Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 05
P. 12


                                    BERITA UTAMA12 BERITAINDONESIA, November 2005A mbil saja Jawa Baratsebagai contoh kasus.Soalnya propinsi inidihuni penduduk berjumlahterbesar di seluruh Indonesia.Kenaikan harga BBM telahmenambah warga miskin menjadi setengah dari seluruh jumlah penduduk, 38 juta jiwa.Tadinya, menurut catatan BPS,jumlah warga miskin10.294.088 jiwa. Tetapi sekarang melonjak ke angka 19 jutajiwa. Secara nasional, rumahtangga miskin (RTM) telahbertambah, dari 15,6 juta menjadi 16,6 juta.Dua pengamat di bidangsosial dan ekonomi, Budi Radjab dan Coki Ahmad Syahwieryang dikutip harian PikiranRakyat (14/10), mengatakanmereka yang berpenghasilanRp 700.000-Rp 1.000.000sebulan, sekarang ini sudahtergolong ke dalam RTM. Korban PHK bisa menambah panjang garis kemiskinan.Menaker dan TransmigrasiFahmi Idris memperkirakangelombang PHK secara besarbesaran menyusul kenaikanharga BBM. Dia memperkirakan 2 juta orang akan kehilangan pekerjaan. Penyebabnya, sektor bisnis dan industriharus mengurangi beban-beban baru yang timbul karenakenaikan tersebut. Kedua pengamat tersebut, secara khusus, memperkirakan, PHKbesar-besaran akan terjadi diJabar antara Desember danJanuari 2005.Pikiran Rakyat, harian yangsangat berpengaruh dan beredar luas di Jabar, juga melaporkan keluhan para RTM Cirebon yang menerima bantuanlangsung masing-masing Rp300.000 selama tiga bulan.Mereka berkomentar, “ibaratmembuang garam ke laut.”Uang itu hanya bertahan duahari, meluncur seperti air didaun talas. Apa pun komentarmereka, penyaluran dana KKBmembawa berkah, terutamabagi para pedagang dan pemilik kios Sembako. Sebabbegitu menerima uang, wargamiskin menyerbu kios-kiosuntuk membeli berbagaibarang-barang kebutuhan pokok. Uang amblas dalam duahari, lagipula harga Sembakonaik rata-rata 10-15%.Prof. Budi Subur Budisantoso, pucuk pimpinan ICDIyang juga pernah memimpinPartai Demokrat yang berkuasa, menilai bantuan tunaitersebut sebagai kebijakanyang bodoh dan tidak mendidik. “Pemerintah sama sajamenciptakan lebih banyak pengemis di negeri ini,” kata Budiseperti dikutip harian Pelita(18/10).Selaku seorang sosiolog,Prof. Dr. Haryono Suyono,menilai keluarga yang lemahtidak bisa dibiarkan begitu sajamenerima kucuran dana. Ternyata pada tahun 1990-an kucuran dana mulai lamban dampaknya pada penurunan kemiskinan. Sampai pada batas16 juta, 15 juta dan 14 juta, tidakturun lagi.Karena itu, kata Haryono,pemerintahan Presiden Soeharto menerapkan konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia danSejahtera (NKKBS). Soalnya,para peserta yang sudah 10tahun melakukan keluargaberencana mulai menuntutkesejahteraan. Mereka selalumengeluh, “sudah 10 tahun berKB kok tidak sejahtera juga.”Jumlah mereka tidak sedikit,10,3 juta pasangan.Menurut Haryono, kemiskinan mesti dientaskan lewasproses pemberdayaan rakyat.Mereka diajari menabung danusaha kecil-kecilan. Merekatidak bisa dibiarkan begitu sajamenerima kucuran bantuan.Menuturkan pengalamannya, Haryono yang waktu itumenjabat Meneg Kependudukan dan Kepala BKKBN,mengatakan Pak Harto sudahmulai bicara soal kemiskinankepada beberapa konglomerat.Para konglomerat itu memintaagar didirikan sebuah yayasanuntuk menampung sumbanganmereka. Maka, tahun 1995,didirikan Yayasan Damandiri.Gerakan tabungan keluargaBBM NaikSi Miskin NaikPendapatan tetap, harga barangnaik, daya beli melemah. Jutaanrumah tangga terjun ke bawahgaris kemiskinan.sejahtera dimulai 2 Oktober1995. Tabungan dimulai darisumbangan para konglomerat,Rp 20.000 per akseptor. Sasarannya 10,3 juta pasanganakseptor.Kata Haryono, ternyatamembagikan buku tabungantidak mudah, sama denganmembagi kartu miskin. Bankmembaginya hanya 1 juta dalam sebulan. Jadi 10 juta bukutabungan dibagikan selama 10bulan, karena sulit mencari danmencocokkan, apakah seseorang tergolong keluarga miskin atau tidak.“Kalau mereka menambahtabungan, angka nominal pinjaman otomatis bertambah,”kata Haryono kepada tim wartawan BERITA Indonesia. Haryono menyayangkan, ketikadatang zaman hura-hura(1998), semua jaringan inidipotong, uang yang dipinjamtidak kembali, semuanya bubar. Kelompoknya bubar, koperasinya bubar. ■ SH
                                
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16