The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiOrang yang Menaruh Kembali Keranjang Kecil Supermarket ke Tempatnya
jejak-luar

Orang yang Menaruh Kembali Keranjang Kecil Supermarket ke Tempatnya

Tentang merapikan pilihan kecil yang sering dianggap sepele

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: < 1 menit

Di pintu keluar supermarket, kebanyakan orang meninggalkan keranjang belanja kecil di area kasir atau begitu saja di lantai samping pintu. Tapi ada satu orang yang membawa kembali keranjangnya ke rak awal. Ia berjalan beberapa langkah mundur, menyelipkannya rapi, lalu keluar tanpa menoleh lagi.

Keranjang kecil itu benda yang kita pakai tanpa banyak pikir. Diambil, dipakai, lalu sering ditinggal di tempat paling dekat begitu selesai. Tidak ada larangan keras, tidak ada papan instruksi. Toh petugas akan merapikannya. Itulah pikiran banyak orang.

Tapi orang ini memilih menutup siklus kecil itu sendiri.

Gerakannya pelan. Tidak ingin terlihat rajin. Tidak berharap dilihat staf. Tidak sedang “menjadi baik”. Hanya sadar bahwa barang yang dipakai bisa dikembalikan ke tempat asal, seperti kewajaran sederhana yang tidak lagi dianggap penting.

Tidak perlu alasan besar. Tidak butuh label peduli. Ia hanya tidak ingin meninggalkan pekerjaan kecil untuk orang lain jika bisa diselesaikan dalam tiga detik.

Dalam Sistem Sunyi, ini dekat dengan prinsip dasar: merawat alur tanpa mengklaim peran. Kebaikan versi diam: selesai tanpa pembukaan, tanpa penutup.

Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.

  • tidak menyisakan tugas ringan untuk orang lain
  • mengembalikan sesuatu pada tempatnya tanpa merasa berjasa
  • menghargai tertib kecil dalam ruang bersama
  • memilih rapi, bukan karena dilihat, tapi karena tepat
  • bergerak pelan tanpa menjadikannya pengumuman moral

Tidak ada yang memperhatikan. Tidak ada yang harus berterima kasih. Keranjang itu kembali ke rak, siap untuk orang setelahnya. Sementara pelakunya sudah berjalan keluar, kembali pada urusannya, seolah semuanya hal biasa, dan memang begitu.

Terkadang yang menjaga kenyamanan ruang bukan kebijakan besar, tapi kebiasaan ringan yang tidak ditinggikan menjadi slogan.

Kutipan
Tidak semua yang dikembalikan menunggu imbalan; kadang hanya menunggu kesadaran.

Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.

Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (24.9%), Gusdur (17.5%), Jokowi (16.1%), Megawati (11.5%), Soeharto (10.1%)

Ramai Dibaca

Terbaru