BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    29.9 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: 2 menit
    Lama Membaca: 2 menit
    Lama Membaca: 2 menit
    Lama Membaca: 2 menit
    BerandaLorong KataBelajar Tulus di Tengah Luka

    Belajar Tulus di Tengah Luka

    Tentang kasih yang tidak berhenti meski perih masih tinggal.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: 2 menit

    Orbit RelasionalPsikospiritual

    Ada saat ketika memberi maaf terasa lebih berat daripada menahan marah. Bukan karena hati keras, tapi karena luka belum selesai bicara. Namun di titik itulah ketulusan diuji. Bukan pada siapa yang salah, melainkan pada siapa yang tetap ingin menjaga kebaikan di dalam dirinya.

    Inti Makna Tulisan
    Belajar tulus di tengah luka adalah perjalanan batin untuk kembali jernih tanpa harus melupakan. Ketulusan sejati lahir bukan dari ketiadaan luka, melainkan dari keberanian untuk tidak membalas, agar kasih tetap hidup di tengah sisa perih.

    Ketulusan tidak lahir dari keadaan yang sempurna. Ia justru tumbuh di tanah yang pernah retak. Di antara serpih kecewa dan sisa amarah, ada ruang kecil yang diam-diam ingin tetap lembut. Itulah benihnya.

    Banyak orang ingin menjadi tulus tanpa melalui luka. Padahal tanpa luka, ketulusan tidak punya kedalaman. Hanya setelah rasa sakit disadari tanpa dibalas, seseorang mengerti bahwa kasih bukan tentang adil, tapi tentang sadar.

    Belajar tulus bukan berarti melupakan. Ia tentang menerima bahwa yang pernah melukai juga bagian dari perjalanan diri. Dalam penerimaan itu, luka kehilangan kuasanya. Ia berhenti menjadi beban, berubah menjadi pemahaman.

    Kadang yang paling sulit bukan memaafkan orang lain, tapi memaafkan diri sendiri karena pernah membiarkan luka itu tumbuh. Namun waktu selalu berpihak pada hati yang ingin tenang. Perlahan, yang keras melunak, yang perih menjadi cahaya tipis yang menuntun.

    Ketulusan tidak bisa dipaksa. Ia datang ketika seseorang berhenti ingin menang. Saat berhenti menuntut pengakuan, berhenti mengulang alasan. Hanya diam, dan membiarkan kasih mengambil alih tempat amarah.

    Ada keindahan yang lahir dari batin yang tidak membalas. Ia bukan kelemahan, tapi kekuatan yang tidak lagi butuh pembuktian. Ketulusan adalah cara lembut untuk mengatakan: aku tetap manusia, meski pernah disakiti.

    Dan di ujung semua itu, seseorang akan mengerti, bahwa yang menyembuhkan bukan waktu, melainkan kesiapan untuk tidak lagi menagih apa pun dari masa lalu.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

    - Advertisement -Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)

    Populer (All Time)

    Terbaru