Di pagi hari, saat jalanan padat dan waktu terasa sempit, seorang anak sekolah berdiri di pinggir zebra cross. Ia menoleh ke kanan dan kiri, tidak yakin kapan harus melangkah. Lalu sebuah kendaraan berhenti pelan. Pengemudinya memberi tanda dengan tangan, tidak dengan suara keras, hanya memberi ruang agar anak itu bisa menyeberang dengan tenang.
Di jam berangkat kerja, ritme jalan raya cenderung tegang. Semua bergerak cepat: kantor tidak menunggu, rapat sudah dijadwalkan, dan lalu lintas jarang bersahabat. Tapi ada satu momen ketika seseorang memilih menahan urgensinya sendiri.
Pengemudi ini tidak mengedipkan lampu agresif. Tidak berteriak “ayo cepat.” Ia hanya berhenti, menunggu, menjaga jarak cukup, memastikan anak itu menyeberang dengan langkah stabil. Tanpa terburu, tanpa desah kesal.
Tidak ada kamera lalu lintas yang mencatat “kebaikan”. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada teriakan terima kasih. Hanya seorang dewasa yang sadar bahwa rasa aman anak itu ada di tangannya beberapa detik saja.
Dalam Sistem Sunyi, ini mengingatkan pada sikap memberi ruang tanpa memerlukan nama di dalamnya. Pengemudi ini tidak mencari moral tinggi, ia hanya tahu bahwa langkah kecil seseorang juga perlu tempat untuk lewat.
Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.
- mengutamakan yang rentan tanpa drama
- memahami bahwa tergesa bukan alasan untuk menyingkirkan orang lain
- melihat manusia, bukan hambatan
- memberi tanda jelas tanpa memaksa atau memamerkan kontrol
- kembali berjalan tanpa merasa baru melakukan sesuatu yang istimewa
Anak itu sampai di seberang. Pengemudi melanjutkan perjalanan. Tidak ada dialog. Tidak ada simbol. Tapi ada satu momen kecil di mana keselamatan diberi ruang lebih besar daripada kesibukan.
Kadang, kebaikan hadir bukan dari niat mengubah dunia, tetapi dari berhenti lima detik untuk memastikan seseorang bisa melangkah dengan pasti.
Kutipan
Di tengah jalan yang tergesa, ada jeda kecil yang menjaga seseorang belajar berani melangkah.
Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.
Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



