Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 96
P. 38


                                    38 BERITAINDONESIA, Edisi 96LENTERALenteraan. Apalagi, Moeldoko mengawali orasinya dengan paparan futuristik tantangan perubahan zaman yang demikian pesat yang harus disikapi dengan sedikitnya tiga hal yakni antisipasi, perubahan dan inovasi. (Selengkapnya baca: Pastikan Tak Ada yang Berpikir Radikal di Al-Zaytun).Hanya tiga orang menjadi pembicara, selain laporan pembuka dari Ketua YPI-Al-Zaytun Imam Prawoto. Pembicara terakhir (ketiga) adalah Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang. Mengawali tau syiahnya, Syaykh Panji Gumilang menyanyikan lagu ‘Havenu syalom alekhem’ (Bahasa Ibrani). “Mari sejenak kita menyanyi untuk ucapan selamat pada sahabat-sahabat kita,” serunya. Dia pun menya nyi dan spontan diikuti hadirin (santri, guru dan eksponen Al-Zaytun).Para tamu dan sahabat lintas agama terlihat antusias, tertegun dan terharu mendengar, kendati mungkin tidak banyak yang langsung mengerti arti lirik lagu itu, kecuali pastor dan pendeta. Namun, karena bagian akhir dari lirik lagu itu adalah Haleluya, Syalom, para hadirin pun dapat menangkap maknanya.Setelah itu, Syaykh melanjutkan, coba sejenak kita merenung bagaimana Nabi Daud di dalam Kitab Zabur, duduk termenung sambil memetik kecapi, membayangkan persatuan dan kesatuan umat ketika itu. Dia pun menyanyikan lagunya tersebut dalam bahasa Ibrani: “Hinne mattov umanna’im, syevet akhim gam yakhad,” dstnya yang bermakna sungguh betapa baiknya dan betapa indahnya, jika kita hidup rukun bersama.“Artinya apa? Alangkah indahnya kalau sejenak kita bisa duduk bersama menyatukan kemanusiaan kita. Tidak menyatukan pemahaman kita, tidak menyatukan persengketaan kita. Menyatukan kemanusiaan kita. Alangkah indahnya diambil oleh nilai dasar negara kita, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,” jelas Syaykh Panji Gumilang. (Selengkapnya baca: Menyatukan Kemanusiaan Kita).Seusai menyampaikan tausyiahnya, Syaykh mengajak seluruh tokoh lintas agama turun dari panggung depan menghampiri dan menghadap hadirin, sebagai symbol penyampaian sambutan dan doa bersama.Setelah semua sahabat ‘menginjak bumi’ menghadap hadirin, Syaykh berucap: “Ini do’a. Do’a Muharom 1439 H.” Syaykh pun menjelaskan, bila ia mengatakan (pekik) pertama Indonesia, supaya disambut dengan pekik Merdeka! Pekik kedua, Indonesia, disambut, Bahagia! Pekik ketiga, Indonesia, disambut, Abadi! Pekik keempat, Indonesia, disambut, Bersatu!Keempat doa itu pun diucapkan dengan pekik gemuruh dan standing applause dari hadirin. Sungguh haru dan luar biasa khidmat.Kemudian acara dilanjutkan di halaman luar Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin. Para tokoh dan sahabat lintas agama, suku, ras dan budaya duduk di kursi dinaungi tenda. Syaykh Panji Gumilang sejenak menjelaskan bahwa di halaman luar masjid itu akan dibangun Taman Puspa Kencana dan Danau Tirta Kencana, yang multifungsi. Selain sebagai bagian untuk memperindah pelataran masjid, juga berfungsi pemuliaan lingkungan dan penyimpanan air, 
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42