Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 43
BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006 43BERITA TOKOHbangan pemberitaan di media masasecara tepat waktu serta menyajikansecara cepat dan akurat analisa dan isuisu yang berkembang terkait denganTNI,” lanjutnya.Sunarto juga berupaya untuk terusmenerus koordinasi dengan para Kadispen, baik Kadispen AD, Kadispen AUdan Kadispen AL. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan profesionaljajaran personil penerangan TNI, pihakSunarto membuka kursus perwira informasi yang bekerjasama dengan kantorBerita Antara. Puspen juga mengirimbeberapa perwira, bintara, ke luar negeriantara lain ke Amerika Serikat.Untuk mengimbangi pemberitaan media massa lainnya, puspen juga memonitor pemberitaan, khususnya TV.“Kami memonitor seluruh pemberitaansemua channel TV. Begitu ada masalahmengenai TNI, kami langsung merekamnya. Di situ ada yang menjaga 24 jam.Kalau ada kejadian yang menonjol mereka langsung laporan ke saya atau keKepala Dinas. Jadi, kami siaga 24 jam,”lanjutnya.Kesiagaan 24 jam itu bukan saja bagimedia, tapi juga bagi kantor penerangandi tingkat Kapendam dan Kapenrem.“Saya membuka diri untuk dihubungi kapan saja, tidak perlu sungkansungkan,” kata Sunarto. Karena diatahu, biasanya secara hirarki tentaramemiliki rasa enggan pada komandannya. Maka dia mencoba ‘meretas’jarak itu untuk kelancaran tugastugasnya. Bahkan tak segan-segandia memberikan nomor telepongenggamnya kepada siapa saja yangmembutuhkan. Karena itu Sunartoberkeyakinan jika terlalu bersikapformal, maka akan ada hambatankomunikasi.Taruna Jadi InspirasiMoh Sunarto Sjoekronoputra lahirdi Kuningan, 12 Desember 1951, anakpertama dari 12 bersaudara. Citacitanya waktu kecil, ingin menjadidokter. Cita-cita itu ia katakan saatpelajaran bercerita. Sunarto ingat,waktu masih duduk di bangku kelastiga Sekolah Dasar, di Kuningan,Jawa Barat. Dalam kesempatanbercerita di depan kelas, dia bercitacita menjadi dokter.Namun, tampaknya gambaranseorang angkatan laut lebih melekatdalam ingatan anak kampung darikaki gunung Ceremai ini. Suatuketika ia melihat para taruna angkatan laut, dengan seragam putihputih lengkap dengan aksesorisnya,mengunjungi Taman Makam PahlawanAngkatan Laut di Desa Jalaksana, Kuningan, tidak jauh dari kampung halamannya.Di tempat itu, selain berziarah, malamnya mereka mengadakan acara santai.Sunarto yang waktu itu masih di bangkuSekolah Menengah Pertama, tak melewatkan kesempatan itu. Bersama beberapa orang teman, dia melihat kegagahan para taruna yang sedang bermain band itu. Kesan itu demikianmelekat, sehingga Sunarto bertekad akanmasuk AKABRI Angkatan Laut selepasSMA nanti.Namun, Sunarto memang bukan tiperemaja yang ekspresif. Bahkan setelahlulus SMA pun ia masih slow. Dia inginmasuk angkatan laut, tapi tidak terlalumenggebu-gebu. “Saya ingin masukangkatan laut, tapi tidak terlalu ngoyo.Diterima, ya Alhamdulillah, kalau tidakya sudah. Jadi, saya tidak terlalu kecewajika keinginan saya itu tidak terwujud,”ujarnya bernada pasrah.Tapi, Dewi Fortuna, berpihak padaayah dari Sri Sunaryati dan Agus Fitriantoini. Setelah melalui tes di Mabes TNI AL,dia dinyatakan lulus. Kedua orangtuanyapun mendukung. Ayahnya yang seorangSekretaris Desa, sangat berbangga hati.Pendidikan disiplin dan keras yangselama ini diterapkan pada Sunarto danadik-adiknya, membuahkan hasil. Sebagai anak pertama, Sunarto menjadimotivator bagi adik-adiknya. Namun,dari 12 bersaudara, hanya Sunarto yangmenjadi TNI. “Adik saya ada yang menjadi arsitek ada juga yang ahli farmasi,”lanjutnya.Bangga Menjadi TNIDidikan keras sang ayah, kini benarbenar dia rasakan manfaatnya. Disiplin,jujur dan penuh tanggungjawab yangselama ini diajarkan ayahnya, yang duluterasa pahit, kini terasa manis. Sedangkan kasih sayang dan ketulusan dari sangibu, menambah kekuatan batinnya.Setelah benar-benar menjadi perwiraangkatan laut, Sunarto merasakan betapabangganya menjadi prajurit. Dia pernahmendapat tugas selama 3 tahun di KRIFatahillah.Suka duka sebagai angkatan laut pernah dia rasakan. Namun, dia tak maumembebani keluarganya, ayah dan ibunya dengan cerita-cerita sedih seputartugas-tugasnya.“Ayah dan ibu saya cukup tegar,justru yang sering risau itu neneksaya,” kenang Sunarto. Itu bisadimaklumi, karena Sunarto adalahcucu pertama yang paling besar, yangsangat dekat dengan sang nenek. Jikacucu kesayangannya itu pamit untuktugas, sang nenek kerap menangis.“Disangkanya kalau angkatan laut iturenang terus di laut, sehingga nenekkhawatir,” kenangnya haru.Maka, setiap pulang tugas, Sunartoselalu menceritakan hal yang indahindah. Itu juga dia terapkan pada istridan anak-anaknya setelah berkeluarga. Pendek kata, Sunarto tidak maumembuat orang-orang sekitarnyasusah. Beruntung, dia memiliki istriyang sangat tahu dan bisa memahamipekerjaan suaminya. “Istri saya tidakpernah protes dan mengomentaripekerjaan saya. Dia ibu rumahtanggayang melayani penuh kebutuhansuami dan kedua anak saya. Sehinggasaya tenang dalam melaksanakantugas,” kata Sunarto memuji Aan(panggilan akrab Asmanah-red) wanita yang dikenalnya sejak SMP yangkini setia mendampinginya. Lebihdari itu Sunarto mengaku banggamenjadi TNI. “Saya bangga bisamengabdi di lingkungan TNI,” ujarnya mantap. ■ AD, SBBIODATA BIODATA BIODATANAMA : Moh. Sunarto SjoekronoputraPANGKAT : Laksamana MudaLAHIR : Kuningan, 12 Desember 1951PENDIDIKAN :• Akabri Angkatan Laut (1974)• Diklapa II (1985)• Seskoal (1994)• Lemhanas RI (2003)JABATAN :• Mabesal (1975 - 1980)• KRI Fatahillah Armada RI (1981 – 1983)• Pusdikdukum Kodikal (1983 – 1987)• Pekas Lanmar Surabaya Kormar (1988)• Pembantu Athan RI New Zealand (1989 – 1991)• Kabagtaud Set Delog Mabesal (1992 – 1993)• Koorspri Kasal (1995 – 1996)• Kasetum Mabesal (1997 – 1999)• Kadiskum Armatim (2000)• Sekdiskual (2001)• Kadiskual Mabesal (2001 – 2004)• Widyaiswara Utama Bid. Hankam Lemhannas RI(2004 – 2006)• Kapuspen TNI (2006)TANDA KEHORMATAN :• Satyalancana Andhy Makayasa• Stayalancana Dwija Sistha• Satyalancana Kesetiaan XVIII/XVI/XXIV tahun• Bintang Jalasena Nararya• Bintang Yudha Dharma Nararya