Waktu yang Berjalan di Dalam
Tentang hadir di setiap hal yang kita lakukan.
✧ Orbit
Kita sering mengira sibuk berarti hidup. Padahal, hidup kadang justru terasa saat kita berhenti sebentar untuk menyadari apa yang sedang kita jalani.
Hadir tidak selalu berarti berhenti, kadang berarti berjalan perlahan agar diri tetap ikut di dalamnya.
Ia terbiasa mengejar waktu. Setiap hari adalah daftar tugas yang tak pernah selesai. E-mail menumpuk, rapat berganti, laporan menunggu. Dan di tengah semua itu, ada perasaan aneh yang sulit dijelaskan: seolah hidupnya berjalan cepat, tapi dirinya tertinggal.
Suatu hari, di antara rapat dan tumpukan catatan, ia berhenti. Ia menatap cangkir kopi yang sudah dingin di meja, lalu memperhatikan uap tipis yang hampir hilang. Detik itu terasa panjang, tapi justru di situ ia merasa paling hadir.
Sejak saat itu, ia mulai memperlambat langkahnya sedikit demi sedikit. Bukan untuk menjadi lambat, tapi agar bisa benar-benar hidup di tengah apa yang sedang dilakukan. Mengetik dengan sadar, berbicara dengan penuh perhatian, bahkan bernapas tanpa terburu-buru.
Ia sadar, waktu tidak pernah benar-benar hilang; yang hilang adalah dirinya yang tidak hadir di dalamnya. Dan ketika ia kembali ke sana — ke napas, ke langkah, ke kesadaran — semua hal yang dulu terasa terburu-buru kini menjadi bagian dari ritme yang tenang.
Bekerja pun terasa berbeda. Ia tidak lagi mengejar akhir dari pekerjaan, tapi menikmati perjalanannya. Ketenangan bukan datang dari waktu yang berhenti, melainkan dari diri yang tidak lagi dikejar oleh waktu.
Catatan
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)



