Page 53 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 53
BERITAINDONESIA, Desember 2005 53BERITA P (BERITA PEREMPUAN) EREMPUAN (BERITA PEREMPUAN)pertemuan seluruh RT di wilayahnya, ia mewajibkan para ketuaRT untuk proaktif mendatangi tamu menginap yang belummelaporkan keberadaannya. Jika ada kecurigaan, ketua RTlangsung lapor ke Kapolsek, tidak melalui RW lagi.Menurutnya, ketidaktahuanlah yang menyebabkan ketidakpedulian warga. Kalau mereka tahu sesuatu, mereka bisamembantu. Karena itu, selagi ia menjabat Kapolsek, sosialisasikeamanan lingkungan terus digalakkan, perkembangan situasiwilayahnya terus dipantau dan bahaya peredaran Narkobadiantisipasi.Perlu dukungan masyarakatJaringan narkotika itu kuat dan besar. Satu menit pun kitatidak boleh lewat mendeteksi kejahatan itu. Karena itu polisiperlu peran aktif masyarakat sebagai sumber informasi. Bahkancall center khusus Narkoba dibuka 1x24 jam. Tidak mungkinpolisi berhasil tanpa didukung masyarakat. Kemampuan polisiterbatas. Perbandingannya satu orang polisi untuk melindungi3.000 orang penduduk.Begitu ada informasi dari masyarakat, polisi harus menyelidikidengan seksama lebih dahulu. Menurut Tuti, hal itu tidak mudah.UU Narkotika itu adalah undang-undang khusus dimana dalammelakukan penangkapan harus ada barang bukti yang ada padasi tersangka. Maksudnya, untuk membuat sangkaan delik initidak bisa dengan prediksi seperti kasus-kasus yang lain.Tuti menekankan, penyelidikan kasus Narkoba itu membutuhkan ketelitian, kesabaran dan dana yang tidak sedikit.Waktunya juga bisa sangat lama. Polisi dituntut sabar menunggu,menyamar dan mencari.Khusus menangani masalah Narkoba sudah dilakoninyadelapan tahun terakhir, sampai akhirnya ia ditempatkan diBadan Narkotika Provinsi (BNP) dan mengepalai bagianPrevensi (pencegahan), di mana ia membuat berbagai kebijakanuntuk membentengi Ibukota Jakarta dari para sindikat Narkoba.Meski ia seorang polisi wanita (Polwan) berpangkat AjunKomisaris Besar Polisi (setingkat Letnan Kolonel TNI-Red), SriHastuti memiliki pembawaan yang ceria, ramah dan keibuan.Meski demikian, ada juga kesan tegas dalam dirinya.Banyak program dibuatnya sejak setahun menjadi KabagPrevensi BNP, diantaranya mengefektifkan satuan tugas antiNarkoba di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi se-DKI. Iabahkan tak ragu turun langsung ke lapangan, seperti halnyamasih menjadi Reserse di Polda Metro Jaya.“Saya bukan orang yang suka duduk di belakang meja,” akunyakepada Berita Indonesia yang menemuinya di kantor BNP. Iaikut turun ke lapangan memberi motivasi kepada anak buahnya.Bahkan, ketika menjabat sebagai Kapolsek Pancoran selama duatahun (2002-2004), ia ikut mengatur lalu lintas bersama anakbuahnya.Komunikasi dan keikhlasanPerempuan yang lahir di Slawi, 21 September 1958 ini lulusSekolah Calon Bintara Polisi di Jakarta tahun 1978. Ia termasukdari 100 anggota Polwan angkatan kedua di Indonesia. Di tahunpelulusannya, total 150 Polwan di seluruh Indonesia, 30 orangtermasuk dirinya ditempatkan di Jakarta.Dulu, Polwan masih sering ditempatkan di bagian Lalu Lintasatau staf kantor, kini diskriminasi gender itu tak lagi berlaku.Polwan seperti Tuti banyak yang ditempatkan di lapangan dandipromosikan ke jenjang karir yang lebih tinggi. Buktinya,banyak Polwan menduduki jabatan Kapolsek maupun Kapolres.Sebentar lagi mungkin akan ada yang menjabat Kapolda.Sejak tak lagi satu atap dengan TNI, banyak kemajuan yangdialami Polri. Saat ini bahkan Akademi Kepolisian telahmenerima Taruni, sementara akademi TNI AD, AL maupun AUbelum memberi kesempatan bagi siswa perempuan.Polri juga memperbaiki citranya yang sempat dicap negatifakibat ulah para oknumnya. Meski mulai membaik, masih adaoknum-oknum tertentu namun presentasinya berkurang.Menurut Tuti, hakikatnya perilaku polisi harusnya menjadicontoh masyarakat, tetapi polisi juga bukan malaikat. Dari sekianribu polisi kalau ada beberapa persen yang ‘nakal’ itu wajar.Tetapi penyakit itu harus ditindak tegas agar tidak menular.Tuti selalu menanamkan kepada anggotanya untuk tidakberpuas diri pada keberhasilan suatu pekerjaan, apalagimengharapkan sanjungan. Keikhlasan menjadi prinsip hidupnyadalam bekerja. Karena bagaimana pun tugas pokok harusdijalankan.Kesibukannya sebagai reserse menyita waktunya untukkeluarga. Puterinya semata wayang, 18 tahun, tumbuh menjadianak yang mandiri karena terbiasa ditinggal bertugas olehibunya. Untungnya, suami Tuti yang bekerja di perusahaanswasta mendukung karirnya sebagai Polwan.Komunikasi bagi Tuti sangat penting. Keluarganya selaluberkomunikasi sesibuk apapun dan dimanapun mereka berada.Hal ini ditekankan Tuti dalam pekerjaan. Dari komunikasi akanterjaring informasi. Itu sudah terbukti selama dirinya dilapangan.Bahkan dalam persoalan Narkoba, tersendatnya komunikasimerupakan salah satu kendala pencegahan penyalahgunaanNarkoba. Komunikasi istilahnya bisa diganti menjadi sosialisasi.Menurutnya, kalau sering melakukan sosialisasi, masyarakatakan kaya dengan informasi tentang bahaya Narkoba. Jajarannya di BNP saat ini diharapkannya untuk proaktif dankomunikatif.Pemda DKI menargetkan Ibukota bebas Narkoba tahun 2015.Penyuluhan massal dilakukan untuk 267 kelurahan se-DKI. Tutiselalu ikut turun langsung ke lapangan. Tahun ini, ia merasaperlu berbuat demikian dalam rangka penguatan kelembagaanBNP, untuk menghalau sindikat Narkoba dari Ibukota. ■ RHPenggerebekan pabrik Narkoba di Cikande.TEMPO