Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 47
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 47Caplok-mencaplok sedang terjadi di antara stasiun televisitanah air. Bisnis televisi Indonesia berpusat pada segelintirorang.ap, Lalu Ditangkap. Itubukan penggalan lagu Cicak-cicak di Dinding, melainkan judul berita Tempo, 9 Juli 2006, tentang sejumlah perusahaan televisi yang bakal bergantipemilik.Tempo mengulasnya panjang lebar.Ditulis majalah ini, ada indikasi Abdul Latief, pemilik Lativi akan melegostasiun televisi itu. Pembelinya masihsimpang siur. Ada yang mengatakanakan dibeli PT Cakrawala Andalas Televisi, pengelola stasiun televisi ANTVyang di dalamnya ada Star TV, milikRupert Murdoch. Namun ada jugadesas-desus yang menyebutkan Nirwan Bakrie sebagai pembeli secarapribadi.Menurut analisa Erwan Teguh, Kepala Riset PT Danareksa Sekuritas, 11stasiun televisi yang ada di Indonesiaakan menyusut karena pertumbuhan‘kue’ iklan tak cukup jika dibagi rata.Akibatnya terjadi perang tarif iklandan pertumbuhan industri televisipun merosot 15-20 persen.Sementara itu, TransTV yang semula ikut berminat membeli Lativi,beralih melirik TV7. Chairul Tanjung,lewat PT Trans Corporation (induk PTtelevisi Transformasi Indonesia) telahmeneken nota kesepahaman rencanapembelian saham PT Duta VisualNusantara Tivi Tujuh (pengelola TV7)milik kelompok Kompas-Gramedia.Seperti juga diberitakan Republika,8 Juli 2006, jika akuisisi ini berjalanmulus, TransTV akan menguasai 55persen saham stasiun televisi yangmemiliki 24 stasiun itu. Sisanya tetapdipegang Kompas-Gramedia.Sejak tahun lalu, TV7 memang dibidik sejumlah TV nasional dan asing.Sebut saja Indosiar, SCTV dan Star TV.Namun ternyata TransTV yang serius dan bergerak cepat. TV7 juga menolak Star TV dan merasa lebih nyaman bekerja dengan televisi nasional.Tempo juga mengungkapkan ikhwalserbuan asing yang berminat padastasiun televisi nasional. Disebutkanbahwa salah satu perusahaan konglomerasi media terbesar di dunia, Viacom, tengah menjajaki masuk ke GrupBimantara yang menjadi induk RCTI,TPI dan Global TV.Salah satu rangkaian laporan Tempo tersebut antara lain wawancaradengan Menteri Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil. Menurutnya,berpindah tangannya beberapa stasiun televisi dan menguatnya modalasing di bisnis ini merupakan globalisasi yang tak terelakkan.Ia berpendapat, yang penting bukansiapa yang memiliki, tetapi bagaimana mengontrol content. UU Penyiarantentang pemilikan asing menyebutkan jabatan yang boleh dipegang orang asing sebatas direktur teknik ataudirektur pemasaran. Namun tidak boleh direktur penyiaran atau direkturprogram. Sebab, penyiaran itu tidakbebas nilai.Sofyan Djalil justru melihat kecenderungan terjadinya merger televisidan menciutnya jumlah stasiun televisi sebagai sesuatu yang baik. Ia menganggap selama ini terlalu banyakTV, sehingga ‘kue’ iklan menjadi sedikit. RHKongsi di Layar KacaHPROFIL MEDIAREPROInilah konglomerasi Penguasa TVHary TanoesoedibjoRCTI, Global TV dan TPIPengelola : PT Media Nusantara Citra (RCTI dan Global TV),Berkah Karya Bersama (TPI)Induk Perusahaan : PT Bimantara Citra Tbk.Anthony SalimIndosiarPengelola : PT Indosiar Karya Media Tbk.Pemilik saham : TDM Asset Management, Prima Visualindo (Salim Grup), lainnya.Anindya BakrieANTVPengelola : PT Cakrawala Andalas TelevisiPemilik saham : PT Capital Management Asia (Grup Bakrie), Star TVHongkongKeluarga SariaatmadjaSCTVPengelola : PT Surya Citra Media Tbk.Pemilik saham : Abhimata Mediatama, PublikJacob OetamaTV7Pengelola : PT Duta Visual Nusantara Tivi TujuhInduk perusahaan : Kelompok Kompas-GramediaPemilik saham : Jacob OetamaChairul TanjungTransTVPengelola : PT Televisi Transformasi IndonesiaPemilik saham : Chairul TanjungAbdul LatiefLativiPengelola : PT Lativi Media KaryaInduk Perusahaan : PT AlatieF Corp.Pemilik saham : Abdul Latief (dibeli Nirwan Bakrie)Surya PalohMetro TVPengelola : PT Media Televisi IndonesiaInduk perusahaan : Media GroupPemilik saham : Surya Paloh