Page 46 - Majalah Berita Indonesia Edisi 96
P. 46
46 BERITAINDONESIA, Edisi 96LENTERALenterakarena orang Jawa, maka R Wage. “Tahukah saudara-saudara mengapa R nya menjadi Rudolf? Karena beliau selalu ikut kakaknya, yang menikah dengan tentara KNIL. Kemudian disekolahkan, kalau tidak memakai nama kulon, itu tidak bisa diterima. Maka Rebo-nya diganti Rudolf, maka Rebo Wage menjadi Wage Rudolf Supratman,” jelas Syaykh Panji Gumilang. Kemudian, Syaykh menyinggung perubahan yang sebelumnya disampaikan oleh mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Dr. Moeldoko, betapa dahsyatnya. Syaratnya inovasi. “Inovator tidak memerlukan konvensi. Konvensi dulu baru mengadakan perubahan. Tidak! Inovator-inovator selalu (hari-hari) berpikir perubahan, perubahan,” Syaykh menimpali. Tapi, menurut Syaykh, dalam perjalanan membangun itu ada dua faktor yang kadang-kadang tidak pernah dihitung oleh pembangun, yaitu error dan give. Error, sehebat apapun, ada error. Serangan Amerika ke Irak, hanya digasak dengan sedikit saja, itu serangan kilat. Jatuh. Error. Jepang begitu hebatnya, lupa, kena bom atom, error. Tapi juga ada give. Di tengah-tengah sibuknya bangsa Jepang mempersiapkan tanda tangan penyerahan, 2 September, setelah Hirosima Nagasaki dibom. Bangsa kita yang cerdas, yang tidak menggunakan senjata, senjatanya adalah otak, yang baru dididik tahun 1905, dan baru memproklamirkan negara yang belum defacto dan dejure, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. Dan dibuatlah lagu ini. Bung Karno tahun 1930, tatkala bermimpi menuju Indonesia Merdeka, landasannya adalah lagu tiga stanza. Tadi Jenderal kita (Moeldoko) bertanya, mengapa Indonesia ini koq belum maju? “Satu, lupa jimatnya. Saudara-saudara lima dasar negara tidak akan ada kalau tidak ada tiga stanza. Tiga stanza ini adalah tonggak, sehingga bisa merdeka tanpa satu peluru pun yang dilepaskan,” urai Syaykh. Syaykh mengatakan, perjuangan kemerdekaan yang menggunakan senjata dan berdirinya Tentara Nasional Indonesia adalah setelah kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan. Sebelumnya tidak ada senjata yang Duapuluhan ribu jamaah dengan khusyuk me n yimak tausyiah Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang, orasi Jenderal Moel doko dan sambutan Fuad Bawazier,. Tetib, tidak satu pun beranjak dari duduknya sampai acara selesai.