Page 54 - Majalah Berita Indonesia Edisi 03
P. 54


                                    56 BERITAINDONESIA, September 2005BERITA KHASPemerintah dan Bank Indonesia panik lantaran nilai rupiah terhadap dolar ASmeluncur turun sampai 1000poin hanya tempo sepekan.Presiden Susilo Bambang Yudhoyonoburu-buru mengadakan pertemuan,membahas langkah-langkah pentinguntuk menyelamatkan rupiah. BI mengeluarkan kebijakan menaikkan tingkatsuku bunga dan sejumlah langkah penyelamatan lainnya.Langkah ini diambil BI setelah menguras tak kurang dari 3 miliar dolar ASdari koceknya untuk melakukan intervensi pasar. Tampaknya, langkah penyelamatan BI membuahkan hasil. Nilairupiah yang sempat menyentuh angka12.000 per dolar AS (30/8), hari berikutnya (31/8) menguat menjadi Rp10.600, dan pada penutupan pekan lalu(1/9) menguat 350 poin, menjadi Rp10.250 per dolar AS.Pemerintah menyalahkan lonjakanharga minyak bumi di pasar tunai internasional sebagai penyebab utama merosotnya nilai rupiah terhadap dolar. Tetapipara pelaku pasar lebih melihat penyebabpada lemahnya tim ekonomi PresidenSusilo. Susilo yang tampil di depantelevisi Jum’at (1/11), menjanjikan pemulihan nilai rupiah dengan memangkassubsidi, alias menaikkan harga BBM.Kenaikan itu akan dilakukan seputar September atau Oktober. Sebab dengan hargaminyak mentah 70 dolar per barel,pemerintah harus menanggung subsidiRp 150 triliun. Susilo bersikeras tidakakan merombak kabinetnya.Rupiah bukan semata-mata sebagaialat tukar, tetapi menjadi cermin kekuatan ekonomi dan stabilitas negara.Kurs rupiah bergerak ke atas atau kebawah sejalan dengan kinerja ekonomiserta perkembangan politik dan keamanan. Situasi politik dan keamananyang tidak stabil dimanfaatkan oleh paraspekulan untuk mempermainkan nilairupiah.Lantaran Indonesia menjadi bagiandari perdagangan bebas, maka kurs rupiah dipengaruhi oleh faktor internal daneksternal. Faktor internal; posisi neracaberjalan (ekspor-impor), tingkat pertumbuhan ekonomi, manuver bursasaham, potensi produksi, laju inflasi danpergerakan mata uang asing yang besar,terutama dolar AS. Faktor eksternal,berkaitan dengan kegiatan impor, pembayaran cicilan utang luar negeri, gerakanmata uang dan bursa saham asing dankebijakan tingkat suku bunga internasional.Memang buat negara yang menganutsistem nilai tukar tetap (fixed currencyrate), seperti Cina, kurs hanya berdimensiekonomi sehingga nilainya tidak berubahdalam jangka panjang. Tetapi buatnegara-negara yang menganut sistemnilai tukar mengambang (free floatingcurrency rate), mata uang benar-benarbermuka dua. Di satu sisi berdimensiekonomis, di sisi lain berdimensi politis.Dalam dimensi ekonomi, perjalanankurs bisa diprediksi karena mengikutikinerja ekonomi. Namun dalam dimensipolitik, gejolak kurs atau krisis moneter,bisa mengubah peta politik sebuah negara. Hal ini pernah terjadi pada ujungpemerintahan Presiden Soeharto (1997-1998). Gejolak kurs memberi andil cukupbesar bagi tumbangnya pemerintahanPak Harto. Nilai rupiah yang di awaltahun 1997 masih berada pada kisaran Rp2.500-Rp 2.800 per dolar AS, terjunbebas sampai ke angka 16.000 pada ujungtahun 1997 sampai awal 1998. Di erapemerintahan Presiden B.J. Habibie(1998-1999), nilai rupiah membaik padakisaran 7.000 per dolar AS.Gejolak politik bisa membuat nilairupiah terkaget-kaget, bahkan dalamtempo kurang dari 24 jam. Ini terjadipada masa pemerintahan Presiden KHAbdurrahman Wahid alias Gus Dur(1999-2001). Seringnya penggantiananggota kabinet dan pernyataan-pernyataan Gus Dur yang kontroversial,dimanfaatkan oleh para spekulan untukmenggoyang nilai tukar rupiah terhadapdolar. Gejolak rupiah ikut memberi andilbagi jatuhnya pemerintahan Gus Dur.Hanya di era pemerintahan PresidenNilai rupiah meluncurturun sampai ke level12.000 per dolar AS,terendah setelah krisismoneter 1997. Banyakfaktor telah menjatuhkannilai tukar rupiah.RUPIAH YANG R
                                
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58