Kita hidup di dunia yang terus berbicara. Semua ingin didengar, tapi sedikit yang mau mendengar. Mungkin karena diam kini lebih sulit daripada berkata.
Keheningan bukan kekosongan dalam percakapan, melainkan ruang tempat perasaan bisa pulih tanpa harus dijelaskan.
Di kantor, di jalan, di media sosial, semua orang ingin menjelaskan sesuatu. Suara datang dari segala arah, dan tanpa sadar kita ikut di dalamnya: membalas, menanggapi, menjawab cepat sebelum sempat memahami. Setiap percakapan terasa seperti perlombaan siapa yang lebih dulu dimengerti.
Ia dulu seperti itu juga. Merasa perlu bicara agar dianggap ada, merasa harus menenangkan agar terlihat peduli. Tapi semakin sering berbicara, ia semakin merasa jauh, bahkan dari orang-orang yang dekat dengannya. Sampai suatu kali, saat seorang teman bercerita tentang kehilangan, ia memilih diam. Bukan karena tak tahu harus bilang apa, tapi karena tahu apa pun yang dikatakan tak akan menenangkan lebih dari kehadiran yang diam itu sendiri.
Malam itu ia belajar sesuatu: tidak semua perhatian datang dari kata-kata, dan tidak semua kasih harus berbentuk nasihat.
Sejak itu, ia mendengarkan lebih lama, berbicara lebih sedikit. Ia berhenti menyiapkan jawaban di tengah orang lain masih bicara. Dan pelan-pelan, percakapan yang dulu terasa melelahkan berubah menjadi ruang yang tenang.
Kini, ketika orang datang padanya, ia tidak lagi terburu-buru menolong dengan kalimat. Ia hanya hadir. Dan kadang, diam itulah yang paling menguatkan.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



