Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 26


                                    26 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS26 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006Impor Beras MenuaiInterpelasi Jilid IISejak Pemerintah mencetuskan rencana melakukankembali impor beras, kali ini 210 ribu ton untukmenyangga persediaan Bulog yang katanya menipismenjelang akhir tahun 2006, media massa nasional ratarata seragam menyuarakan secara seimbang kontroversidi sekitar penolakan maupun persetujuan para pemangkukepentingan.aklum, pada awal-awalnyapara penolak impor berasseperti anggota DPR, mahasiswa, termasuk para gubernur hingga bupati dan sejumlah besaraktivis LSM, khususnya yang bergerak disektor pertanian begitu galak menyuarakan penolakan impor. Sebagian anggotaDPR malah secara pribadi pagi-pagisudah ambil ancang-ancang mengancamakan mengajukan interpelasi segalakepada pemerintah.Sementara pemerintah dan organ-organ pendukungnya secara pelan tetapipasti rajin sekali memberikan sosialisasiberas impor ini. Menteri Pertanian AntonApriantono, misalnya, yang menyebutIndonesia mengalami surplus produksiberas, secara perlahan orientasinyabergerak dengan menyebut tugas departemennya adalah memproduksi komoditas pertanian. Perlukah impor berasatau tidak bukanlah urusannya.Media massa terlihat begitu bebasmenurunkan polemik impor beras kedalam berbagai rubrik seperti dalamrubrik berita ekonomi, kolom, karikaturhingga tajuk rencana.Harian Republika (6/9) dalam judul“Gubernur Tolak Rencana Impor Beras”,menurunkan pernyataan Wakil KetuaAsosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia, Fadel Muhammad, yang meminta pemerintah mengurungkan niatnyamengimpor beras. “Jangan menggangguspirit petani yang sedang semangatsemangatnya untuk tanam padi, semangat mencari berbagai terapi baru untukmenaikkan produksi (beras),” ujar Fadeldi Jakarta Selasa (5/9).Ketua Umum Eksekutif Dewa BerasNasional, Humuntar Lumban Gaol bahkan menyebutkan produksi beras nasionalsaat ini mengalami surplus 110 ribu ton.Karenanya tak diperlukan lagi imporberas. Ketua Umum Dewan PimpinanNasional (DPN) Himpunan KerukunanTani Indonesia (HKTI), Prabowo Subianto juga meminta pemerintah agarmenstabilkan harga beras dengan membeli gabah dan beras dari petani sebelummengimpor beras.Di hari yang sama harian bisnis terkemuka Bisnis Indonesia terlihat gencarmenunjukkan keberpihakannya kepadarencana impor beras. Di halaman empatkoran ini edisi Rabu (6/9) memuat takkurang tiga judul berita terkait rencanapemerintah melakukan impor beras,ditambah sebuah foto besar ukuran enamkolom memperlihatkan Dirut PerumBulog Widjanarko Puspoyo sedang menjawab pertanyaan anggota Komisi IVDPR, di Jakarta.Widjanarko menyebutkan Bulog bersedia menalangi dana kebutuhan impormenggunakan dana komersial perbankandengan bunga 15%, sebagai alternatifsebelum cairnya dana APBN-P 2006.Kehadiran Widjanarko ke DPR seolahsekaligus bertugas pula untuk mengumumkan dan memastikan sikap resmipemerintah, kalau Menteri PerdaganganMari Elka Pangestu ternyata per tanggal5 September sudah mengeluarkan SKMendag yang memerintahkan Buloguntuk melakukan impor beras.Kontroversi Tak Relevan?Esoknya Kamis (7/9) Bisnis Indonesiahadir lagi dengan menulis judul beritaseolah sebuah konklusi, yakni “Perdebatan Soal Beras Tak Relevan Lagi”.Walau menggunakan kutipan dari Antara, kantor berita tertua itupun sesungguhnya terkesan sekadar ‘meminjam’ sajapernyataan dari Effendi Anwar, seorangpakar pertanian dari IPB.Bisnis Indonesia menulis kontroversimasalah impor beras sudah tidak relevanlagi diperdebatkan, dan hanya akanbuang-buang waktu. Karena kunci daripersoalan saat ini adalah peningkatanpetani sehingga mereka mempunyai aksesuntuk memenuhi kebutuhan pangan.Dalam judul lain Bisnis Indonesiamenurunkan berita perkembangan prosestender impor beras yang dilakukan Bulogselama tiga pekan, yakni membuka pengambilan dokumen tender selama limahari, dan diikuti masa penawaran selamadua minggu. Demikian pula pembentukanKomite Pengawas (Oversight Committee)yang anggotanya terdiri dari WakilDepdag, Deptan, Kementerian BUMN,HKTI, kontak tani, nelayan andalan hingga Induk Koperasi Petani.Akan tetapi bersamaan dengan kemunculan berita Bisnis Indonesia ini,berita koran terbesar di tanah air Kompasdi halaman muka justru memunculkanberita berjudul “Berbagai Daerah TolakBeras Impor”. Berita ini masih disertaisebuah foto berwarna mempertunjukkanseorang buruh panggul yang sedangmenurunkan beras asal Cilamaya, Karawang, Jawa Barat di Pasar Induk BerasCipinang, Jakarta, Rabu (6/9).Kompas juga menurunkan berita pendapat dari banyak tokoh yang memberikan reaksi atas rencana pemerintahmengimpor beras. Seperti, dari KetuaMPR Hidayat Nurwahid, sejumlah gubernur yang menolak beras impor masukke daerahnya yang surplus beras, paraM
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30