Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 43
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 43Tsunami Pergi Korban Meranaunit yang dikonsentrasikan untuk membersihkan jalanan dari puing-puingbangunan. Kata Ketua Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Ciamis,Mulyono, terbatasnya peralatan berat memaksa para petugas mencari korban disemak-semak dan rumah-rumah warga.Korban yang tertimbun reruntuhan belum bisa ditangani. Penyisiran di PantaiPangandaran dan Pantai Cipatujah berhasil menemukan enam jenazah. Upayapencarian korban akan diteruskan sampaiSabtu (22/7).Kepala Pos Kepolisian Air Pangandaran, Ajun Komisaris Buchari menyatakan,jenazah-jenazah yang terbawa arus ombak biasanya akan terdampar di pantaipada tiga atau empat hari pasca musibah.Dia berpatokan pada musibah gelombangpasang tahun lalu. Tiga, empat harikemudian ditemukan satu per satu.“Biasanya jenazah ini tersangkut dikarang atau sampah-sampah laut,” katanya.Gempa dan tsunami juga membuatpanik para narapidana (Napi) yangmenghuni LP Permisan di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. LembagaPemasyarakatan ini berlokasi tidak jauhdari pantai pada ketinggian sekitar 10meter dari permukaan laut. Sebanyak 96Napi yang ditempatkan di LP itupunsegera dievakuasi, 52 orang dipindahkanke LP Batu dan 44 orang lagi ke LPKembangkuning. “Sekarang LP Permisankita kosongkan dulu karena banyak napiyang ketakutan dan minta dipindahkan,”ujar Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Depkeh dan HAM Jawa Tengah, BambangWinahyo.Kawasan Wisata Pangandaran yangsedang bangkit dari krisis turis asing danlokal lantaran gangguan-gangguan keamanan dan teror tahun-tahun sebelumnya, harus terpuruk kembali. Kata seorang petinggi pariwisata Ciamis, perluwaktu lama untuk memulihkan kondisiPangandaran. Tapi nasib para nelayanjauh lebih parah dari para pencari rezekidi sektor pariwisata. Ratusan perahu dankapal motor nelayan hancur. Padahalmereka membelinya dengan harga puluhan juta rupiah.Di Indonesia, menurut catatan BMG,sudah terjadi 17 kali tsunami, termasuktsunami terakhir di garis pantai selatanJawa. Tsunami pertama terjadi tahun 416di Pantai Sumatra, gelombang setinggi 10meter. Tsunami paling dahsyat terjadi diPantai Ambon, tahun 1674, dengan gelombang setinggi 100 meter. Tetapi tsunami yang menelan korban paling banyak(lebih dari 100.000 jiwa), terjadi di Aceh,26 Desember 2004. SP-SHBERITA KHUSUSTsunami memang telah berlalu. Namun kondisi parakorban, khususnya pengungsi tetap memprihatinkan.Bahkan banyak korban yang mulai kelaparan danterserang penyakit.ua hari berturut-turut menahan lapar, nasib yang sungguhmengenaskan. Tak ada organisasi maupun instansi pemerintah yang mendata dan memasok makanan. Ini kenyataan di lapangan yang ditemukan oleh Soleh, relawan KelompokPecinta Alam Wanadri (19/7) di Pangandaran.Tim wartawan Harian Republika yangmemantau 12 Posko pengungsian, mengungkapkan banyak pengungsi yang mulaiterserang penyakit. Dari 1.500 pengungsiyang mendiami lima tenda besar Poskopengungsian Bank Mandiri di KecamatanSidamulih, 85 persen diantaranya wanitaLansia serta anak-anak. Kebanyakanmereka terserang diare dan flu, bahkanmasih ada yang trauma. Bencana memangselalu menyisakan penderitaan.Tak kurang dari 12.000 warga Cilacapdan Kebumen mengungsi ke daerahperbukitan, misalnya Gunung Selok danSrandil. Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, Kapolda Jateng Irjen DoddySumantyawan dan Bupati Cilacap ProboYulastoro yang menemui para pengungsi,tak berhasil meminta mereka pulang.“Dari ketinggian saya bisa melihat gelombang pasang pantai selatan,” ujar Ny.Warsiti memberi alasan. Pencarian korban masih terus dilakukan tim penyelamat TNI, Polri dan relawan serta wargasetempat. “Kami masih mencari korbanlain yang dilaporkan belum ditemukan,”kata Kapolres Ciamis AKB SyamsudinJanieb. (Media Indonesia, 19/7).Sampai hari keempat pasca gempa dantsunami, para korban masih terus dievakuasi dari lokasi gempa. Namunoperasi penyelamatan belum optimal karena minimnya peralatan dan bantuantenaga ahli. Yang dibutuhkan alat-alatberat loader dan beko. Saat ini baru enamD