Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 58


                                    TEKNOLOGI INFORMASI60 No.1/Th.I/Juli 2005“Pada masa lalu kamimakan binatang.”Ya n g b e r b i c a r aseperti itu adalahViktor Jurubu, seorang petani usia 60-an tahun. Mengenakan kaos oblong dan sarung,Viktor tampak kecil seperti manusia guayang sedang dia gambarkan. Kecualitingginya kira-kira 140cm.Dalam dunia antropologi, ukuranJurubu yang kecil merupakan beritabesar karena dia dan 246 warga desaRampasasa lainnya di Pulau Flores,mengaku bahwa mereka keturunan darisebuah suku berbadan kecil dan berbululebat yang mereka sebut “manusiacebol.”“Kami tidak punya pisau tetapimenggunakan batu,” kata Jurubu sebagaimana dikutip oleh korespondenZamira Loebis yang dikemas Simon Elegant dalam majalah Time (edisi Juni2005).Kata Jurubu,” kami bahkan tidaktahu bagaimana membuat api.” Jurubu,pria berambut keriting abu-abu dipotong pendek, bertulang rahang menonjol dan kelopak mata yang dalam,memandang ke arah 30 rekan sedesanya yang duduk mengelilinginya untukmembuktikan ucapannya.Mereka mengangguk-angguk, danJurubu melanjutkan bicaranya tentangketika nenek moyang mereka yangpemalu hidup terpencil dari dunia luardi dalam gua Liang Bua, terletak di bukitpadas kira-kira satu kilometer dari desaRampasasa.Sekali lagi mereka memperlihatkantanda setuju.“Katakan bagaimana Paju meninggalkan gua dan menikah dengan wanitabiasa,” tiba-tiba salah seorang di antaramereka berteriak, “dan bagaimana kitakeluar, lantas menetap di desa Rampasasa.” Semula Jurubu merasa enggan.Setelah berhenti sejenak, dia membukamulutnya untuk berbicara, tetapi katakatanya lenyap di tengah deru suara taksabar yang berlomba-lomba ingin menuturkan kisah tersebut.Para warga Rampasasa sendiri tidakbisa menuturkan secara panjang lebaryang berkaitan dengan pengakuanmereka tentang mata rantai genekologimereka. Soalnya mereka hanyalahmasyarakat awam Flores yang sangatmiskin. Tetapi sulit untuk mengabaikansejumlah manusia kate, khususnya diantara para tetua, kebanyakan setaradengan anak usia 10 tahun. Sekitarenam generasi keturunan mereka telahmenikah dengan masyarakat luar, katakepala suku Rampasasa, Alfredus Ontas, hanya menyisakan sedikit manusiakecil yang sesungguhnya.Tetapi untuk membuktikan nenekmoyang mereka, dia dan rekan-rekannya dengan penuh semangat memperlihatkan foto para kerabat merekayang belum lama meninggal yang mereka sebut sisa “orang-orang pendek”yang lebih murni.Apakah kerangkamanusia kecilberusia 18.000tahun adalahsaudara tua darimanusia yanghidup di abadmodern, ataukahketurunan manusiabaru?“Saudara-saudara kami di dalamfoto ini tingginya hanya 110 cm,” kataOntas dengan bangga. Senyum lebarnyamemperlihatkan barisan giginya yangberwarna merah langu lantaran menyirih. Seseorang yang lebih tua yangtingginya 135 cm, berbulu lebat menutupi lengan dan kakinya. “Karenaberbulu lebat para nenek moyang kamibersembunyi di gua Liang Bua,” kataJurubu.”Mereka malu.”Tim ahli antropologi Australia danIndonesia melaporkan di dalam majalah Nature Oktober lalu bahwa diLiang Bua mereka menemukan tulangbelulang tujuh orang yang usianyaantara 13.000 sampai 95.000 tahun.Tulang-tulang belulang lainnya diketemukan kemudian. Di antara penemuan tersebut terdapat kerangkaseorang wanita berusia 18.000 tahun.Dibandingkan dengan manusia sekarang, tingginya sama dengan anakusia 6 tahun.Karena kerangka wanita itu tampakmirip manusia (humanoid), bukanmanusia, ukuran otaknya kecil, makapara peneliti menyimpulkan dia bukanmanusia purba (Pygmy) —seseorangyang pendek namun bentuk normal dariHomo sapiens yang diketemukan diAfrika dan Asia Tenggara— tetapisebuah keturunan baru yang dinamakan para penemu tersebut sebagaiHomo floresiensis. Keturunan ini, katamereka, mungkin cabang dari Homoerectus, yang secara luas diterimaOrang PurbaFloresTEKNOLOGI INFORMASI
                                
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62