Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 50
50 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006Indonesia Liberalisasi Industri FarmasiIndonesia akan memasukiliberalisasi industri farmasi,sesuai kesepakatan ASEAN,mulai 1 Januari 2008 sesaatsetelah meratifikasiketentuan mengenai carapembuatan obat yang baik(CPOB, atau current GoodManufacturing Practice cGMP).nvestor asing dengan sigap sudah memaknai liberalisasi itudengan menyatakan komitmenmembangun industri besar obatobatan di Indonesia. Peristiwa liberalisasi akan menandai dibukanya pasarfarmasi Indonesia di lingkunganASEAN. Negara Malaysia, Filipina,dan Thailand sudah lebih dahulu memulainya sejak 2006, sedangkanLaos, Kamboja, dan Myanmar barutiba giliran tahun 2010.Sejumlah perusahaan farmasi asingyang sudah menyatakan komitmenmembangun pabrik baru di Indonesia, bukanlah pemain lama asal Eropaatau Amerika. Tetapi, menurut sumber di International PharmaceuticalManufacturers Group (IPMG), merekaadalah Ranbaxy Laboratories (India),Dr Reddy’s Laboratories (India), Cipla(India), Nicolas Piramal (India), Aurobindo Pharma (India), SGS (Thailand)Smith Scientific (Hongkong), danMedifarma (Filipina).Ketua Badan Koordinasi PenanamanModal (BKPM), Muhammad Lutfi,kepada Investor Daily (12/7) turutmembenarkan terdapat 24 perusahaan farmasi asing yang telah meregistrasi rencananya melakukan investasi dengan nilai total 537,8 jutadollar AS. Mereka ada yang turutmenggandeng perusahaan lokal. Bahkan, hingga semester I 2006 sebanyak19 perusahaan farmasi sudah merealisasikan investasi senilai 86,6 jutadolar AS.Lokal Memperkuat PasarKedatangan investor asing sebagaipemain baru di lingkungan industrifarmasi nasional, akan menambahdaftar panjang 33 perusahaan farmasi asing yang sudah terlebih dahuluberinvestasi.Sehingga jika ditambah 4 BUMN,PMA dan PMDN maka saat ini jumlahtotal industri farmasi mencapai 198perusahaan. Sebanyak 60 perusahaan diantaranya berhasil menguasai pangsa pasar hingga 80%, sisanya 20% diperebutkan oleh 140pabrik.Ini menunjukkan ketatnya petapersaingan industri farmasi lokalsebab hanya dikuasasi oleh sekelompok kecil pabrikan besar.Ketatnya persaingan turut dirasakan oleh BUMN farmasi. Namun, Direktur Utama PT Indofarma Tbk, danDirektur Keuangan PT Kimia FarmaTbk, Syamsul Arifin sepakat pabrikanfarmasi lokal harus siap menyambutliberalisasi pasar obat pada 1 Januari2008. Perusahaan lokal harus membuat strategi, termasuk melakukankonsolidasi untuk memperkuat pasardari serbuan pemain regional ASEAN.Kata keduanya, konsolidasi bisaberupa aliansi strategis dengan merger, atau mencari partner asing untukmembuat usaha patungan. Bisa jugamembentuk perusahaan induk diantara sesama BUMN farmasi.Investor asing terutama yang berskala raksasa tertarik memasukipasar lokal Indonesia karena setiaptahun dapat bertumbuh 15 persen.Konsumsi obat per kapita pertahunwarga Indonesia pun masih 8,8 dollar AS, bandingkan dengan Malaysia yang sudah 16 dolar AS perkapitaper tahun. Ini mengindikasikanmasih banyak pasar obat yang belumtergarap.Sekretaris Eksekutif GabunganPerusahaan (GP) Farmasi Indonesia,Budy IA Nataatmaja membeberkanangka pangsa pasar farmasi Indonesia tahun 2005 baru mencapai Rp 23triliun. Itupun hanya diperebutkanoleh 20 pemain dominan. Sebanyak25% pangsa pasar dikuasai pabrikfarmasi asing, sisanya 75% dikuasaioleh pabrikan lokal. Am/HTNo. Perusahaan Penjualan(Rp Miliar)1. Sanbe Farma 1.5372. Kalbe Farma 1.2233. Dexa Medica 1.1534. Tempo Scan 9475. Bintang Toedjoe 8756. Pfizer 7627 Kimia Farma 5178. Konimex 5169. Indofarma 48010. Phapros 46810 Besar Penjualan PerusahaanFarmasi Indonesia 2004Sumber: Investor DailyILaboratorium farmasiBERITA EKONOMIREPRO GATRA