Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 32
32 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006Oleh Ch Robin SimanullangPemred Tokoh IndonesiaL ENTERABAGIAN ENAM32BELAJAR HIDUP BEDALAM DADalam duniakontemporer (kini)sudah sangat seringterjadi duniakekerasan yang luarbiasa. Karena itu,perlu dirancang suatubentuk pendidikanuntuk belajar hidupbersama dalamdamai dan harmoni.Suatu bentukpendidikanpengembanganbelajar hidupbersama denganorang lain, dengansemangatmenghormati nilainilai pluralisme dankebutuhan untuksaling pengertian,toleransi danperdamaian. Prosesbelajar bersama yangakan memungkinkanterhindarnyapertikaian dan/ataumemungkinkanpenyelesaianpertikaian secaradamai.Salah satu visi Syaykh Al-ZaytunAbdussalam Panji Gumilangdalam rangka kehidupanbersama untuk masa depansebagai warga bangsa dan umatmanusia adalah hendaklah sikap dantindakan kita mencerminkanpenghapusan semua bentukdiskriminasi, serta menegakkanperlindungan hak asasi manusia dandemokrasi. Juga mencerminkan sikapdan tindakan pembangunan yang adilberimbang, manusiawi danberkelanjutan, perlindungan lingkunganserta perpaduan nilai-nilai kemanusiaankontemporer dan tradisional.Menurut Syaykh Panji Gumilang,tatkala kita berpegang pada visitersebut, kita rasakan bahwamodernisasi dan urbanisasi yang sangatpesat dewasa ini merupakan problemproblem yang kita hadapi, karenakeberhasilan ekonomi dan teknologijauh lebih cepat daripada pembangunansosial dan budaya.Tokoh pemangku pendidikan inimelihat, pendidikan yang sesungguhnyamemainkan peranan yang fundamentaluntuk pembangunan pribadi dan sosial,telah dimanfaatkan hanya untukmenciptakan angkatan kerja terampilyang berakibat mengorbankan danmengabaikan atas pembangunanseluruh pribadi. “Tujuan-tujuan jangkapanjang dari nilai-nilai manusia danpinsip-prinsip moral cenderung menjadikurang penting pada waktu merekaharus bersaing dengan pertimbanganpertimbangan ekonomis yang bersifatlebih segera,” keluh pelopor pendidikanterpadu itu.Tokoh toleransi dan perdamaian inimenegaskan, kita sebagai warga bangsayang masih dalam proses demokratisasiharus memiliki tekad yang sungguhsungguh dalam menyebarluaskanprinsip-prinsip nilai-nilai universal,seperti hak-hak asasi manusia untuksemua dan dalam promosi budayatoleransi dan perdamaian. Untuk tujuanini, tegasnya, Al-Zaytun sebagai pusatpendidikan, selalu menjadikanperhatian dan prioritas yang lebih besarpada pendidikan untuk perdamaian, hakasasi manusia dan demokrasi.Pendiri dan pemimpin Al-Zaytun ituyakin, bahwa perubahan-perubahan dantantangan-tantangan masa depanmemerlukan pengertian yang lebih baikdari banyak orang bahkan dari seluruhdunia, dan bahwa hal itu juga menuntutsaling menghargai, pertukaran yangdamai dan harmonis. “Kita harusmenekankan pada dimensi-dimensikemanusiaan, budaya, dan internasionaldalam melengkapi setiap pribadi untukmenjawab setiap kebutuhan-kebutuhanabad XXI ini,” kata alumni PondokPesantren Gontor itu.Pondasi PendidikanPendiri Yayasan Pesantren Indonesiaitu menegaskan, kita harus memberikanaksentuasi bahwa setiap orang haruslahdiperlengkapi untuk merebutkesempatan-kesempatan belajarsepanjang hayat, baik untukmemperluas pengetahuan, keterampilandan sikap maupun untuk menyesuaikandiri pada dunia yang sedang dan terusberubah, rumit dan interdependen.Menurut putera bangsa kelahiranGresik, 30 Juli 1946 itu, sendipendidikan yang mesti ditegakkanBelajar hidup bersama yang memerlukan suatu prosesyang dinamis, holistik, sepanjang hayat melibatkanpenduduk warga bangsa dari semua segmen masyarakat.Bentuk pendidikan hidup bersama dalam damai danharmoni inilah yang diejawantahkan di Al-Zaytun sebagaiPusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransidan Perdamaian.BELAJAR HIDUP BEDALAM DA