Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 11
P. 29


                                    (BERITA WAWANCARA)BERITAINDONESIA, 20 April 2006 29Jadi, bagaimana mestinya?Ya, oleh sebab itu sentuhan pembangunan pada pulau-pulauserupa perlu dilakukan meskipun memiliki tingkat keisolasianyang tinggi. Sentuhan tersebut dapat dilakukan dengan caramenarik investasi ke pulau-pulau tersebut, mendeklarasikanpulau yang memiliki produktivitas hayati yang tinggi sebagaikawasan konservasi, melakukan penataan ruang, mendorongnelayan melakukan aktivitas penangkapan di perairan sekitarpulau, juga merangsang aktivitas ekonomi masyarakat penghunipulau melalui praktek-praktek tertentu.Lalu, apa saja yang perlu dipertimbangkan dalamupaya pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil tersebut?Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil tersebut memangmasih dihadapkan pada berbagai masalah antara lain letaknyayang terpencil, terbatasnya sarana, prasarana dan sumber dayamanusia. Namun demikian yang juga perlu diperhatikan adalahdaya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan terhadapperubahan lingkungan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatansumber daya di kawasan pulau-pulau kecil harus dilakukansecara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan peran sertamasyarakat setempat. Sehingga dapat mewujudkan pemanfaatanpotensi sumberdaya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan danberbasis masyarakat.Tadi Bapak katakan bahwa paradigma dalam mengelola pulau-pulau kecil tersebut harus diganti?Ya, ide saya sejak menjadi Dirjen, Menteri Perikanan danKelautan hingga sekarang, bahwa seharusnya kegiatan ekonomidan pendekatan kesejahteraan masyarakat perlu dikedepankan.Lalu pendekatan yang lain-lain, termasuk keamanan itumengiringi.Mengelola apalagi membangun kan perlu dana Pak.Menurut Bapak, dananya dari mana?Dari dua sumber, APBN atau APBD dan dari swasta. Tohnegara lain yang jauh lebih kecil dalam arti potensi sumber dayaalamnya, bisa makmur. Seperti contohnya, Maret lalu saya keMauritius, dekat Afrika Selatan, menghadiri International Meeting In Small Island. Saya kagum, kepulauan itu makmur sekali.Mereka sudah mencapai pendapatan 4000 GNP/kapita. Kalaunegara kita baru 800 GNP/kapita. Padahal setelah ditelusuri,kekuatan di sana itu hanya dari 3 sumber. Yaitu,Ekotourism, Perikanan dan PerkebunanTebu. Mauritius ini berhasil mengekspor 800 ribu ton gula tebu,terutama ke Perancis dan UniEropa lain. Padahal pulaunyaitu lebih tandus, sebagianbatu-batuan besar. Tapi dengan tenaga sukarela sejaktahun 40-an dibantu Perancis mereka menyingkirkan batu-batuan, kemudian top soil-nya ditanamitebu. Tata ruangnya pundiatur dengan baik.Jadi, tata ruangjuga mesti diperhatikan Pak?Pengaturan tataruang juga perludiperhatikan. Ini berkaitan dengan Pedoman Pengelolaan danPedoman Investasi. Dalam pedoman itu diatur, misalnyamaksimal yang boleh dibuka hanya 40%, yang 60% tetap sebagaikawasan lindung. Pinggir pantai atau green belt harusdipertahankan. Kemudian daerah-daerah yang kelerengannyalebih besar dan sama dengan 45%, harus tetap dibiarkan menjadihutan. Sebab bahaya jika diolah. Jadi, paradigma dalammenggarap pulau-pulau kecil tersebut harus memperhatikanekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kemudian keamanandan tata ruang.Mulai sekarang, pulau-pulau kecil itu harus mulaidibangun ya Pak?Ya, kita bisa bayangkan jika pulau-pulau kecil, terutama pulauterdepan itu dibangun untuk industri perikanan, tourism,industri-industri yang tidak mencemari. Sehingga menjadigemerlap, menjadi makmur sekaligus berfungsi sebagai fungsikeamanan, juga security belt. Yang bekerja di sana, bisa didanaioleh pembangunan daerah tersebut.Bagaimana dengan investor asing?Saya sedih, jika ada investor asing yang datang kok malahdicurigai. Padahal mestinya justru kita berupaya agar investorasing bisa masuk ke pulau-pulau kecil ini. Coba kita berkaca padanegara lain, yang mau menggarap pulau dengan memanfaatkaninvestor asing, kemudian bisa menjadi kerjasama yang salingmenguntungkan. Seperti Mauritius, Maldives, investornyadatang dari Australia, Prancis dan lain-lain.Bagaimana dengan kasus Pulau Bidadari?Itulah. Pengelolaan Pulau bidadari oleh tangan asing itu sudahmelalui prosedur yang benar. Jadi tak ada masalah lagi. Tapi,kalau ada berita bahwa nelayan tidak boleh masuk ke perairanitu. Menurut saya itu hanya soal komunikasi saja. Seharusnyadijelaskan, kenapa tidak boleh? Mungkin boleh tetapi dengansyarat perahunya dicat dengan indah, jangan merusak terumbukarang, karena menjadi daya tarik wisatawan. Nah, kalauterumbu karangnya rusak akibat penangkapan ikan yang salah,misalnya karena dibom atau diracun, wajar jika nelayan tidakdiperbolehkan mengambil ikan di sekitar situ.Menurut Bapak, model investasinya seperti apa?Saya pernah bicara dengan Prof. DR. Abdul Gani Abdullah,Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, pada masa KabinetGotong Royong. Investasi ini dengan sistem BOT atau Built Operational Transfer. Jadi, orang asing yang akan membangun danmemekerjakan tenaga kita, lalu kita mendapat keuntungan pajak.Bahkan dalam Kepmen sudah diatur juga ada semacam DP(down payment). Maka, kalau ada orang asing yang inginmengelola bagian pulau kita, kita pakai aturan yang jelas,termasuk statusnya apakah hak guna dan lain-lain. Kedaulatantetap di tangan kita. Tetapi berkah ekonomi dapat kita nikmati.Sistem ini sudah saya usulkan sejak saya menjadi MenteriPerikanan dan Kelautan. Saya berharap, ini dapat menambahsumber pendapatan negara. Selain dari pajak, aset-aset negara,juga dari berkah pulau-pulai kecil ini.Tapi, apakah peraturan hukum kita sudah siap denganmasuknya investor asing ini?Sudah. Tinggal mengoordinir saja. Ada UU Pokok Agraria, soalaturan investasi ada di BKPM, kalau PMA bagaimana, detail aturanpulau ada di Menteri Perikanan dan Kelautan. Tinggal dilihat lagiapakah ada hal-hal yang perlu disempurnakan, dan lain-lain. ■ AD
                                
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33