Page 36 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 36
36 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006Menurut Antony Hii, Syaykh PanjiGumilang adalah seorang yangsenantiasa sungguh-sungguh belajarsambil mengambil aksi agung dalamrancangannya. “Tak ada kata tak bisa.He is a man with great of actionlearning,” puji Dr. Antony Hii, lalumenyebut serangkaian partisipasiSyaykh Al-Zaytun di bidang pendidikandan manajemen sumber daya manusia,seperti sebagai anggota KomisarisAkademi Arab di Kairo, sebagai anggotaOrganisasi Asosiasi PerdamaianTaiwan, Ketua Ikatan AlumniUniversitas Islam Negeri (UIN) Jakartadan Ketua Masyarakat EkonomiPesantren Indonesia.Lalu, dengan penganugerahan gelardoktor itu, Syaykh Al-Zaytun punmenjadi anggota DewanKehormatan IMCA bersama paraperaih penghargaan sebelumnyaseperti duet inovator di bidangkependidikan Charles Handy danJohn Kotter, pengusahamultinasional seperti RichardBranson dan John Harvey-Jones.Pria kelahiran Gresik 30 Juli1946 ini, telah berhasilmewujudkan ide agung pendidikanterpadu Al-Zaytun. Di pondokpesantren modern ini, diamewujudkan sistem pendidikansatu pipa dan pendidikan terpaduyang disimpulkannya padapendidikan-ekonomi dan ekonomipendidikan, di mana pendidikanharus diciptakan sebagai gula danekonomi sebagai semutnya.Jangan malah ekonomi yangdiciptakan sebagai gula danpendidikan (rakyat) jadi semutnya.Bila pendidikan sebagai gula danekonomi sebagai semut, makasemut (ekonomi) akan mendatangiorang yang terdidik. Karena semutadalah makhluk yang mengertikualitas dirinya terhadap gula,sehingga semut tidak akan terkenasakit gula.Itulah prinsip dasar dalampendidikan terpadu yangdiwujudkannya di Al-Zaytun,sebuah kampus peradabanmilenium ketiga sebagai pusatpendidikan dan pengembanganbudaya tolerasi dan perdamaian.Lembaga pendidikan sekaliguslembaga ekonomi mandiri yangdiimpikannya sejak belia.Bersifat UniversalDalam beberapa kali percakapandengan Syaykh Al-Zaytun,terpancar pemahaman bahwaIslam adalah agama yangrahmatan lil a’lamiin, bersifatuniversal artinya berlaku menyeluruhuntuk semua bangsa, keadaan danwaktu, serta memiliki watak shalih likulli zamanin wa makanin(kontekstual di setiap zaman dantempat).Syaykh Al-Zaytun juga mengaplikasipemahaman agama tidak hanya darisudut pandang normatif. Memahamidan memaknai agama dapat puladidekati dari sudut pandangkesejarahan. Dari khotbahnya bertajuk:Toleransi Akidah dalam Beragama4,tersirat pengertian adalah ahistorismemahami agama hanya daripendekatan normatif atau hanya darisudut pandang doktrinal. Pendekatanagama yang ahistoris justru akanmenjauhkan agama dari misiL ENTERASYAYKH AL-ZAYTUN: SYAYKH AL-ZAYTUN:“Dalam menjalankanagama hendaknyamenjauhi perpecahansesama agama, terlebihperpecahan itudibungkus oleh orientasimotivasional maupunorientasi nilaikeagamaan.”36ILLUSTRASI: DENDY H