Mungkin yang kita cari selama ini bukan rumah, tapi keberanian untuk berhenti berjalan dan menyadari bahwa kita sudah berada di dalamnya.
Kita berhenti tersesat bukan karena menemukan arah, tetapi karena berhenti berlari dari diri sendiri.
Ia menghabiskan banyak tahun mencoba “menemukan dirinya”. Pindah pekerjaan, mengejar hal baru, bertemu banyak orang, berharap satu di antaranya memberi rasa pulang. Namun setiap kali ia merasa hampir sampai, ada kehampaan baru yang muncul, seolah perjalanan harus diulang dari awal.
Sampai suatu hari, di tengah kesibukan yang biasa saja, ia tersadar: tidak ada yang benar-benar berubah, tapi entah mengapa semuanya terasa cukup. Ia tidak sedang berada di tempat yang sempurna, tapi ia tidak ingin ke mana pun juga.
Dulu, ia berpikir hidup harus punya arah jelas, tujuan besar, hasil yang bisa diukur. Kini ia tahu, tidak semua perjalanan butuh garis akhir. Ada bentuk pulang yang tidak membutuhkan peta. Karena pulang bukan tempat, tapi keadaan di mana diri berhenti berjuang melawan dirinya sendiri.
Sejak itu, ia mulai menjalani hidup dengan cara yang lebih tenang. Tidak terburu-buru, tidak ingin membuktikan apa pun, tidak lagi takut terlambat. Ia bekerja, berbicara, mencinta, dan diam — dengan cara yang sama: tidak untuk mencapai, tapi untuk hadir.
Kini ia tidak lagi mencari rumah, karena ia tahu, rumah itu ternyata tidak pernah hilang. Hanya tertutup oleh langkah yang terlalu sibuk berjalan.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



