Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 05
P. 21
BERITAINDONESIA, November 2005 21(BERITA FEATURE)wan, mencari tahu acara-acara istimewauntuk memenuhi selera eksotiknya.Januari lalu, Wei mujur karena bisamenghadiri sebuah acara makan malamyang diselenggarakan seorang ekskutifsebuah perusahaan besar milik negara.“Mereka rebus trenggili dengan airmineral, bukan air biasa, yang mendidih.Daging itu rasanya sungguh segar, empukdan lezat,” kata Wei.Punah di ChinaHutan-hutan China pernah dihunitrenggili. Tetapi pembiakan binatangmelata yang bergerak lambat itu tidakbisa mengejar laju selera aneh penduduk,dan trenggili punah dari daratan China.Sekarang, para penikmat makanan, praktisi pengobatan tradisional dan pengusaha menggantungkan kepentinganmereka pada orang-orang seperti Jema’ah. Di hutan-hutan Sumatra sekalipun, trenggili semakin sulit diketemukan.nyitaan yang meningkat dalam tahuntahun terakhir tidak banyak memberibukti kewaspadaan yang tinggi daripemerintah-pemerintah tatkala perdagangannya sendiri tumbuh secaratajam.Sebuah studi yang dilakukan olehConservation International (Badan Konservasi Internasional) belum lama inimenyimpulkan bahwa di seluruh duniakurang dari 1% kejahatan terhadapsumber daya alam yang mendapat sanksiatau hukuman. Bahkan, tatkala parapelanggar hukum ditangkap, menurutstudi tersebut, undang-undang yang adamengenakan sanksi sangat ringan dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Misalnya, di Filipina, penangkapan ikan ilegal menggunakan dinamit,dan di Kepulauan Kalamia menggunakansianida. Para nelayannya memperoleh70,57 dolar AS sekali jalan, sedangkandenda bagi mereka yang tertangkaphanya 9 sen dolar.Seorang dedengkot pedagang binatang liar di Bengkulu meremehkanperanan para penegak hukum di daerahitu: “Kami tak pernah mencemaskanpolisi ketika mengangkut binatangbintang itu. Kebanyakan tidak tahu atautidak peduli bahwa perbuatan tersebutmerupakan tindak kejahatan,”katanyasembari tertawa. Melonjaknya permintaan dan lemahnya penegakan hukummenimbulkan malapetaka bagi binatangbinatang liar yang hampir punah dikawasan ini, kata para aktivis.”“Saat inikita kehilangan banyak jenis hewansebelum kita tahu di mana mereka beradadan bagaimana keadaan mereka,” kataCompton dari TRAFFIC.Tentu China bukan satu-satunyafaktor pemusnah. Negara-negara sepertiIndonesia, Malaysia dan Vietnam punyapasar gelap produk-produk binatang liar.Dan para pedagang dari Amerika danEropa menjelajahi kawasan ini untukmembeli ular, kadal terbang danbinatang-binatang eksotik lainnya. Tetapilonjakan permintaan dari China membuat segalanya jadi tak berarti. Sampai 80persen hewan liar yang diselundupkankeluar dari Asia Tenggara tujuannya keChina, kata Steve Galster yang memimpinkantor WildAid di Bangkok.Para pedagang ilegal harus menyesuaikan diri dengan peta perubahan. “Saya harus mengambilkursus kilat bahasa Mandarin,” kataHendrawan, seorang pemuda Indonesia yang menjalankan fasilitas pemrosesan daging hewan liar di SumatraSelatan. ■ TIME-SH“Saya biasa menangkap, paling besar seberat 20 kilogram,” kata Jema’ah. “Tetapiakhir-akhir ini terbesar yang saya tangkap beratnya hanya delapan kilogram.”Trenggili bukan satu-satunya binatang yang hampir punah di daratanAsia lantaran selera makan eksotikmasyarakat China. “Permintaan meledak,karena di China, daya beli meningkat,”kata James Compton,pengelola kantorTRAFFIC Asia Tenggara, satu kelompokterkemuka yang memerangi perdagangan ilegal binatang liar di seluruh dunia. Tim Redford, periset kelompokkonservasi WildAidyang bermarkas diBangkok, memperkirakan antara 1 sampai 10persen binatang liaryang diselundupkan disita oleh para pejabatpemerintah untuk memerangi industri ilegalyang bernilai miliaran dolar setiap tahun.Antara tahun 1999 dan 2003, para penguasa China menyita 18.850 binatangyang hampir punah, termasuk kadal, ularpiton, penyu dan ikan langka.Pembantaian terus meningkat di Asiasehingga sumber-sumber pasokan mulaikering untuk jenis-jenis binatang liaryang terkenal, dan para pedagang terpaksa masuk lebih jauh ke pedalamanuntuk mengamankan bisnis mereka. Parapemburu dalam upaya mereka memenuhipermintaan yang sangat tinggi terhadappenyu moncong babi, baik untuk binatangpiaraan maupun untuk keperluan dagingnya, harus masuk jauh ke pedalamanprovinsi Papua. Mereka yang memburuikan-ikan langka, permintaan meningkat,khususnya, di China Selatan yang ekonominya sedang tumbuh pesat, telahmuncul di Kepulauan Solomon dan di P.Mauritius di lepas pantai Afrika.Daftar lengkap binatang-binatangyang hampir punah—dilarang untukdiperdagangkan—ada di dalam Konvensitentang Perdagangan Internasional Binatang yang dilindungi, dibuat tahun1975. Namun, keuntungan yang menggiurkan, korupsi yang merajalela, badanbadan penegakan hukuman yang kekurangan dana, dan tipisnya komitmenpolitik, membuat larangan yang diberlakukan di konvensi tersebut tidak efektif.“Ini situasi yang sangat pesimistik,” kataRedford. Bukti-bukti yang dikumpulkanoleh WildAid menunjukkan bahwa peHEWAN LIAR: Fasilitas pengolahandaging khewan liar di Sumatra Selatanuntuk dijual ke China.