Page 10 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 10
10 BERITAINDONESIA, Januari 2006BERITA UTAMAEkonomi 2005TERPURUK2006MENANTI KEAJAIBANSepanjang tahun 2005 ketahanan ekonomimemang teruji, tetapi daya beli terpuruk. Tahun2006 menanti keajaiban meski masih dihadangsejumlah persoalan mendasar di bidang energi,anggaran, moneter, inflasi, lapangan kerja danutang. Ujian baru hanya bisa dilewati dengankerja keras sembari menekan kebocoran.1 Mempertahankan dan memperbaiki makro ekonomi dan mengendalikan inflasi2 Mengurangi kemiskinan3 Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi fiskal dan moneter4 Menjelaskan kepada Pemda agar belanja daerah digunakan untukmeningkatkan lapangan kerja5 Melakukan reformasi anggaran, pajak dan keuangan negara6 Membangun tata pemerintahan yang baik, mengurangi ekonomi biaya tinggiENAM PESAN PRESIDEN PADA TIM EKONOMIHarapan kembali berbungabunga tatkala PresidenSusilo Bambang Yudhoyonomenunjuk Budiono, menggantikan Aburizal Bakrie,selaku Menko Perekonomian. Pasarmenyambut positif, nilai kurs rupiahterhadap dolar AS langsung menguat, dantransaksi di pasar saham menggeliat.Budiono diandalkan sebagai “the magicman” yang mampu menyembuhkan ekonomi yang sedang sakit parah.Tahun 2005 menyisakan laju inflasi18,38%, pertumbuhan ekonomi 5%,harga BBM rata-rata Rp 4.000/liter, nilaikurs rupiah Rp 9.800 per dolar AS, tingkat pengangguran 11,5% (jumlah penganggur kumulatif 40 juta lebih), sektorriil stagnan, PHK 120.000 lebih, utangdalam dan luar negeri Rp 1.600 triliun,angka kemiskinan 100 juta jiwa, dan dayabeli sangat lemah. Inilah masalah-masalah yang harus diatasi oleh Tim Budiono.Memang berlebihan lantaran suratkabar ekonomi, Investor Daily (5/12),menyebut Boediono sebagai salah satudari “tiga kabar baik” mendekati ujungtahun 2005. Dua kabar baik lain; meredanya gejolak harga minyak mentah dunia,dan Bank Sentral AS (Federal Reserve)menaikkan suku bunga 25 basis poinsehingga menjadi 4,25%. Lonjakan hargaminyak mentah dari 50 sampai 70 dolarper barel, memaksa pemerintah dua kalimenaikkan harga BBM, Maret dan Oktober, masing-masing rata-rata 30 dan 100persen. Langkah inilah yang memicukemelut ekonomi—Oktober, laju inflasilangsung melonjak 8%—tahun 2005.Bank Indonesia menanggapi langkahThe Fed dengan mematok BI Rate menjadi 12,75%, naik 50 basis poin darisebelumnya 12,25%. Kenaikan ini disebutAslim Tadjuddin, Deputi Gubernur BankIndonesia, sebagai bentuk kebijakan uangketat sekaligus untuk mengantisipasikemungkinan masih naiknya Fed Fund.Dan yang lebih utama mengerem lajuinflasi yang mencapai 18,38%. Aslimmenyebutkan pula interest differentialrate (selisih suku bunga pinjaman dandeposito) 8,5% masih tergolong cukupmenarik, sebab biasanya BI mempertahankannya pada kisaran 6% lebih sedikit.Dampak “prahara” ekonomi akibatkenaikan harga BBM yang selangit,industri-industri padat karya mengurangikapasitas produksi rata-rata 30-40 persen, artinya malapetaka bagi para pekerja—menghadapi ancaman dirumahkan atau PHK. Muzni Tambusai, DirjenPembinaan Hubungan Industri, Depnakertrans mengatakan, hingga Oktober2005 sudah 109 ribu buruh yang terkenaPHK. Sampai akhir tahun bisa mencapaiangka 120.000.Kompas (22/12) mencatat gelombangPHK, terutama di sektor industri padatkarya, masih akan terus berlanjut diberbagai daerah. Srimoyo Tamtomo,Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jawa Tengah, mengatakan sudahbanyak perusahaan yang mengajukanpenangguhan upah minimum kabupatendan kota untuk tahun 2006. Sampai