Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 03
P. 51


                                    BERITAINDONESIA, September 2005 53Pagi yang cerah begituriuh rendah di alunalun kota Jember, JawaTimur. Barisan paraperempuan dengan berbagai kostum unik berjalan mantap ditengah jalanan bak catwalk. Di bawahtatapan ratusan pasang mata yangberdiri di sepanjang jalan yang mereka lalui.Kota Jember di hari Minggu, (7/8), penuh bunga warna-warni danpernik-pernik. Hari itu diselenggarakannya Jember Fashion CarnavalIV dengan tema Discover The World.Berbagai spanduk berkibar di pinggirjalan, bertuliskan tema-tema kelompok defile itu. Ada tema Archipelago,Egypt, Tsunami, Grand Prix, England,Spain, Discontruction dan Caribbean.Usia yang sudah lebih dari setengah abad tak membuat Luh Ketut Suryani surut langkahdalam aktivitasnya: memastikan pedofil mendapat hukuman yang setimpal. Suryaniadalah pendiri lembaga swadaya masyarakat Putra Sesana Bali tahun 1990 yang berusahamemantau, melacak gerak dan perilaku kaum pemangsa bocah di Bali.Belakangan, kasus-kasus pedofilia semakin marak. Maka ia membentuk CommitteeAgainst Sex Abuse (CASA), LSM yang khusus menangani perlindungan anak-anak korbankejahatan seksual. Lewat LSM itu, ia berjuang agar para pedofil dihukum berat. Ia jugaSemua busana yang dikenakan parapeserta dalam karnaval tersebut merupakan kreasi dan rancangan merekasendiri. Dynand Fariz, pengajar disekolah ESMOD Jakarta dan perintisJember Fashion Carnaval memulaikarnaval ini di tahun 2000.Sebulan sebelum acara, Dynandmemberikan pengarahan kepada paracalon peserta mengenai dasar-dasarmode empat musim dan trik-trik yangbergun a d a l am hal perancanganbusana.Tidak heran ketika hari H tiba,berbagai busana unik terlihat di mana-mana. Dansemua itu dibuat sendirigadis-gadis peserta karnava l y a ng sebagianadalah pelajar SLTP danSLTA.Secara lebih mendalam, Kompas mengungkapkan bahwa perempu a n - p e r e m puanJember yang sadar modebukan cuma kalanganmuda saja, melainkankaum ibu. Seiring denganmen j a m u r n y a butikbutik di kota itu, acaraarisan mulai menjadiajang peragaan busana.Ibu-ibu muda memakaipakaian yang lebih seksi dari biasanya.Bahkan, arisan pun kini memilikidress code.■ RHTentu saja, gadis-gadis peserta defileberpakaian sesuai tema yang diusungkelompoknya.Kelompok Archipelago misalnya,busananya dikreasikan dari kain batikyang dibentuk unik, misalnya modelburung merak. Namun yangpaling menarik perhatianpara jurnalis luar negeriyang ikut meliput adalah defile kelompok Tsunami yangmenggambarkan datangnyaombak dan narasi yangmen c e r i t akan tsunamimenghancurkan Aceh.Seperti dilaporkan harian Indo Pos (Senin, 8Agustus 2005), Surya (Senin, 8 Agustus 2005) danKompas (Minggu, 14 Agustus 2005), antusias parapeserta karnaval yang bisadibilang hampir semuanyaremaja puteri menunjukkanbetapa fesyen telah menggejala di kota itu. Perempuan di kota kecil itu bukan lagi perempuan kampung yang cuma tahu pakaianberpotongan sederhana.Luh Melawan PedofilPariwisata berdampak buruk bagi bocahbocah di Bali. Sebagai psikiater, ia mengertipenderitaan para korban pedofilia.Catwalk di PojokJawa TimurGadis-gadis Jembermulai identik denganmode. Merekamenggelarkarnaval fesyenbertema global.BERITA PEREMPUANkerap tampil sebagai saksi ahli di persidangan.Sebagai seorang psikiater, seperti ditulis majalah Tempo (14 Agustus 2005), Suryani tahu betul penderitaan yang dialamipara bocah itu. Ia menangani para korban dengan hypnotherapy di kliniknya di Denpasar. Tak jarang ia turun langsung kekampung-kampung. Semua itu dikerjakan tanpa pungutan bayaran sesen pun.Pedofil, menurut Suryani, adalah tanggung jawab seluruh negara. Maka ia mengajak para ekspatriat dan konsul jenderalyang ada di Bali untuk terlibat dalam CASA. Mereka pun memberi dukungan, dan pasti malu jika ada warga negaranya yangterlibat. ■ RH
                                
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55