Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 30
30 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006MenggapaiUpaya damai lewat bakar batu dan makan bersamaberulang kali digelar. Bisakah perang antar suku diKwamki Lama dihentikan secara permanen?dian berbaris sambil meneriakkan yel-yelperdamaian. Tali busur pun dilepas dananak-anak panah dipatahkan. Senjatatradisional itu kemudian dikumpulkandan langsung dibakar.Upacara yang berlangsung semarak initidak disertai dengan upacara bakar batu.Sebab acara makan bersama sudah dilakukan oleh masing-masing suku yang bertikai beberapa hari sebelumnya. Hanyasaja dalam upacara kali ini diikuti denganpengucapan ikrar menghentikan perang.Apabila terjadi perang lagi di waktumendatang, pihak pertama yang membuat perang harus diproses melalui hukum yang berlaku.Pengucapan ikrar itu dipandang perlu.Karena upaya damai dengan pesta bakarbatu telah beberapa kali digelar. Namunperang tradisional ini kembali terjadi danmeminta banyak korban. Hingga perangterakhir 5 September lalu, sudah 19 orangtewas dan lebih dari seratus orang lukaluka.(Koran Tempo, 14/9)Perang tradisional sejak 23 Juli 2006lalu itu terpicu dari pertengkaran akibatmeninggalnya seorang anak yang tenggelam di sungai di Satuan Pemukiman(SP)13. Dalam perselisihan itu seorangwarga suku Dani, Abinus Kagoya, dariKwamki Lama tewas terkena panah. Kejadian itu kemudian merebak menjadiperang antar suku. Korban pun berjatuhan diantara kelompok yang berperangmenggunakan panah dan tombak .Berulang kali dilakukan upaya pendekatan oleh Bupati dan Kapolres Mimikauntuk menghentikannya. Termasuk dengan upaya damai bakar batu dan makanbersama. Namun perang yang sempatterhenti beberapa hari kemudian pecahlagi. Alasan mereka, karena korban yangtewas belum imbang.Awal September lalu perang kembaliterjadi. Melibatkan warga kedua suku diKwamki Atas, Kwamki Bawah dan Kwamki Tengah. Bahkan kemudian melebar kekelompok suku Mee setelah seorang wargasuku ini tewas terkena panah. Kondisi ini membuat aparat kepolisiankembali harus bekerja keras. Namun dengan tetap melakukan pendekatan persuasif. Sebab kalau salah menanganinya,bisa jadi perang antar suku itu beralihmenjadi ‘perang’ dengan aparat keamanan. Apalagi kalau ada pihak-pihak yangmemprovokasi.Kesepakatan damai akhirnya dicapaisetelah Wagub Papua Alex Hasegem turunlangsung melakukan dialog dengan pihakpihak yang bertikai sepanjang hari Sabtudan Minggu ( 9 – 10/9) lalu. Kemudiandilanjutkan Bupati Mimika yang menggelar pertemuan dengan semua kelompokpada hari Senin (11/9) untuk menentukanwaktunya.Kapolda Papua Irjen Pol.Tommy J Jacobus menilai penyelesaian pertikaian diKwamki Lama itu telah dilakukan secarakomprehensif. Karena selain melibatkanpolisi juga melibatkan pemerintah Provinsi Papua dan MRP sebagai representasiresmi masyarakat adat Papua. (Kompas,12/9).Mengenai kemungkinan adanya aktorintelektual yang memprovokasi kelompokyang bertikai, Kapolda Papua mengatakanmasih akan didalami. Kalau nanti ditemukan adanya perbuatan tindak pidanamaka akan dilakukan penangkapan.Wagub Alex Hasegem dalam upacaradamai itu mengingatkan mereka yangpernah berseteru untuk memegang teguhikrar tersebut. “Saya pegang pernyataansaudara. Bagi siapa saja yang berbuatkeributan, langsung berhadapan denganaparat. Pernyataan damai ini harusdipegang sampai dunia kiamat,” ujarnya.Upacara damai memang telah digelar,lengkap dengan ikrar untuk tidak memulai perang lagi. Mudah-mudahan initerwujud. Sehingga warga Kwamki Lamakembali hidup tenang dan bisa bekerjaseperti semula. Semoga! SPua orang warga Papua mengangkat seekor anak babi dengan memegang keempat kakihewan tersebut. Seorang lagimerentangkan busur dan melepaskananak panah yang menghunjam tepat dijantung binatang itu. Ini merupakanbagian dari upacara ritual mengakhiriperang suku di Kwamki Lama, KabupatenMimika, Papua yang digelar Kamis (14/9) lalu.Warga ketiga suku yang bertikai, sukuDani, suku Damal dan suku Mee, berbaurmengikuti upacara yang disaksikan WakilGubernur Papua Alex Hasegem, KetuaMajelis Rakyat Papua (MRP) Agus Alua,Bupati Mimika Klemen Tinal dan Kapolres Mimika AKB Jimmi Tuilan dan sejumlah tokoh agama.Prosesi upacara itu dimulai denganpendirian gapura dari bambu. Di sekitargapura ditancapkan beberapa batang tebuyang kemudian dicat merah. Para wakilsuku membawa anak babi untuk dikorbankan. Binatang itu kemudian dipanahdi bawah gapura dan dilemparkan ke posisi masing-masing suku. Mereka kemuDamaidi Kwamki LamaDBERITA NASIONALfoto: repro koran tempo