Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 96
P. 47
BERITAINDONESIA, Edisi 96 47LENTERAmeletup. Senjata Bung Karno adalah intelegensianya, inovasinya, keberaniannya, dan jejak langkahnya yang tidak pernah bergeming sampai akhir wafatnya.Lagu Indonesia Raya, Indonesia Besar, raya itu besar. “Maka kalau kita jalan raya, jangan ada lobang, kalau jalan raya ada lobang, itu buka jalan raya, itu jalan setapak, itu jalan tikus, itu jalan buaya. Kalau jalan raya, mulus, kinclong-kinclong,” kata Syaykh, yang memancing imajinasi pendengarnya ke jalan raya menuju Al-Zaytun yang masih berlobang-lobang. Indonesia raya yang besar ini, lanjutnya, bukan didirikan oleh sebahagian manusia. Itu adalah, kata Bung Karno. Indonesia kita dirikan merupakan ‘the will to be together’, satu keinginan untuk bersama! Artinya, Indonesia Raya ini adalah kumpulan daripada penduduk-penduduk yang dulu belum bernama Indonesia, yang punya budaya, punya hukum adat, kemudian memproklamirkan diri ‘we are to will to be together’, kita ingin untuk bersama.Seperti Nabi Daud tadi: Hinne mattov umanna’im, syevet akhim gam yakhad! Bersatu, bersatu. Maka kalau ditilik dari agama pun, ada nasrani, nasrani pun bermacam-macam, Protestan dan Katolik. Karena apa? Persahabatannya kental, sampai menga dakan Natalan (25 Desember), di tempat ini, di Al Zaytun, rame-rame. Syaykh juga ikut menyanyi, nyanyi natal, nyanyi gereja. Orang bertanya, mengapa Syaykh? Oh, saya bisa nyanyi gereja walaupun saya tidak menjadi orang nasrani. Orang nasrani juga ikut bersama Syaykh, menyanyi, tidak usah masuk Islam baru masuk masjid!Nah, inilah the will to be together. Tidak usah ada perubahan-perubahan yang sehingga bersinggungan, inilah namanya budaya toleransi. Silahkan dengan pendirianmu, silahkan kami dengan pendirian kami. Inilah lakum dinukum waliyadin. Mampukah kita begitu?Bila tidak mampu, jangan ngomong orang ber-Pancasila. Orang ber-Pancasila, antara faham yang sedikit nyeleneh dengan faham yang maton sudah bengkregh. Pantaslah sosiolog mengatakan, paling tidak Karl Marx, bahwa agama sumber konfl ik. “Tapi Panji Gumilang tidak mengatakan begitu. Agama menafi kan konfl ik kalau memiliki toleransi dan perdamaian. Untung, Karl Marx sudah keburu wafat, belum ketemu Panji Gumilang. Andainya ketemu Panji Gumilang akan sama pandangannya,” kata Syaykh Panji Gumilang.Siapapun, lanjutnya, apalagi agama, karena agama adalah menanamkan karakter, yang karakter ini disambungkan pada karakter bangsanya. Muslim, karakter bangsa Indonesia, menginginkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Nasrani, karakter bangsa Indonesia, menginginkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, semuanya akan bisa menyatu di dalam Negara Republik Indonesia.Kesatuan Persatuan Indonesia RayaMembuka tahun baru hijriah kali ini, kata Syaykh, artinya menjunjung tinggi kesatuan persatuan Indonesia Raya. Karena lagu kita kan, Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Merdeka itu untuk apa? Merdeka itu untuk hidup. Merdeka itu untuk hidup. Hiduplah Indonesia Raya. Setelah merdeka, merdeka, hiduplah. Berarti merdeka untuk hidup. Sudah hidupkah kita? Sudah. Namun do’anya belum sampai, marilah kita mendo’a Indonesia Bahagia. Hidup yang bahagia yang diperlukan. Terus kemudian kaitannya masuk pertanian saja. Suburlah tanahnya, baru subur, suburlah jiwanya, bangsanya, rakyatnya semuanya. Sadarlah hatinya, sadarlah budinya untuk Indonesia Raya. Sudah itu? Belum, karena dilupakan. Maka Syaykh mengingatkan wali santri dan santri, nanti sekali waktu akan mengetes satu persatu untuk nyanyi Indonesia Raya Tiga Stanza.Di samping itu, Syaykh mengatakan ada lagi orang yang takut, takut Indonesia ini pecah. Takut Indonesia ini hilang seperti Yugoslavia. “Syaykh tidak pernah takut, karena Syaykh dari awal sudah berpegang tiga stanza. Sebelum orang ke tanah suci, Syaykh sudah mengatakan, Indonesia Tanah Yang Suci, Tanah kita yang sakti. Disanalah aku berdiri, jaga ibu sejati. Indonesia ibu kita. Kita yang menjaga. Mau ditebang hutannya, mau dikeruk itu pasirnya dijual ke luar negeri, tapi Syaykh masih bernyanyi, Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi. Marilah kita berjanji Indonesia abadi. Abadi, jangan takut!” kata Syaykh Al-Zaytun.Syaykh menunjukkan fakta-fakta di mana yang bisa mengabadikan Indonesia dengan berkumpulnya seluruh aliran, seluruh agama. Abadi, abadi, jangan takut, tidak akan menjadi Yugoslavia ke-2. “Mengapa Yugoslavia sirna? Karena mayoritasnya berbangga dengan mayoritas,