Page 57 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 57
No.1/Th.I/Juli 2005 59Merasa tak memiliki uang untukbiaya pemakaman, Supri tak beranimenceritakan ihwal kematian putrinyake warga sekitar. Akhirnya, ia punmemutuskan membawa jenazah Nisadengan gerobak tuanya menuju StasiunTebet. Niatnya, naik KRL menujuKampung Kramat, Bogor, dan mengebumikan Nisadi sana.Rupanya, yangterbersit di benakpria asal Muntilan,Jawa Tengah, iniadalah bayanganharus mengeluarkan banyak uangjika mengubur Nisa di Jakarta.“Saya diberitahu teman kalaubiaya pemakamandi Jakarta bisa mencapai Rp 600.000,”ujar pemulung yang biasa mangkal didepan Gereja Isa Almasih, Cikini,Jakarta Pusat, dengan nada sedihkepada Pos Kota (6/6), memberikanalasan.Lelaki berbadan kurus ini justrumembawa jenazah putrinya dengangerobak ke Stasiun KA Tebet. Supriberniat memakamkan Nisa di KampungKramat, Bogor, dengan menggunakanKRL.Di sana Supriono mempunyai temanyang diharapkan bisa membantu memakamkan putri bungsunya itu. “Maksudnya langsung dibawake Bogor. Saya bawa pake gerobak,”tutur Supriono dalam wawancara dengan Liputan6 SCTV, Kamis (9/6)petang.Sesampainya di Stasiun Tebet, Suprilantas menggendong jenazah si kecilyang sudah membujur dingin, kaku, danhanya dibungkus kain sarung dan kausputih kumal itu.Tapi niatan Supri ini gagal karenawarga yang melihatnya curiga danmelaporkannya ke polisi. Sambil tetapmenggendong jenazah Nisa, Supripasrah ketika dibawa warga ke Mapolsektro Tebet.Empat jam Supri diperiksa polisi. Iaditanya seputar penyebab kematiananaknya. Sementara jenazah Nisadititipkan di Puskesmas dekat Mapolsektro Tebet. Perasaan Supri semakingundah karena merasa dicurigai telahmembunuh anaknya sendiri. Ia sempatngotot meminta polisi mempercepatproses pemeriksaan.“Saya sempetngotot pada polisi.Saya pikir kasihanmayat anak saya,”aku Supri, tersedu.Untuk memastikan kematianputri Supri, polisimembawa jenazahNur dengan ambulans ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba, Jakpus,untuk diotopsi.“Tak percaya dengan penjelasanSupriono bahwa anaknya benar-benarmeninggal karena sakit, polisi malahmengharuskan si anak diautopsi. Jenazah itu dibawa ke RSCM. Namunsesampainya di rumah sakit itu, jenazahtak jadi diautopsi, sekali lagi, penyebabnya Supriono tak bisa membiayaisemua itu,” tulis harian Suara Pembaruan (19/6), yang menurunkan berita, “Ketika Memakamkan Anak punSulit.”Di RSCM Supriono menolak prosesotopsi. Rencana itu pun batal. Sore,mayat Nisa baru bisa keluar dari RSCM.Supri semakin bingung.Polisi dan rumah sakit tak terpikiruntuk meminjamkan ambulans ataumemberikannya sedikit uang. Lalu, kemana jenazah ini akan dibawa?Dibawa ke Bogor, sudah sore, sudahtak mungkin. Uang pun tak punya.Fardhu Kifayah belum dilakukan. Dalam kondisi seperti itu, Supri terusmembopong jenazah Nisa. Ia ingat IbuSri, tempatnya dahulu mengontrak diManggarai bersama mantan istrinya,yang sudah diceraikannya beberapawaktu lalu.Supriono“Dengan naik bajaj berongkos limaribu rupiah pemberian orang-orang disekitar RSCM, Supriono membawaNisa,” tulis Asro Kamal Rokan dalamrubrik “Resonansi” harian Republika(15/6) berjudul ‘Supriono’.Supri lantas membawa jenazah Nisake arah Manggarai. Tidak jadi ke Bogor,karena saat itu hari sudah sore. “Sayake tempat kontrakan dulu di tempat BuSri,” tambah Supri.Setiba di rumah Sri di kawasanManggarai Utara VI, Supri akhirnyamendapat pertolongan para tetanggaSri, yang bermukim diperumahanterbilang kumuh itu.Semula Supri meminta bantuan Sriuntuk ongkos perjalanan ke Bogor,untuk memakamkan Nisa. Tapi, atassaran Sri, jasad gadis kecil itu akhirnya dikebumikan esok harinya diTempat Pemakaman Umum (TPU)Menteng Pulo Blok A5, Casablanca,Jaksel.Semua biaya pemakaman Nisa,mulai dari biaya kafan dan tetek-bengeklain sebesar Rp 250.000 sampai biayakepada Dinas Pemakaman Rp 350.000,berasal dari patungan warga RT08/RW01 Manggarai Utara VI yang jatuhempati kepada Supri.BerkahBerkat pemberitaan gencar dari media massa nasional, hanya dalam hitungan hari, Supriono mendapat sumbangan uang hampir Rp 50 juta. Bahkanada masyarakat yang menawarinyapekerjaan dan bersedia mengasuhMuriski Saleh.Berbekal uang itu, pria kelahiranGunung Talang, Solok, Sumatera Barat,itu mengaku akan meninggalkan pekerjaan lama sebagai pemulung dan memulai hidup baru di Bogor sebagaipedagang pakaian, termasuk menyekolahkan Muriski Saleh.Belakangan, ada kabar teranyaryang diwartakan Warta Kota (24/6),Supriono akan menggeluti profesisebagai penjual mie. Keputusan itu diaambil setelah -diantar oleh WartaKota— mengunjungi kantor PT Bogasari Flour Mills di Jalan Raya Cilincing,Jakarta Utara, Kamis (23/6). Di sana,Supri bertemu dengan petinggi perusahaan terigu terbesar di Indonesiaitu.“Saya sudah mantep ingin jualanmie. Kalau kerja, di bagian apa? Kalaujualan kan bisa besar meski sekolahrendah,” ujar Supri seusai bertemuPhilip S Purnama, MBA., Office of CCOBogasari, yang juga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. ■ (AF)

