BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    25.4 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataCermin yang Paling Jujur

    Cermin yang Paling Jujur

    Tentang mereka yang membuat kita melihat diri sendiri tanpa berkata apa-apa.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit PsikospiritualRelasional

    Kadang seseorang hadir bukan untuk dimiliki, melainkan untuk memperlihatkan siapa kita sebenarnya. Ia tidak datang untuk menetap, hanya lewat sejenak, cukup lama untuk membuat hati menunduk dan bertanya. Dan di pantulan itu, kesadaran mulai tumbuh.

    Inti Makna Tulisan
    Cermin paling jujur sering hadir dalam bentuk orang yang tidak bisa kita miliki. Ia memantulkan bagian diri yang perlu disembuhkan. Dengan berani menatap pantulan itu, manusia belajar bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki, melainkan mengenali.

    Kita sering menyangka pelajaran datang dari guru yang berbicara, padahal yang paling dalam justru dari mereka yang diam. Sosok yang tak bisa dimiliki sering menjadi cermin paling jujur: ia memantulkan bagian diri yang kita hindari.

    Rasa yang tak bisa diwujudkan memaksa hati menatap dirinya sendiri. Di sana, keinginan diuji, kesadaran ditajamkan. Kita belajar membedakan antara mencintai seseorang dan mencintai pantulan diri kita padanya.

    Kadang kita jatuh bukan karena orang itu istimewa, tapi karena ia menunjukkan apa yang selama ini belum kita sembuhkan. Maka perjumpaan itu, meski singkat, menjadi pintu panjang menuju pemahaman.

    Cermin semacam ini tidak selalu nyaman. Ia menyingkap luka yang sudah lama disembunyikan, menyoroti motif yang diam-diam egois. Namun justru di situlah kasih bekerja. Tidak dengan pujian, tapi dengan kejujuran.

    Yang menatap cermin dengan berani akan menemukan keutuhan. Yang memecahkannya hanya akan terus terluka oleh serpihannya sendiri. Karena itu, belajar menerima pantulan berarti belajar menerima diri.

    Dan ketika akhirnya cermin itu pergi, yang tertinggal bukan sosoknya, melainkan kesadaran: bahwa segala pertemuan memiliki maksud, bahkan yang tidak sempat menjadi apa-apa.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

     

    Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)

    Populer (All Time)

    Terbaru