Bekerja bukan untuk membuktikan diri, melainkan untuk tetap hadir di tengah kehidupan yang terus bergerak.
Kerja sejati bukan tentang hasil yang besar, melainkan tentang tidak kehilangan diri di dalamnya. Yang penting bukan apa yang selesai, tapi siapa yang tetap hadir di tengah prosesnya.
Ia dulu bekerja dengan api di dada: mengejar waktu, target, dan pengakuan. Setiap hari menjadi perlombaan antara dirinya dan hasil yang harus dicapai. Ketika sukses datang, ia bahagia sebentar, lalu kosong lagi. Ketika gagal, ia merasa lenyap. Seolah harga dirinya melekat pada hasil pekerjaannya. Dan di antara naik turunnya pencapaian, ia lupa: bekerja seharusnya membuatnya hidup, bukan hilang.
Sampai suatu hari ia berhenti sejenak. Bukan karena lelah fisik, tapi lelah kehilangan dirinya di tengah kesibukan yang ia ciptakan sendiri. Ia duduk di depan meja yang sama, memandangi pekerjaannya. Dan untuk pertama kalinya, ia bertanya: apa yang sebenarnya aku kerjakan dalam diriku sendiri?
Pertanyaan itu membawanya pada keheningan yang aneh tapi jujur. Ia mulai menyadari bahwa bekerja bukan soal banyaknya hasil, tapi kedalaman kehadiran. Bahwa yang membuat kerja bermakna bukan tepuk tangan orang lain, tapi keutuhan dirinya saat mengerjakan. Sejak itu, setiap tugas menjadi latihan untuk hadir. Bukan untuk dikenal, tapi untuk benar-benar ada.
Kini ia bekerja dengan ritme berbeda. Masih dengan disiplin yang sama, tapi tanpa kegelisahan membandingkan. Ia tahu, yang membuatnya hidup bukan hasil yang selesai, melainkan proses yang dijalani dengan kesadaran. Ia tidak lagi takut tertinggal, karena ia tidak lagi berlomba. Ia hanya ingin tetap utuh di tengah apa pun yang dikerjakannya.
Bagi dunia, mungkin hasil kerjanya terlihat sederhana. Tapi bagi dirinya, setiap pekerjaan adalah doa: cara untuk tetap terhubung dengan kehidupan, tanpa kehilangan pusat. Ia tidak lagi bekerja untuk menjadi sesuatu, ia bekerja untuk tetap menjadi dirinya.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif


