Dalam dunia yang penuh suara, kebijaksanaan tidak lagi berbicara. Ia mendengar lebih dalam.
Kebijaksanaan sejati bukan yang paling fasih berbicara, tetapi yang paling dalam mendengarkan. Dalam mendengar, manusia berhenti menjadi pusat dan mulai menjadi ruang.
Ada masa ketika ia merasa setiap pemikiran harus diutarakan, setiap kebenaran harus disuarakan. Ia berdebat dengan niat baik, menulis panjang untuk menjelaskan, bicara agar orang lain mengerti. Namun semakin keras ia menjelaskan, semakin sedikit yang benar-benar mendengarkan. Hingga akhirnya ia sadar: bukan suaranya yang kurang kuat, tapi ruang di antara manusia yang terlalu penuh.
Suatu malam, dalam pertemuan kecil, seseorang berbicara dengan nada pelan. Tidak meyakinkan, tidak memaksa. Namun setiap kata terasa jernih. Ia mendengarkan lama, dan untuk pertama kalinya merasa disentuh bukan oleh kepandaian, melainkan oleh ketulusan diam yang melandasi kata-kata itu. Ia mengerti: kebijaksanaan tidak lahir dari yang paling banyak bicara, melainkan dari yang paling dalam mendengar.
Sejak itu ia mulai belajar cara baru berinteraksi dengan dunia. Bukan sebagai pembicara yang mencari panggung, tapi sebagai pendengar yang menjaga ruang. Ia tahu, mendengar bukan sekadar menunggu giliran berbicara, melainkan menerima keberadaan orang lain tanpa tergesa menilai. Dalam mendengar, ia menemukan bentuk kasih yang paling sunyi: memberi tempat bagi sesuatu di luar dirinya untuk hidup.
Kini, setiap kali ia dihadapkan pada perdebatan atau kesalahpahaman, ia memilih untuk hening terlebih dahulu. Ia tahu, tidak semua kebenaran perlu dibuktikan; beberapa hanya perlu dihayati bersama waktu. Ia tidak lagi ingin menjadi yang paling benar, cukup menjadi yang paling hadir. Dan di dalam kehadiran yang diam itu, kebijaksanaan bernafas.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



