Page 25 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 11
P. 25
TokohIndonesia, Volume 11 25kebangsaan Indonesia cerah.M-TI: Atau, apakah sesungguhnyaadalah Anda yang akan menjadi heropada zamannya untuk meraih masadepan bangsa yang gemilang tersebut?SIS: Saya tidak ingin menjadi seoranghero atau pahlawan. Saya hanya inginberbuat baik untuk kepentingan rakyatbanyak karena prinsip saya bahwaorang yang baik adalah orang yangmemberikan manfaat kepada sebanyakbanyaknya orang dan lingkungannya.Saya mengajak semua elemen bangsauntuk bersama-sama segeramempercepat masa transisi denganmelakukan rekonsiliasi yang adilterhadap semua pihak sehingga kitabisa efektif melaksanakanpembangunan. Sebagai bangsa yangpaternalistik, masalah bangsa kita bisamenjadi sederhana jika hadir pemimpinyang dapat memberi ketauladanan, danmampu memobilisir potensi yang ada,serta merumuskan langkah yang tepat.M-TI: Anda telah cukup lamaberkiprah di Republik ini, hasilnyatelah banyak dirasakan olehmasyarakat banyak terutama kalanganpetani-nelayan-buruh, masihkah itukurang untuk memuaskan hati Anda?Belum saatnyakah untuk menikmatikehidupan bersama keluarga, isteridan anak-cucu?SIS: Sahabat saya Robby Djohan,mantan Dirut Garuda Indonesia danBank Mandiri pernah mengajukanpertanyaan yang sama. Juga isteri saya.Namun di usia saya yang telahmenginjak 60 tahun ini dengan berbagaisumber daya yang saya miliki, sayamerasa tidak bertanggung jawab bilasaya enak-enak saja menikmati hidupmeninggalkan negara bangsa ini dalamkondisinya sekarang yang masih dililitkrisis multidimensi. Semoga Tuhanmemberkati ijtihad saya ini.M-TI: UU Pemilihan Umum Presidenmembuat rambu-rambu kepada paracalon, bagaimana Andamenyiasatinya?SIS: UU Pemilu Presiden tersebutdibuat dalam kondisi tarik-menarikberbagai kekuatan politik yang sangatkuat di legislatif. UU tersebutmerupakan hasil maksimal daripergulatan politik yang ada denganwaktu yang relatif singkat. Namundemikian, saya merasa UU tersebutsudah ada kemajuan untuk memilihcapres terbaik pada Pemilu 2004 yangakan datang. Sesuai dengan platformsaya untuk membangun negara bangsabersama seluruh rakyat secarakonstitusional, berdasarkan hukum,dan demokratis; saya akan menaati UUtersebut sebaik-baiknya. U e-ti/tsl-ht/ms/mlpTatkala Ukuran KewajaranIkut Bergeser“Negeri ini telah berhasil mengatasi badai perpecahan oleh kaumseparatis, lalu mampu mengatasi gelombang pertentanganantarkawan dalam menentukan dasar negara dan pertentanganideologis dari yang landasannya paling ateis sampai yang berjuangnyadengan slogan jihad fisabilillah.Namun tahapan perjuangan memasuki era perjuangan yang gegapgumpita dan nilai-nilai dasar manusia yang luhur di masyarakat,banyak yang kemudian terpaksa atau suka ikut berubah. Ada senyumyang penuh dengan prasangka dan kebaikan antara pengusaha danpenguasa yang sarat dengan pamrih. Ada pula saling rangkulan mesraantarpolitikus yang cenderung mencekik, lalu betul-betul salingmencekik sampai lidahnya terjulur, kemudian melonggar dan jadirangkulan kembali, saling menyapa dan tersenyum, untuk kemudiansaling mencekik lagi. Kepalsuan merajalela sementara ketulusantersingkir.Ada pula anak negeri ini yang berubah lalu sekadar melihat negerinyahanya baik untuk diperas dan memboyong hasil perasannya ke luarnegeri. Juga yang membangun negeri leluhur, bukan atas doronganbagi keuntungan Indonesianya, tetapi lebih sebagai dorongan ikatanbatin dan kecintaan emosional pada tanah leluhumya.Ada beberapa pengusaha yang memandang hutan tropis nusantara inisemata-mata benda mati tanpa arti, kecuali batang-batang kayunyayang ditebang untuk menghasilkan jutaan dollar, tanpa mau menanamkembali, dan tertawa melihat kegersangan yang terjadi, dan gajahserta rusa yang ikut lari.Banyak pula pengusaha-pengusaha sukses, kaya raya yangmembiarkan buruhnya miskin dengan membayar gaji di bawahketentuan upah minimum, lalu dimana letak kesetiakawanan dankeadilan sosialnya. Juga bank-bank yang menarik dana darimasyarakat bermilyar-milyar rupiah yang setelah dipakai oleh grupnyasendiri lalu tak mampu mengembalikannya.Memang seringkali, kehalusan budi pekerti dan kelembutanmasyarakat dimanfaatkan secara halus mengakali masyarakat. Laluada juga koruptor yang dermawan, yang jadi sanjungan banyak orang,dan pendekar suci yang bersih merengek meminta derma padanyauntuk biaya-biaya bakti sosialnya.Ukuran-ukuran kewajaran ikut bergeser, dan setiap kali kita menemuiukuran kewajaran baru, bersamaan dengan itu kita akan menangis,karena itulah kewajaran untuk kemudian kita semua menerimanyasebagai kewajaran...”Kutipan Pidato Siswono Yudo Husodo pada acara pembukaanSANGSAKA, kesenian multimedia di Gedung Kesenian Jakarta, 21 Mei1993. (Kompas, 24 Mei 1993).W A W A N C A R A QSISWONO YUDO HUSODO Q SEJAHTERA PETANI SEJAHTERA INDONESIA QKETUA UMUM HKTI SISWONO Q e-ti/btTokohIndonesia, Volume 11 25

