Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 96
P. 51
BERITAINDONESIA, Edisi 96 51BERITA EKONOMIbunganya saja kesulitan. Dengan utang memuncak, rakyat pun semakin miskin, pengangguran produktif bertambah banyak, kesenjangan ekonomi serta ketimpangan berjarak jauh. Beberapa hari lalu listrik naik, subsidi kereta ekonomi juga sempat naik, harga barang-barang naik khususnya menjelang bulan ramadhan,” cuit Gerindra.Dipaparkan juga fasilitas pelayanan publik berupa pendidikan yang masih mahal, angka putus sekolah tinggi, kesehatan masih terasa mahal, BPJS kesehatan telah menimbulkan masalah baru, keamanan justru sulit didapatkan, yang ada hanya ketidakadilan dan kegaduhan negara. “Sandang pangan papan begitu sulit didapatkan oleh kalangan miskin serta menengah. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, memiliki tambang emas terbaik di dunia, cadangan minyak, gas, perak, tembaga serta batu bara melimpah, sumber daya hayati di lautan melimpah, kesuburan tanah, fl ora dan fauna. Ironi di negeri yang memiliki kekayaan alam melimpah ruah, namun gagal dalam mengelola, sehingga rakyat jauh dari kesejahteraan,” cuit Gerindra.Dikemukakan, dalam perspektif sistem ekonomi liberal, utang dan pajak menjadi sumber andalan utama pembangunan ekonomi, maka menjadi wajar jika hutang demi hutang menjadi tonggak utama dalam pembangunan ekonomi di negara-negara yang menganut ekonomi liberal.Sementara, menurut Gerindra, utang ini tentu tidak gratis, ada kepentingan tertentu di baliknya. Menguatkan cengkraman asing dalam pengelolaan SDA di negara tersebut. “Politik saling sandera berjalan mulus dengan strategi ini. Inilah strategi negara kapitalis menjebak negara berkembang seperti Indonesia,” lanjutnya.Dalam perspektif Islam, menurut Gerindra, bukan utang apalagi pajak yang menjadi sumber APBN, tapi hasil dari sumber daya alam yang sejatinya milik rakyat untuk dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. “Hal inilah yang membedakan dengan perspektif Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, pemerintah sudah punya utang banyak.