Page 52 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
        P. 52
     
                                
                                    52 BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006BERITA PEREMPUANDemikian komentar Gusti Kanjeng Ratu Alit bernadaprotes. Putri tertua Sinuhun Paku Buwono Ke XII(alm) ini mengaku prihatin, banyaknya tayanganmedia, terutama media audio visual infotainmentyang memiliki kecenderungan memblow up besarbesaran wilayah pribadi sesorang. “Bahkan telahmemasuki wilayah ‘tempat tidur’ seseorang,” ungkapnya ketikaditemui Berita Indonesia dalam acara peringatan Ulang Tahunke-59 Jenderal TNI (Purn) Wiranto, beberapa waktu lalu.GUSTI KANJENG RATU ALITGKR ALIT: Menjunjung Tinggi Etika dan Sopan Santun.Gusti Kanjeng Ratu Alit mengaku, tak pernah bisa mengerti,kendati yang banyak di ‘goda’ wilayah pribadinya itu paraselebritis. “Sebagai publik figur, selebritis kan juga manusia,”kilahnya. Artinya, menurut GKR Alit, sebesar apa punkepopuleran seseorang, ia juga memiliki wilayah pribadi yangmesti dihormati haknya. Media sebagai sarana informasi, perlujuga membatasi diri agar tidak terlalu jauh mencampuriurusan rumah tangga seseorang.“Saya pikir sopan santun dan etika tidak cuma perluditerapkan dalam tingkah laku dan sikap seseorang, tapimestinya media juga menganut sopan santun dan etika ini,”lanjutnya. Sopan santun dan etika media itu barangkali yangdimaksud GKR Alit sebagai kebebasan media yang bertanggungjawab.Pengageng Kaputren Surakarta Hadiningrat ini menambahkan, terlalu diumbarnya persoalan rumah tanggaselebritis dan publik figur dalam siaran infotainment akansangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Apalagijika dua orang suami-istri yang sedang ‘dalam persoalan’ itukemudian diadu satu sama lain. Akhirnya, terpancing lalumengumbar keburukan pasangannya. “Sebagai penontoninfotainment kita bukannya terhibur tapi malah prihatin danmalu,” lanjutnya.Itulah sebabnya, menurut salah satu putri pewaris tahtaKeraton Surakarta ini, pendidikan etika dan sopan santunharus tetap dipertahankan. Sebab pendidikan etika, sopansantun dan budi pekerti bukan saja milik anak-anak yangmasih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, tapijuga milik bangsa. Etika dan sopan santun yang identik denganadat ketimuran menurut GKR Alit, harus masuk ke dalamsetiap lini kehidupan. Maka, ia sangat mendukung masuknyapelajaran ini dalam kurikulum pendidikan.Selain itu, ia menegaskan bahwa media memiliki andil yangbesar dalam upaya menjunjung tinggi etika dan kesopananini. Melalui infotainment yang terlalu ‘terbuka’ akanmenanamkan image bahwa wilayah rumah tangga tak ada lagibatas, kawin cerai dianggap hal yang lumrah sehinggaperkawinan tidak lagi dianggap saktral. Melalui sinetronsinetron yang fulgar dan terlalu bebas menempatkanhubungan anak dengan orangtua, juga akan menanamkanimage bahwa hubungan anak dan orangtua sudah bebas tanpabatas. “Saya bukannya menutup diri dengan perkembanganjaman, tapi sejauh apa dan sebatas mana jaman ini berubah,hendaknya etika dan sopan santun harus tetap dijunjungtinggi,” lanjutnya.Kendati demikian, putri Keraton Surakarta ini merasaoptimis karena pendidikan etika dan sopan santun kembalidianggap penting. “Jika pendidikan etika dan sopan santunini berhasil dan mampu memasuki setiap lini kehidupan,mudah-mudahan bukan saja sikap generasi muda kita yangsantun, tapi berita-berita media, termasuk infotainment jugaakan lebih santun lagi,” harapnya. ■ AD, SR“Wilayah rumah tangga, adalahwilayah pribadi yang mesti dijagakerahasiaannya. Tapi, mengapa kinimenjadi wilayah publik?”Prihatinkan Wilayah PribadiDiblow Up Media
                                
     	
