BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    32.2 C
    Jakarta
    Trending Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaSistem SunyiGravitasi yang Menyatukan Jiwa
    resonansi

    Gravitasi yang Menyatukan Jiwa

    Tentang iman yang bekerja tanpa terlihat, tapi menahan segalanya agar tetap utuh.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

    ✧ Orbit      

    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit PsikospiritualMetafisik-Naratif

    Ada kekuatan yang tidak terdengar, tapi mengikat segalanya agar tetap berputar di tempatnya. Ia tidak menarik dengan keras, tidak menekan dengan paksa, hanya menjaga keseimbangan dengan cara yang lembut. Kekuatan itu disebut iman.

    Inti Makna Tulisan
    Iman adalah gravitasi kesadaran yang membuat manusia tetap utuh di tengah gerak hidup. Ia tidak menahan dengan kekuatan, tapi dengan keseimbangan. Menyatukan rasa, makna, dan waktu agar tidak tercerai satu sama lain.

    Dalam kehidupan yang terus bergerak, selalu ada sesuatu yang menahan agar semuanya tidak tercerai. Di tengah perubahan, kehilangan, atau pergantian arah, ada daya yang membuat kita tetap bertahan, tetap percaya, tetap hadir, meski tak lagi tahu pasti untuk apa.

    Iman bukan konsep; ia adalah gravitasi batin yang bekerja di dalam diam. Kita jarang menyadarinya karena ia tidak tampak. Namun tanpa kekuatan itu, jiwa akan terlempar jauh ke segala arah keinginan dan ketakutan. Iman tidak selalu memberi jawaban, tapi selalu menjaga agar kita tidak hancur di tengah ketidakpastian.

    Seperti bumi yang terus berputar karena ditahan oleh pusat tak terlihat, manusia pun terus bergerak karena ada poros yang membuatnya tetap utuh. Poros itu bukan di luar, tapi di dalam. Tempat di mana segala getar rasa akhirnya menemukan keseimbangannya.

    Kehidupan yang beriman bukan kehidupan yang bebas dari badai, melainkan kehidupan yang tetap tenang di tengah badai karena mengenal pusatnya sendiri. Ketenangan itu tidak berarti tak ada gerak; justru ia menandakan bahwa jiwa telah menemukan orbitnya. Ia tidak lagi terseret oleh hasrat, karena gravitasi batin telah bekerja menjaga jarak antara ingin dan cukup.

    Iman tidak perlu keras kepala. Ia cukup lembut untuk memberi ruang bagi ragu, cukup bijak untuk membiarkan waktu menjawab sendiri. Yang memisahkan bukan perbedaan pandangan, melainkan hilangnya pusat yang sama. Dan iman adalah cara jiwa mengingat poros itu kembali.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Populer (All Time)

    Terbaru