Page 56 - Majalah Berita Indonesia Edisi 03
P. 56
58 BERITAINDONESIA, September 2005BERITA KHASAPBN TERANTUKEMAS HITAMBaik RAPBN-2006 maupun APBNPerubahan 2005 menanggung beban subsidiBBM tak terkira lantaran lonjakan hargaminyak bumi. Tak pelak lagi, jalan satusatunya, menaikkan harga BBM.Penuh optimis dan percaya diri.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (16/8) mengajukan RAPBN2006 yang kelewet optimis di depansidang pleno DPR.Di dalam lampiran nota keuanganRAPBN 2006, tertera angka-angka;asumsi pertumbuhan ekonomi 6,2 persen, nilai tukar rupiah 9.400 per dolarAS, tingkat inflasi 7 persen, suku bungarata-rata 3 bulan 8 persen, harga minyakmentah 40 dolar AS per barel (d/b) danproduksi minyak 1,705 juta barel perhari. Sedangkan di dalam APBN-P 2005,asumsi pertumbuhan ekonomi 6%, lajuinflasi 8%, nilai tukar rupiah 9.500 perdolar AS, suku bunga SBI 8,25% danproduksi minyak 1,705 juta barel perhari.Sedangkan nasib APBN-P2005 selama sisa waktu 4 bulan ini tak lagi jelas.Dana kompensasi Rp 17 triliun darikenaikan harga BBM Maret lalu, sepertihilang ditelan bumi. Kwik Kian Gie,ekonom terkemuka dan mantan MenkoEKUIN di era pemerintahan Presiden KHAbdurrahman Wahid, menulis di harianBisnis Indonesia (15/8), defisit Rp 19,55triliun yang diumumkan pemerintah,menyesatkan. (Angka-angka silakan lihattabel).Sebagian besar fraksi di DPR memintaSusilo meninjau kembali angka-angkayang diajukannya. Nota keuangan pemerintah dianggap tidak realistis. Asumsipertumbuhan ekonomi 6,2 persen dinilaikelewat optimis di tengah gejolak hargaminyak dan tekanan terhadap nilai rupiah. Juga asumsi laju inflasi 7 persendianggap kelewat “berani” dengan adanyarencana menaikkan harga BBM dua bulanmendatang. Sebaliknya, para anggotaparlemen mengingatkan Susilo bahwaasumsi penerimaan pajak Rp 402,1 triliundan deviden BUMN sebesar Rp 12 triliunharus bisa digenjot jadi lebih besar.Susilo menerima sebagian saranfraksi-fraksi DPR untuk menaikkanasumsi harga minyak dari 40 ke 50 d/b.Dengan asumsi 40 d/b sementara hargapasar 68 d/b, pemerintah harus menanggung subsidi Rp 150 triliun. Hanyasepekan berikutnya (23/8), Susilo tampildi layar kaca dengan mimik yang sangatkebingungan. Susilo mengambil alihkendali ekonomi dari Wapres Jusuf Kalla,sehari setelah nilai rupiah meluncurturun sampai ke angka 12.000 per satudolar AS. Sementara harga minyak bumidi pasar tunai internasional menukik,menyentuh angka 70 d/b.Masyarakat dan pasar menunggukebijakan BBM dari Susilo. Isyaratnyasudah jelas, harga BBM akan kembalinaik. Artinya rakyat harus siap-siap ikatpinggang sampai gepeng. ■ SHTak ada jalan lain. Pemerintah harusmenempuh cara yang paling tidak populeruntuk menyembuhkan ekonomi yang mengidappenyakit kronis. Dalam dua bulan ini, PresidenSusilo Bambang Yudhoyono berancang-ancanguntuk menaikkan lagi harga BBM sekitar 35%,hanya lebih rendah 1% dari kenaikan Maret tahunini.Kenapa jalan ini yang diambil? Alasannya,harga minyak bumi di pasar tunai internasionalterus menukik, pernah menembus angkatertinggi, 70 d/b. Padahal dalam APBN-P 2005,pemerintah mematok harga 50 d/b, dan asumsi40 d/b untuk RAPBN 2006. Jika harga BBM tidaknaik, APBN akan dibenani subsidi BBM sebanyakRp 130-140 triliun sampai akhir tahun, dan Rp150 triliun pada tahun 2006. Lonjakan hargaminyak dituding sebagai biang kerok melorotnyanilai tukar rupiah ke angka terendah, 12.000 persatu dolar AS.Para pengamat perminyakan sependapatbahwa tahun depan harga minyak mentah tidakakan turun di bawah angka 60 d/b, tetapi tidaksampai menyentuh angka 100 d/b. Indonesia,kendatipun jadi anggota OPEC, mengimporminyak mentah rata-rata 15 juta barel dan BBMolahan 14 juta barel sebulan. Karena itu, PT.Pertamina harus mengumpulkan devisa 1,5miliar dolar AS sebulan untuk pengadaan BBMdalam negeri. Sebaliknya, Indonesia mengeksporminyak mentah 400.000 barel sehari.Juga produksi minyak bumi dalam negerimenurun dari 1,5 juta ke 1,075 juta barel per hari.Sedangkan tingkat produksi sudah menyentuhangka 1,115 juta barel sehari. Akibatnya, PT.Pertamina harus mengimpor 29 juta barelminyakƒ15 juta barel minyak mentah dan 14juta barel minyak olahan (BBM)ƒsetiap bulanuntuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.Untuk itu Pertamina harus mengumpulkan dana1,5 miliar dolar AS sebulan untuk mengimporbahan bakar minyak.Tidak hanya Indonesia. Krisis minyak bumimelanda hampir seluruh negara Asia, seperti Malaysia, China, Filipina, Thailand, India dan Jepang.Akibatnya, harga minyak di pasar global naik tigakali lipat sejak akhir tahun 2001, ditutup 68 dolarAS per barel, pekan lalu. Kemelut enerji yangmenimpa Asia (Newsweek, 5/11) juga mencerminkan kebijakan pemerintah untuk melindungi ekonomi nasional dari guncangan minyakdengan mensubsidiƒdari bahan bakar listrik,pesawat sampai bahan bakar rumah tangga,minyak tanah.■ SHBBM NAIK 35 PERSEN? BBM NAIK 35 PERSEN?Pemerintah panik. Lonjakan harga minyakbumi menebarkan kecemasan yang luas. bumi menebarkan kecemasan yang luas.ABPN terganjal, nilai rupiah terus melemah. ABPN terganjal, nilai rupiah terus melemah.APBN-P 2005 APBN-P 2005 APBN-P 2005 (Dalam miliar rupiah)PENERIMAAN1. Pajak Rp 319.440,50 M2. Penerimaan SDA Rp 87.677,80 M3. Laba BUMN Rp 8.913,30 M4. Penerimaan Non-pajak Rp 21.993,30 M5. Hibah Rp 5.761,80 MJUMLAH Rp 443.786,70 M JUMLAHDEFISIT Rp 58.724,40 M DEFISITPEMBIAYAAN DEFISIT1. Penjualan BUMN Rp 3.500,00 M2. Jual Asset BPPN Rp 4.000,00 M3. Utang dari Rakyat Rp 22.085,80 M4. Utang LN Reguler Rp 18.672,20 M5. Utang Proyek Tsunami Rp 2.901,40 MJUMLAH Rp 58.724,40 M JUMLAHPENGELUARAN1. Belanja Pemerintah Pusat Rp 173.756,10 M2. Bunga Utang Dalam Negeri Rp 41.587,10 M3. Bunga Utang LN Rp 18.147,00 M4. Subsidi Rp 60.328,30 M5. Bantuan Sosial Rp 28.619,50 M6. Belanja Daerah Rp 140.893,90 M7. Cicilan Utang LN Rp 34.718,90 M8. Cicilan Utang DN Rp 3.460, 20 M9. Penyertaan Modal Pemerintah Rp 1.000,00 MJUMLAH Rp 502.511,00 M JUMLAH(Sumber: BI-SH)