Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 63
BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006 63BERITA EKONOMISidang Tahunan IMF-Bank DuniaLanjutkan Putaran Dohaset IMF, Raghuram Rajan, menimpali pernyataan Lamy tentang adanya campur tangan para politisi untuk menghambat liberalisasi sektor pertanian. Gerakan proteksionis di negara-negara industri merasa harusmelarang liberalisme, karena mereka mengkhawatirkan kesejahteraan para petaninya.Rajan juga menengarai semakin kuatnyaaksi proteksionisme di luar perdagangan.Fenomena proteksi juga terlihat padasektor korporasi yang ditandai dengan aksimerger lintas serta meningkatnya penolakan terhadap keimigrasian. Ia juga menandaskan bahwa proteksionisme dikhawatirkan akan semakin menguat apabilaperekonomian global melambat.Putaran Doha, sejak dimulai lima tahunlalu hingga berakhir pada 24 Juli 2006 lalu,mengalami kegagalan karena tidak adanyakesepakatan menyangkut subsidi dan tarifatas produk pertanian. Ini artinya, perundingan 147 negara anggota WTO untuk menghilangkan hambatan perdagangan multilateral di bidang pertanian, justru terhambat.Yang paling ditakutkan dari kegagalanPutaran Doha tahun 2006 ini adalah terdorongnya kembali masing-masing negara kekebijakan proteksionis. Di antara ketidakpastian akan masa depan perdagangan duniamenyangkut sektor pertanian. Kebijakanproteksionis dapat dipandang menjadi jalankeluar bagi masing-masing negara. Kekhawatiran ini sedikitnya telah diungkapkanKomisioner Perdagangan Uni Eropa PeterMandelson, sebagaimana yang dilaporkanHarian Bisnis Indonesia, Selasa (1/8).Belum GagalSebelumnya, Koordinator G-33, Mari Elka Pangestu, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Kamis (27/7), menyatakanbahwa Putaran Doha bukan gagal. MenteriPerdagangan RI itu, mencontohkan Putaran Uruguay yang juga sempat breakthorough pada tahun 1992 dan baru adatitik temu pada 1993 dan akhirnya selesaisampai 10 tahun.Hal yang sama juga dikemukakanDirjen Asia Pasifik dan Afrika DepartemenLuar Negeri RI Primo A. Joelianto, karenaPutaran Doha bisa dibuka kembali, walautidak untuk waktu yang ditentukan. Menyikapi kondisi ini, Joelianto mengungkapkan bahwa masing-masing negarapeserta WTO akan mencari jalan keluardari kebuntuan Putaran Doha.Namun, Joelianto tidak mengungkapkanadanya indikasi proteksi, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Negara-negara Asia Fasifik tidak memiliki pilihan lain kecuali mengembangkan Free Trade Agreement (FTA),baik secara bilateral maupun regional. Yangia khawatirkan hanyalah isi FTA yang mungkin berbeda dengan FTA-FTA lain sebagaiakibat langsung dari kepentingan masingmasing negara-negara yang berbeda. “Bahkan berbeda dengan [FTA] ETO sendiri,”katanya dengan merujuk pada FTA antaraCina dengan Asean, FTA Korsel denganAsean, dan FTA Jepang dengan Asean. MSProspek perekonomian dunia akanmuram bila tidak ada peningkatanperdagangan internasional. Karenaitu penting ada peningkatanperdagangan internasional. Karena,kelanjutan pertumbuhan ekonomidunia hanya akan bertumpu padaliberalisasi perdagangan.Ketika berpidato pada haripembukaan sidang umum tahunanBank Dunia dan IMF, berlangsung diSingapura pada 19-20 September,Direktur Pelaksana IMF Rodrigo deRato mengidentifikasi tiga risiko yangdapat mengancam prospek lajuekonomi global.Yaitu, tingginya harga minyak yangmendorong inflasi, ketimpanganneraca berjalan yang terus berlanjut,dan potensi menguatnya risiko darisentimen proteksionis.Tantangan lain bisa berasal dariketatnya suplai tenaga kerjaberpendidikan tinggi dan terlatih,serta menurunnya ruang bagiperbaikan produktivitas.Menurut de Rato, IMF akanmendorong reformasi struktural lebihlanjut di Jepang dan Eropa,khususnya pasar produk, danpenekanan defisit fiskal AS denganmenggenjot kinerja pertumbuhanekonomi.IMF juga mendorong fleksibiltaslebih mata uang yuan, sertamendorong dimulainya kembalinegosiasi Putaran Doha. Putaran Dohamerupakan salah satu bagian dariperundingan di OrgansiasiPerdagangan Dunia (WTO) yangmenghendaki perdagangan bebas. Isusubsidi dan tarif atas produk pertanianmerupakan hambatan utamatercapainya kesepatakan WTO.Saat berpidato pada hari yangsama, Presiden Bank Dunia PaulWolfowitz sepakat perlunya aksespasar dan perdagangan untukmemperbaiki taraf hidup negaranegara miskin dunia, dan untukmenekan tingkat kemiskinan.“Doha harus berhasil dan harusdipastikan bahwa negara-negara yangsangat miskin di dunia dapat munculsebagai pemenang,” tegas Paul, yangpernah menjadi Dubes AS di Jakarta.Beberapa hari sebelum pertemuantahunan itu Paul mengatakan BankDunia akan menghentikan bantuankepada negara yang terindikasikorup. Bank Dunia hanya akanmemfokuskan bantuannya kepadanegara dengan tata kelola baik, yangpunya tim antikorupsi dan penasehatdalam setiap proyeknya.Atasi Ketimpangan GlobalBerbicara mewakili Indonesia,Menteri Keuangan Sri MulyaniIndrawati menekankan pentingnyaupaya untuk segera mengatasiketimpangan global.Sri meminta peran IMF dannegara-negara besar lainnya untukmemajukan agenda tersebut. Ia jugasepakat menyerukan pentingnya baginegara-negara maju menyadaribahwa Putaran Doha merupakanagenda pembangunan.Menkeu Jerman Peer Steinbruckmeyakini liberialisasi perdaganganyang tidak diskriminatif adalah jalanterbaik untuk menstimulasipertumbuhan global dan menekantingkat kemiskinan. Ia mendesakseluruh negara anggota untukberupaya memulai kembali prosesliberalisasi perdagangan multilateral.Kerjasama perdagangan bilateralhanya jalan kedua yang terbaik.Sementara itu Deputi MenkeuMalaysia Tan Sri Nor MohamedYackop, dalam pidatonya mengatakanBank Dunia harus mempersiapkan diriuntuk menjadi lebih proaktif.Jangan Turunkan Kehidupan PetaniSidang umum tahunan Bank Duniadan IMF tak luput dari tuntutankeharusan adanya perbaikan tataperdagangan pertanian dunia.Meski dilangsungkan di Jakarta,Organisasi Petani Dunia (La ViaCampesina) mendesak IMF dan BankDunia untuk keluar dari tataperdagangan pertanian dunia, mulai daripembiayaan proyek pertanian, makanan,pembukaan pasar dan penghapusanproteksi produk pertanian.La Via Campesina adalah salah satuorganisasi dunia yang memboikotpertemuan tahunan IMF-BankDunia. Organisasi ini menggelarsejumlah aksi demonstrasi secaramaraton. Mereka berkesimpulanBank Dunia dan IMF turutmengakibatkan menurunnya kualitashidup petani. HT