Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 05
P. 26


                                    BERITA NASIONAL26 BERITAINDONESIA, November 2005Jumat, 14 Oktober 2005. Pagipagi sekali, Wadiman (70)sudah meninggalkan rumah.Kantor Pos Dempet, Demak,Jawa Tengah, yang terletak dikota kecamatan menjadi tujuannya.Maklum. Hari itu, dia akan mencairkankupon kompensasi bahan bakar minyak(KKB) seharga Rp 300.000 dana bantuanlangsung tunai (BLT) dari pemerintah.Sekitar pukul 7.00 WIB, warga DesaSidomulyo, Demak, Jawa Tengah, itusampai di tempat tujuan. Begitu kantorpos dibuka, Wadiman bersama ribuanwarga miskin lainnya saling berdesakandalam jalur antrean panjang. Malang bagiWadiman. Karena tak tahan berimpitimpitan, lelaki tua itu pun jadi taksadarkan diri. Saat dibawa ke Puskesmasterdekat, jiwanya tak tertolong.Wadiman rupanya tidak sendiri.Nasib tragis serupa dialami Tarsono dariBanjarnegara, Jateng. Di Jawa Timur,tiga orang lanjut usia meregang nyawaakibat harus berdesak-desakan menukarKKB. Mereka adalah Warinem dan Kaspiah asal Banyuwangi, serta Saining dariBojonegoro.Entah terpikirkan atau tidak olehpemerintah sebelumnya, program pengucuran dana BLT yang sering puladisebut subsidi langsung tunai (SLT)sebesar Rp 100.000 kepada setiap kepalakeluarga miskin sebagai kompensasikenaikan harga BBM sampai 100 persenbakal menimbulkan ekses.Kasus tewasnya lima Lansia tadimerupakan klimaks dari ekses kebijakanpemberian dan BLT kepada masyarakatmiskin yang diberlakukan sejak 1 Oktoberlalu.Memang, program BLT tahun anggaran 2005 disambut penuh suka citaoleh 15,5 juta orang kepala keluargamiskin di seluruh Indonesia. Masingmasing memperoleh Rp 100.000,- setiapsatu bulan yang diberikan tiga bulansekali senilai Rp 300.000. Bahkan, untuktahun anggaran 2006, pemerintah mengalokasikan dana Rp 17 triliun untuk program ini.Sejak 1 Oktober 2005, kantor-kantorpos kecamatan di penjuru tanah airtumplek dipenuhi warga miskin pemegang kartu KBB yang hendak mencairkan dana BLT.Namun, histeria BLT telah berbuahekses yang tak diperkirakan sebelumnya.Protes dan amuk massa merebak nyaristak terhitung jumlahnya di banyak daerahdi tanah air dalam pelaksanaan BLT dilapangan. (Lihat: Kasus-kasus EksesBLT). Salah satu contohnya adalahperusakan kantor Kepala Desa Bengkel,Lombok Barat, NTB.Protes dan amuk massa itu dilatarbelakangi sejumlah faktor penyebabnya,antara lain, petugas lapangan yangdikontrak Badan Pusat Statistik (BPS)bertindak diskriminatif saat mendaftarrumah tangga miskin yang berhak menerima KKB. Banyak penyimpangandilakukan para petugas kontrak yangdipilih lurah atau kepala desa ketikamendata rumah tangga miskin sehinggapenyaluran KKB tidak tepat sasaran.Salah satu persoalan yang palingdirasakan dan mendapat banyak sorotanpemberitaan media massa adalah tidakakuratnya data keluarga miskin yangberhak atas dana BLT. Banyak wargamiskin yang tidak terdaftar, sebaliknyajustru warga mampu mendapat danaBLT.Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS)telah merekrut lebih dari 210.000 tenagalapangan kontrak untuk mendata rumahtangga miskin. Mereka bertugas selamasatu bulan (15 Agustus 2005-15 September 2005), sebuah jangka waktu yangsangat singkat.Akibat masalah pendataan itu, pejabat BPS menyebutkan, 6 persen darikeluarga miskin sebanyak 15,5 juta tidakdapat terdata. Dan 4 persen dari yangtelah terdata —termasuk 4 persen KKByang telah disalurkan— meliputi keluargamiskin yang salah sasaran sebab tidakmemenuhi syarat kemiskinan (ada 14kriteria).Upaya pendataan susulan dilakukanHisteria BLT dan Ek Lima nyawa melayangakibat berdesakan saatmenukarkan kuponkompensasi bahan bakarminyak di kantor pos. Protesdan amuk massa merebakdi penjuru tanah air.
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30