Page 55 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 55
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 55BERITA DAERAHMembuka LahanMenuai AsapPembakaran hutan untuk pertanian dan perkebunanKalimantan dan Sumatera terus terjadi. Tingkatpencemaran pun meningkat tajam. Seruan Presidenuntuk tidak “mengekspor asap” seakan diabaikan.buka lahan perkebunan besar. Pasalnya, dengan cara ini dianggap paling gampang dan efisien. Tak peduliasap tebal terus menggantung danmenyebar ke daerah lain, termasukke negara tetangga.Seruan dan instruksi Presiden SBYagar tidak “mengekspor asap” sebagaimana dikemukakan di HariBumi 22 April 2006 lalu nampaknyatidak berjalan mulus. Begitu pulakesepakatan yang dilakukan limapemerintah provinsi dan 32 kab/kotase Sumatera dan Kalimantan 22 Meisilam dalam menanggulangi masalahini juga tidak terimplementasikansecara baik di lapangan.Sampai pekan lalu (15/7) berhasildideteksi 103 titik api (hot spot).Terbanyak di Kabupaten Sambas,yakni 39 hot spot. Selebihnya diKabupaten Bengkayang (35), Pontianak (17), Landak (10) dan masingmasing satu di Kabupaten Sanggaudan Sintang. Meski yang terdeteksi103 titik, menurut Tri, lahan yangterbakar lebih dari itu. Sebab alatpendeteksi baru akan menangkap satutitik api bila kebakaran mencapai luasminimum tertentu.Kondisi ini mengundang Gubernur Kalbar Usman Ja’far angkatbicara. Dia meminta dilakukan monitoring terhadap titik api yang adadi Kalbar dan segera melaporkan kepihak kabupaten. Bila kondisinyamengkhawatirkan, pihaknya akanmelakukan pemadaman sepertiyang telah dilakukan beberapatahun lalu.Gubernur juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahanpertanian dengan cara pembakaransecara serempak dan bersama-sama.Dan pada saat melakukan pembakaran, hendaknya dijaga sampai apibenar-benar padam, supaya tidakmeluas ke daerah lainnya. (SuaraPembaruan, 15/7)Pembakaran hutan dan semakuntuk pertanian juga terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng). Sepertimisalnya yang terdapat di wilayahKota Palangkaraya dan di tepi jalantrans Kalimantan di Km 13 hinggaKm 18. Begitu pula di KabupatenKatingan, pembakaran lahan terjadidi tepi jalan trans Kalimantan Km 80ke arah Kabupaten Kota WaringinTimur.Sukirman (45), warga Jl TingangUjung, Kota Palangkaraya, mengakusengaja membakar semak untuk lahan pertanian karena tidak memilikidana cukup untuk membuka lahandengan cara membabat. “Pembakaran yang kami lakukan adalah halyang biasa setiap kali akan membukalahan tidur kami. Cara ini tidak memerlukan biaya banyak, cukup membeli minyak tanah, kemudian dibakar,” ujarnya. Dia mengaku tidakkhawatir pembukaan lahan seperti iniakan menimbulkan kebakaran lahandan hutan. Alasannya, selama prosespembakaran berlangsung dia terusmengawasinya. (Media Indonesia, 17/7 )Sumatera Selatan (Sumsel) jugamerupakan daerah rawan terjadinyakebakaran hutan. Dari hasil pemantauan satelit, terdeteksi ada 133titik api yang tersebar di daerah ini.“Sumatera Selatan berada di tingkatbahaya tinggi,” ujar MuhammadSaleh dari South Sumatra Fire ForestManagement Project, lembaga swadaya pemerhati kebakaran hutan. Diamenyimpulkan data itu berdasarkanhasil dari analisa pantauan satelitLapan dan Malaysian MeteorologicalService.Kepala Dinas Kehutanan SumateraSelatan Dodi Supriadi mengaku,pemerintah daerah sudah berusahamencegah kebakaran hutan danlahan di daerah Sumsel. Merekabekerja sama dengan Uni Eropa melalui program community developmentdi tiga kabupaten, yaitu Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin. Warga juga dilatih menjadi regupemadam kebakaran dan difasilitasialat pemadam. amabut asap merambah kawasan kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).Maraknya asap ini berasaldari kebiasaan masyarakat membukalahan pertanian dengan cara membakar hutan dan semak belukar. Belakangan ini, kepulan asap di Kalbarbagian Selatan dan Barat juga bertambah akibat pembukaan lahanyang dilakukan pihak pengembangperumahan. Buntutnya, kepulanasap tebal menyelimuti daerah Pontianak dan mengakibatkan indeksstandar pencemaran udara (ISPU)pun mulai meningkat tajam. Masyarakat pun mulai menggunakan masker manakala ke luar rumah.“Sekitar tengah malam ISPU yangdideteksi di Pontianak sudah memasuki indikator warna hitam. Artinya, tingkat pencemaran mencapailebih dari 300 ppm (particles per million). Artinya pula, kualitas udaratercemar di Pontianak sudah berbahaya bagi kesehatan manusia,” ujarKepala Badan Pengendalian DampakLingkungan Daerah (Bapedalda) Kalbar Tri Budiarto sebagaimana dikutipKompas (15/7).Masalah asap ini nampaknya masih akan terus terjadi sepanjang tahun. Sebab kebiasaan membakar hutan dan semak untuk lahan pertanianterus berlangsung. Demikian jugahalnya yang dilakukan untuk memKREPRO