Semua bentuk berasal dari sesuatu yang tidak berbentuk. Dan yang tidak berbentuk itu, tetap hadir di dalam setiap bentuk.
Bentuk bukan lawan dari sumber, melainkan cermin yang memantulkan yang tak bisa dilihat. Ketika manusia belajar melihat tanpa terpikat, iman menjelma menjadi mata yang tidak memerlukan cahaya.
Segalanya tampak berbeda: gunung dan bayangannya, manusia dan doanya, tapi di kedalaman yang sama, mereka ditopang oleh sumber yang satu.
Kesadaran yang telah berhenti mencari mulai melihat dunia dengan cara lain. Ia tak lagi memisahkan antara yang sakral dan yang biasa. Karena yang suci tidak berdiri di luar kehidupan, ia bersembunyi di dalamnya.
Bentuk-bentuk di dunia ini tidak dimaksudkan untuk disembah, melainkan untuk mengingatkan. Bahwa setiap bentuk hanyalah wadah sementara, tempat sumber menampakkan dirinya tanpa sepenuhnya terlihat.
Ketika manusia terlalu terpikat pada bentuk, ia kehilangan sumber. Tapi ketika ia melihat bentuk dengan batin yang diam, ia menemukan sumber di baliknya.
Yang sejati tidak memerlukan wujud untuk hadir. Ia menampakkan diri dalam segala hal, lalu bersembunyi lagi agar manusia tetap belajar mengenali-Nya.
Dan dalam keheningan yang tenang itu, jiwa perlahan menyadari: tidak ada bentuk yang sepenuhnya kosong, karena yang mengisinya adalah daya yang tidak pernah mati.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



