Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 37
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 37kemanusiaannya.Sejarah agama menunjukkansesungguhnya agama-agama besardunia, seperti Yahudi, Kristen, danIslam, berasal dari satu rumpun agamaSemitik. Sama-sama mempercayai danmemuliakan Allah yang dimuliakanIbrahim (Abraham). Namun sejarahmenunjukkan justru konflik seringmuncul di antara penganut agama yangberasal dari satu rumpun Semitik itu.Dalam hal ini, pengalaman sejarahsebagai guru yang baik, juga mengajakkita memahami realitas empiris sejarahagama itu sendiri. Bahwa terjadinyakekerasan, dan dan konflik atas namaagama, harus diletakkan secaraproporsional sebagai kenyataan sejarahagama dan bukanlah doktrin agamaitu sendiri. Sebab doktrin agamatidak menolerir kekerasan danpenindasan. Mengutip Prof DrKomaruddin Hidayat5, adalah kelirubila doktrin agama disamakandengan sejarah agama. Kendati jugaharus kita pahami bahwa agamaadalah wahyu yang membumi ataumenyejarah.Memang, adalah kenyataan sejarahjuga yang menunjukkan agama(wahyu yang membumi, menyejarah)telah melahirkan dinamika dan anekapenafsiran para pemeluknya, yangpada kurun waktu dan tempattertentu, kadang kala sampai memicukonflik dan kekerasan.Dalam konteks ini, Syaykh AlZaytun mengajak umat beragamamemaknai (belajar dari sejarah)dengan kembali kepada fitrahberagama, yaitu toleransi yang harusditegakkan sebagai keyakinan pokok(akidah) dalam beragama.Itu maknanya, pengamalantoleransi harus menjadi suatukesadaran pribadi dan kelompok yangselalu dihabitualisasikan dalam wujudinteraksi sosial. Toleran maknanya,bersifat atau bersikap menghargai,membiarkan pendirian, pendapatpandangan, kepercayaan, kebiasaan,kelakuan, dan lain-lain yang berbedaatau bertentangan dengan pendiriansendiri.Menurutnya, toleransi/toleran dalampengertian seperti itu terkadangmenjadi sesuatu yang sangat berat bagipribadi-pribadi yang belummenyadarinya. Padahal perkaratersebut bukan mengakibatkankerugian pribadi, bahkan sebaliknyaakan membawa makna besar dalamkehidupan bersama dalam segalabidang, apalagi dalam domainkehidupan beragama. Dia menegaskan,toleran dalam kehidupan beragamamenjadi sangat mutlak adanya, denganeksisnya berbagai agama samawimaupun agama ardli dalam kehidupanumat manusia ini.Dalam kaitan ini, Syaykh Al-Zaytunmenutip pesan Tuhan yang bersifatuniversal kepada umat manusia, dalamQ.S. 42 A. 13: “Dia telah mensyariatkanbagi kamu tentang agama, apa yangtelah diwasiatkan kepada Nuh, dan apayang telah diwahyukan kepadamu(Muhammad) dan apa yang telahdiwahyukan kepada Ibrahim, Musa,dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama danjanganlah kamu berpecah-belah dalamurusan agama.”Pesan lainnya terkandung dalam Q.S.3 A. 103: “Dan berpegang teguhlahkamu kepada agama Allah danpembimbingan perilaku umat manusiadalam beragama. Standar yang bersifatuniversalistik ini bermakna ruanglingkupnya berlaku di mana pun dankapan pun. Yakni umat beragamadalam berinteraksi antaragama wajibmengutamakan standar universal ini.Tegakkan agama dan janganberpecah belah dalam beragama.Perintah ini juga merupakan standaryang bersifat partikularistik, yangruang lingkupnya berlaku bagikelompok pemeluk agama tertentu ditempat mereka berada. Dalammenjalankan agama hendaknyamenjauhi perpecahan sesama agama,terlebih perpecahan itu dibungkus olehorientasi motivasional maupunorientasi nilai keagamaan.Tindakan manusia beragama ituselalu memiliki orientasi, berartiselalu diarahkan kepada tujuan.Menurut Syaykh Al-Zaytun, ada duaelemen penting dalam orientasitindakan manusia termasuk tindakanmanusia dalam beragama yaituorientasi motivasional dan orientasinilai. Orientasi motivasional adalahyang berhubungan dengan keinginanindividu yang bertindak itu untukmemperbesar kepuasan danmengurangi kekecewaan, atau dalammakna lain, motivasi untukmemperbesar kepuasan jangkapanjang dan jangka pendek.Sedangkan elemen lainnya adalahorientasi nilai. Orientasi ini menunjukkepada standar-standar normatif yangmemengaruhi dan mengendalikanpilihan-pilihan individu terhadaptujuan yang dicapai dan alat yangdipergunakan untuk mencapai tujuanitu.Walhasil, kata Syaykh Al-Zaytun,kebebasan individu dalam bertindak,dibatasi oleh standar-standar normatifyang ada dalam masyarakat, baik yangbersifat Ilahiyah maupun budaya.Segala norma-norma itu bukan berartimengeliminir kebebasan manusiadalam beragama, justru menawarkanberbagai alternatif dalam bertindak,bermakna juga bahwa manusia itudalam beragama mempunyaikebebasan penuh yang dibatasi olehkebebasan yang dimiliki orangselainnya.“Itu berarti bahwa setiap umatberagama dalam interaksi sosialnyamempunyai kebebasan dalammeningkatkan kualitas dan kuantitaspemeluknya. Interaksi seperti ini sudahbarang pasti berkonsekuensi, minimalsaling singgung. Sebab strategi, metodedan teknik interaksi masing-masingagama dan para pemeluknya bahkandalam kalangan suatu agama dan paraLENTERASyaykh Al-Zaytun Panji Gumilang memberikankata sambutan tentang kerukunan, toleransi danperdamaian antar umat beragama di GerejaGPIB Koinonia, Jatinegara, Jakartajanganlah kamu bercerai-berai.”Pesan universal ini merupakan pesankepada segenap umat manusia tidakterkecuali, yang intinya dalammenjalankan agama harus menjauhiperpecahan antarumat beragamamaupun sesama umat beragama. Pesandari langit ini menghendaki umatmanusia itu memeluk dan menegakkanagama, karena Tuhan sang Penciptaalam semesta ini telah menciptakanagama-agama untuk umat manusia,kehendak-Nya hanyalah janganberpecah-belah dalam beragamamaupun atas nama agama.Tegakkanlah agama dan janganberpecah belah dalam beragama,merupakan standar normatif Ilahiyah,sebagai patokan baku untuk