Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006 23BERITA UTAMAbaik kualitas maupun kuantitasnya.Selama ini kita kurang memandirikankekuatan dalam negeri. Alat utama sistemkesenjataan banyak yang dipasok dariluar negeri. Kita ingin alat-alat itu dibelidari produk-produk dalam negeri karenasesungguhnya kita mampu memproduksi.Hanya mungkin senjata yang modern sajayang dengan temuan-temuan terbaruyang kita belum bisa.Begitu juga dengan pesawat-pesawatkita lebih baik menggunakan bikinansendiri meskipun tidak secanggih pesawatF-16 atau Sukhoi, tetapi kalau diembargotidak ada masalah. Kita negara kepulauan,banyak wilayah yang harus kita amankandan ini membutuhkan pesawat dalamjumlah yang besar.Sebetulnya kita memiliki tenaga ahliyang handal. Buktinya sirip F-16 buatanIPTN. Perlu ada pergeseran pemikiran,kita harus mengaktifkan kembali apa yangkita miliki.Bagaimana Anda melihat pengembangan postur TNI, setelahdalam kebijakan masa lalu lebihberat ke darat?Harus kita akui ada suatu jumlah yangsangat kurang. Personel angkatan Darat300 ribuan, angkatan laut 40 ribuan, danangkatan Udara hanya 20 ribuan.Angkatan Laut harus menjadi sentralperhatian karena cakupan laut dua pertigadari wilayah kita. Penyelundupan senjatamaupun bahan-bahan peledak di sekitarpulau-pulau yang tidak terjaga seringkaliterjadi. Itu yang menjadi salah satu biangkerusuhan maupun terjadinya gerakanseparatisme di Indonesia. Ketika armadatimur melakukan blokir terhadap wilayahdi Maluku barulah diketemukan ternyatabanyak perahu-perahu yang mengangkutsenjata.Soal angkatan Udara sama, jumlahSDM-nya sangat minim hingga di suatupangkalan udara komandannya koloneltetapi orang keduanya kapten. Itu terjadikarena keterbatasan jumlah SDM sehingga banyak job-job yang diisi olehpangkat yang tidak semestinya.Yang menjadi keprihatinan adalah radar kita yang lemah. Kapal-kapal asingmaupun kapal-kapal selam asing seringkali nyelonong ke wilayah kita tanpa terdeteksi oleh radar. Ini perlu penangananyang komprehensif dan membutuhkananggaran yang tidak kecil.Dengan keterbatasan postur danalutsista yang dimiliki, bagaimanaAnda menilai profesionalisme prajurit saat ini?Menyangkut postur apakah sudahprofesional atau belum, yang pasti tentarakita menjadi tentara yang terlatih, utamanya itu.Setelah tidak berpolitik insya Allahmereka akan tergosok dengan sendirinyauntuk menuju kepada profesionalismeTNI. TNI tidak perlu berpikir lagi soalbisnis karena urusan anggaran sudahdipenuhi APBN. Mudah-mudahan adarasio kecukupan pendanaan dari APBN.Kita harus melihat TNI akan selaludigosok-gosok dengan pusat kekuasaan.Hanya kejelian para pimpinan puncakTNI sendirilah yang harus bisa menilaidan memilah-milah kemana TNI akandibawa. Jangan sampai dibawa untukkepentingan-kepentingan politis tertentuatau yang berjangka pendek karena hanyaakan merusak pencitraan dan profesionalisme TNI.Anggaran TNI sudah idealkahmenurut Anda?Anggaran TNI masih jauh dari ideal.Kita ajukan sekitar Rp 45 triliun yangdirealisasi cuma Rp 26 triliun. Perlupemikiran supaya anggaran ini mendekatiideal, tentu harus dengan kontrol yangketat dari pemerintah dan DPR supayabetul-betul tepat sasaran dan mencapaiefisiensi yang baik.Selama kebocoran penggunaan anggaran masih terus terjadi bahkan lebihdari 30 persen seperti yang sudah-sudah,berapapun anggaran yang dikucurkantidak akan mengubah citra dan posturTNI. Harus ada kemauan keras darikepemimpinan di tubuh TNI untuk berpikir strategis ke depan, ingin menciptakan Indonesia sebagai negara yang betulbetul kuat dan disegani.Runtuhnya sebuah negara, salah satupilar yang diruntuhkan terlebih dahuluadalah TNI, lalu intelijen serta Polri. Perlupemikiran dan rencana strategis ke depanmengantisipasi dan menolak setiap upaya-upaya penggerogotan dan pelemahankekuatan sistem pertahanan kita, sehingga kita tetap sebagai negara yang kuattetapi tetap profesional.Bisnis TNI pernah berkontribusibesar memajukan kesejahteraanprajurit. Ke depan bagaimana strategi menyejahterakan prajurit ini?Dulu jaman orde baru TNI mendapatprioritas, bisa mendapat kata belece,duduk mengelola perusahaan, ditempatkan di PT ini di PT itu dan sebagainya. TNIjuga diberi keleluasaan membentuk imperium bisnis sendiri karena memangdengan kekuatan pendukung dalam halini presiden.Kondisi sekarang sudah berubah. Negara lebih terbuka dan sudah tidak lagimengandalkan kata belece-kata belece.Setiap personel TNI harus tetap bersaingsecara terbuka dan secara profesional.Melihat kondisi seperti ini tampaknyasulit sekali untuk kembali bermimpiseperti masa lalu.Memang ada suatu konsekuensi logissoal kesejahteraan. Tetapi bukan berartikita berpikir seperti masa lalu, dimanaprajurit TNI sejahtera karena dari bisnisyang di-operate menghasilkan. Menghasilkan, kan karena ada payung.Kita harus berpikir ulang bahwa ituakan mengganggu profesionalitas mereka.Sebab akhirnya pikiran mereka ke bisnis.Bukan lagi berpikir bagaimana negara inikuat, memiliki daya dobrak, daya tempurfoto: berindo haposan
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27