Page 49 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 49
BERITAINDONESIA, Desember 2005 49BERITA OPINIAncaman teror bom yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun terakhiradalah terkait dengan aktivitas jaringanterorisme internasional yang dibiayainegara-negara besar. Negara itu mempunyai banyak kepentingan atas Indonesia sehinggasangat menginginkan kehancuran negara kita.Sebagai contoh Amerika Serikat (AS), yang pernahmenawarkan bantuan pengamanan Selat Malakadari para perompak, sesungguhnya mempunyaitujuan yang jauh berbeda dari itu.Di Selat Malaka negara adidaya ini mempunyai kepentinganekonomi yang sangat strategis. Sebanyak 3 triliun dolar ASnilai perdagangan tahunan mereka melalui Malaka, dan 72persen kapal niaga dunia setiap tahun melalui selat yangterkenal paling ramai di dunia ini.Tidaklah mengherankan apabila pernah ditemukan sebuahdokumen rahasia berisi rencana dan desain pendirianpangkalan militer asing di Sabang, Aceh. Bahkan ada indikasisaat ini sedang terjadi semacam proyek besar “Balkanisasi”di Indonesia yang ingin memecah-belah NKRI. Terdapatjaringan Inggris maupun Amerika yang mendukung kemerdekaan wilayah-wilayah Republik Indonesia, merekamelakukan kontrolnya dari wilayah Bougenville sebuah negaradi sebelah barat Papua Nugini, untuk mendorong setiapgerakan separatis.Saya selaku Sekretaris Tim Sosialisasi Wawasan Kebangsaan dan UKM Kantor Wakil Presiden RI, sudah pernahbertemu dengan para operator Balkan dan Timtim. Padatahun 1999 Indonesia telah dengan terpaksa melepaskanprovinsi ke-28 ini dari pangkuan Ibu Pertiwi karena kalahdalam jajak pendapat.Para operator Balkan dan Timtim memasuki Indonesiadengan bergabung dalam Aceh Monitoring Mission (AMM).Saya sangat hafal betul dengan wajah mereka, sebab sebagaianggota Tim Sosialisasi Perjanjian Damai Helsinki sayaseringkali berkeliling ke berbagai negara untuk menyampaikan ceramah perdamaian di forum-forum regional dandunia.Kekuatan asing tak cukup mengacak-acak dengan melakukan rencana”“Balkanisasi”. Mereka mulai pula mengadudomba Indonesia dengan negara-negara sahabat sesamaanggota ASEAN, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Adudomba terkait dengan munculnya persaingan ketat antara UniEropa dengan ASEAN. Kalau ASEAN menjadi kuat secaraekonomi akan menjadi saingan Uni Eropa.Ancaman teror ekonomi ternyata jauh lebih ganas. Denganmenggunakan rezim hutang negara-negara besar berusahakeras menghasilkan generasi baru Indonesia yang idiot.Negara AS yang sedang dililit utang senilai 7 triliun dolar AS,misalnya, karena sedang menguasai kontrak-kontrakperdagangan minyak dunia, telah dengan sengaja menggelembungkan harga minyak mentah sehingga Indonesiaturut merasakan akibat buruknya.Demikian pula dengan para spekulan asing yang denganmudah bisa membuat nilai rupiah tiba-tiba bisa jatuh di atasRp 10.000 per dolar AS. Saya pernah menghitungkekuatan uang para spekulan dunia mencapai 1triliun dolar AS. Padahal devisa seluruh negara majuG-8 apabila dikumpulkan hanya mencapai 500miliar dolar AS, dan devisa Indonesia jauh lebih kecillagi (32 miliar dolar AS) oleh sebab itu tatkalaspekulan George Soros ‘bermain’, rupiah denganmudah limbung.UU Anti SubversifDicabutnya UU Anti Subversif pada tahun 1999 adalah titikawal maraknya ancaman teror bom di Indonesia. Sebagai akarpenyebab, dengan pencabutan ini maka ancaman teror tidakakan pernah berakhir di bumi pertiwi.Sebab hanya UU Anti Subversif inilah yang terbukti sangatampuh mencegah kemungkinan munculnya teror bom. UUini adalah kunci utama bagi aparat keamanan untuk bergerakleluasa, yang kalau di negara lain setara dengan Patriot Act(di Amerika Serikat) atau Internal Security Act (Malaysia danSingapura).Pencabutan UU Anti Subversif memberi teroris internasional pemahaman baru bahwa mereka bisa beroperasisecara luas di sini. Impaknya adalah keterpojokan kaum Islam padahal sebetulnya mereka sangat moderat. Demikianpula aparat intelijen tak lagi berwenang dan leluasa bergeraksecara pre-emptive mencegah teror. Bahkan intelijen sudahskeptis bergerak sebab takut diajukan ke pengadilan HAM.Persoalan masih ditambah dengan banyaknya hantamandari para aktivis HAM. Mereka tak lagi memperhatikankepentingan nasional yang sedang sangat terancam olehbahaya terorisme internasional.Negara besarlah yang memainkan, membiayai sekaligusmelindungi tokoh-tokoh teroris semacam Dr Azahari danNoordin M. Top sehingga keduanya tetap immun danbebas melakukan pelarian kemana-mana. Bahkan setiapoperasi penangkapan terhadapnya selalu bocor terlebihdahulu.Azahari dan Noordin sebetulnya hanyalah anggota atauagen biasa dari sebuah jaringan teroris internasional yangingin menguasai dan memporak-porandakan Indonesia.Solusi mencegah terorisme adalah penguatan kewenanganintelijen untuk melakukan langkah pre-emptive, dengan caramemperbaharui UU Anti Subversif. Kemudian, memperbesaranggaran pertahanan untuk membeli alat-alat pertahananyang lebih baru dan modern sesuai perkembangan jaman,serta memperbanyak latihan dan riset-riset intelijen.Untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia perlumelobi langsung para pemilik uang agar mau menjadi investor. Intelijen juga perlu mengetahui link ke DepartemenPertahanan Amerika. Dan kepada para operator yang sedangmerancang “Balkanisasi” perlu dijelaskan posisi strategis kitayang sesungguhnya. (HT/Disarikan dari hasil wawancaradengan Berita Indonesia/Tokoh Indonesia)*Wawan H. Purwanto adalah Pengamat Intelijen,Peneliti, Pendiri, dan Direktur pada LembagaPengembangan Kemandirian Nasional (LPKN).“Balkanisasi” di IndonesiaWawan H. Purwanto*