Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 47


                                    BERITAINDONESIA, Agustus 2005 47Lulus Tahun DepanLihatnya Tahun IniLebih 800.000 siswa SMP dan SMA tahunajaran 2004/2005 tidak lulus Ujian Nasional(UN). Inikah cermin buramnya duniapendidikan kita?Tahun 2005 ini tercatat 817.302siswa SLTP dan SLTA dari4.990.266 peserta UjianNasional (UN), atau 16,37persen, dinyatakan tidak lulus.Angka ini meningkat dua kali lipatdibandingkan tahun sebelumnya yanghanya 403.872 siswa.Di “kota pelajar” Yogyakarta saja,misalnya, terdapat 13 SMA yang tingkatkelulusannya nol persen. Demikian puladi Semarang, Jawa Tengah, empat SMAdinyatakan siswanya lulus nol persen.Di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)tingkat ketidaklulusan yang tinggi menuaiprotes siswa. Fitria, siswi yang berunjukrasa, menyesalkan dana pendidikan yangbesar, mencapai Rp 21 triliun, ternyatatidak bisa membentuk pelajar yangberprestasi. Di NAD, dari 111.482 siswaSMP dan SMA, termasuk madrasahtsanawiyah dan aliyah, 48.160 siswa atau43,3 persen dinyatakan tidak lulus. Angkaini lebih besar dari tahun lalu yang hanya33 persen.Di Jawa Timur, harian Surya (1/7)melaporkan Gubernur Imam Utomoturut kecewa berat atas hasil UN didaerahnya. Dari 451.104 siswa SMP danSMA yang ikut UN, 55.258 siswa tidaklulus. Surabaya menjadi penyumbangterbesar, 4.691 siswa SMP dan SMAdinyatakan tidak lulus. Bahkan, ada SMPyang kelulusannya nol persenPemerintah PrihatinDari tiga mata pelajaran yang diujisecara nasional, bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika, nilai siswaumumnya jatuh pada dua mata pelajaranterakhir.“Pemerintah prihatin atas hasil itu,tapi itulah kenyataan yang harus dibuka.Sejak dulu kualitas pendidikan kitarendah”, ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla,ketika berbicara kepada pers di kantornya, Jakarta (1/7).Adalah Jusuf Kalla tokoh yang mendorong lahirnya kebijakan pemerintahuntuk menaikkan angka kelulusan siswa,dari 4,01 menjadi 4,26. Ia memaksudkannya untuk mengetahui peta daerahdaerah yang kualitas pendidikannyarendah. Daerah itu harus diangkat dengan memberi perhatian melalui tambahan dana dan perbaikan kualitas guru. “Suatu bangsa akan bisa maju apabilamengetahui keadaan yang sebenarnya.Apabila selama ini hanya dipoles-polesangkanya, bangsa ini tidak akan bisa majudengan betul,” ujar Kalla. Ia lalu memintaagar gubernur dan bupati/walikota bekerja keras jika kualitas pendidikan didaerahnya lebih rendah dibanding secaranasional.Ma’had Al-Zaytun di atas Rata-rataWalau secara nasional tingkat kelulusan siswa merosot, pondok pesantrenMa’had Al-Zaytun, yang berlokasi di DesaGantar, Indramayu, Jawa Barat, pantasmendapat predikat sebagai sekolahunggulan baru.Baru pertama kali melaksanakan UN,maklum, pusat pendidikaan terpadu inibaru berdiri tahun 1999, prestasi pesertadidiknya di tingkat aliyah sudah sangatmemuaskan. Dari 1.251 siswa, terdiri 626siswa program studi IPA dan 625 program IPS, hanya satu orang saja atau0,079 persen yang tidak lulus. Siswadari program studi IPA itu dinyatakantak lulus pada bidang studi Bahasa Indonesia.Sementara, pada tingkattsanawiyah hanya 5 dari1.110 peserta didik yangtidak lulus (0,45 persen).Satu anak tidak luluspada mata pelajaran bahasa Inggris, empat orang tidak lulus padapelajaran matematika.Majalah Tokoh Indonesia, pada edisi Juli 2005melaporkan nilai kelulusan rata-rata seluruhpeserta didik Ma’had AlZaytun berada di atas rata-rata nasional.Bahkan, Ma’had yang sejak 27 Agustus2005 ini secara resmi mulai membukaperguruan tinggi baru bernama Universitas Al-Zaytun Indonesia, mencatatkansekitar 30 persen siswanya berhasilmemperoleh nilai antara 8-10.Sebagai contoh, di tingkat tsanawiyahpada bidang studi bahasa Indonesia,sebanyak 60 orang siswa mendapat nilai9-10 (5,41 persen), 293 siswa mendapatnilai 8-9 (26,40 persen), 451 siswamendapat nilai 7-8 (40,63 persen), dan283 siswa mendapat nilai 6-7 (24,50persen). Hanya 23 siswa yang mendapatnilai antara 5-6, atau 2,07 persen.Kemudian pada bidang studi bahasaInggris, sebanyak 93 siswa mendapatnilai 9-10 (8,38 persen), 219 siswamendapat nilai 8-9 (19,73 persen), 344siswa mendapat nilai 7-8 (30,99 persen),dan 418 siswa mendapat nilai 6-7 (37,66persen). Sisanya, 34 orang mendapatnilai 5-6 (3,06 persen) dan satu siswa(0,09 persen) dinyatakan tidak lulus.Pada bidang studi matematika jumlah siswa yang mendapat nilai 9-10 lebihbanyak dibanding dengan bidang studibahasa Indonesia. Tecatat 68 siswa yangmendapat nilai 9-10 (6,13 persen), malahan 63 orang berhasil mendapat nilaisempurna 10.Untuk tingkat aliyah tercatat 22 orang peserta didik program IPA mendapatnilai 10 untuk matematika. Hanya satuorang peserta didik program IPA yangtidak lulus dan itu untuk bidang studibahasa Indonesia.Q SPBERITAINDONESIA, Agustus 2005 47
                                
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51