguruan tinggijuga layak disoroti sebab sama pentingnyadengan akreditasi program studi. Pemerintah secara tegas menyatakan dalam UUNo 12/2012 tentang Pendidikan Tinggibahwa gelar akademik dinyatakan tidaksah jika dikeluarkan perguruan tinggi atauprogram studi yang tidak terakreditasi.Hingga sekarang, baru 70 PTN dan PTSyang diikutkan akreditasi oleh BadanAkreditasi Nasional Perguruan Tinggi(BAN-PT) dari 3.216 perguruan tinggi dibawah Kemdikbud. Menurut KepalaBAN-PT Mansyur Ramly, minimnyajumlah institusi PT yang terakreditasikarena pemerintah masih fokus menuntaskan akreditasi program studi.Selain kualitas dosen, besar anggaranyang tersedia untuk kegiatan penelitianjuga merupakan isu utama. Di negara lain,selain mengandalkan dana dari pemerintah dan masyarakat, perguruan tinggi jugamemiliki dana abadi dan terbantu olehpara filantropis yang bermurah hatimemberikan donasi hingga ratusan miliarrupiah. Sebagai contoh, perguruan tinggidi AS, baik privat maupun publik, bisamempunyai dana abadi yang besarnyamencapai ratusan triliun rupiah.Bukan rahasia lagi apabila anggaranpenelitian perguruan tinggi di Indonesiahanya Rp 10 miliar hingga Rp 30 miliarper tahun, sementara Malaysia dikucuriRp 100 miliar hingga Rp 300 miliar pertahun. Anggaran yang kurang memadaiini membuat Indonesia kesulitan mendongkrak daya saing bangsa di duniapenelitian.Menurut Sekretaris Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Patdono Suwignjo, jumlah publikasi jurnal ilmiahperguruan tinggi di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Singapura dan Malaysia. Pada tahun 1996 misalnya, posisiIndonesia masih di bawah Thailand,Singapura dan Malaysia dalam jumlahjurnal ilmiah yang diterbitkan. Indonesiahanya memublikasikan 94 jurnal, sementara Malaysia 886 jurnal dan Singapuralebih dari 2 ribu jurnal. Bahkan 10 tahunkemudian Indonesia semakin tertinggaldari negara-negara tersebut. Bila Indonesia memublikasikan 1030 jurnal, makaMalaysia menerbitkan 4343 jurnal, Thailand 7154 jurnal dan Singapura semakinproduktif dengan memublikasikan 10.124jurnal.Kualitas dosen berbanding lurus jugadengan gaji yang diterimanya. Saat ini,semua pendidik, baik guru maupun dosenharus melewati proses sertifikasi untukmeningkatkan kualitas pendidikan dankompetensi, sekaligus meningkatkan tarafkesejahteraan. Tapi, belum semua dosendi Indonesia tersertifikasi. Menurut KetuaBidang Litbang dan P2M Asosiasi DosenIndonesia (ADI) Firdaus Ali, \persen dosen dari 204 perguruan tinggise-Indonesia yang sudah tersertifikasi.\Gaji dosen memang di atas UMP, tapi gajidosen sebenarnya masih jauh dari standar. Di Malaysia gaji dosen Rp4,8 juta,Singapura Rp9 juta, Jepang Rp13 juta,dan AS Rp31 juta.Selain secara umum kualitasnya masihrendah, biaya pendidikan tinggi di Indonesia relatif mahal. Dulu, era 1990-an,untuk mendaftar di sebuah perguruantinggi negeri (PTN) di Jakarta misalnya,hanya berbekal uang sekitar Rp5.000.000, mahasiswa sudah bisa mencukupi kebutuhan uang kuliah dan praktikum satu semester, jaket almamater danbiaya kos selama satu tahun yang padamasa itu berkisar Rp100.000-an perbulan.Sekarang kondisinya berbeda. Pihakkampus PTN mematok uang SumbanganPengembangan Fasilitas Pendidikan(SPFP) yang besarnya puluhan jutahingga ratusan juta rupiah, tergantungfakultas yang dipilih oleh para calonmahasiswa yang menempuh jalur mandiri. Fakultas teknik dan kedokteranadalah yang termahal dibandingkanfakultas lainnya.Mengenai biaya kuliah, MendikbudMohammad Nuh sebelumnya pernahmengatakan akan menerapkan sistemuang kuliah tunggal (UKT). Sistem inimembuat orangtua tahu besarnya biayakuliah anaknya dari awal hingga lulussebagai sarjana. \dirasa tidak cukup di kampus A, merekapunya alternatif kampus B, C atau D,\Nuh. Mantan rektor ITS ini mengatakandengan sistem UKT biaya kuliah diperguruan tinggi di Indonesia bisa menjadi lebih murah. Nantinya, UKT akanditerapkan per program studi di semuaPTN yang ada di Indonesia.Mahalnya biaya kuliah di Indonesiamembuat orangtua yang punya danalebih, lebih memilih menyekolahkananaknya di perguruan tinggi di luarnegeri. Menurut mereka, biaya kuliah diIndonesia hampir sama dengan biayakuliah di luar negeri. Bahkan untukbeberapa jurusan dan fakultas, biayakuliah di dalam negeri malah jauh lebihmahal dibandingkan di luar negeri. nirUndang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen telah mengatur bahwa setiap pengajar mahasiswaD-3 dan S-1 minimal harus S-2.